Eksposisi singkat terhadap 1 Korintus 9:23-27
Apakah Paulus sedang berbicara tentang keselamatan
yang hilang?
Siapa yang akan menolak Paulus?
Hal apa saja yang berpotensi menyebabkan Paulus akan
ditolak?
Jawaban singkatnya:
Paulus bukan sedang berbicara tentang keselamatan yang hilang, tetapi tentang penolakan di dalam pelayanan. Kita diselamatkan oleh Tuhan dalam anugerah-Nya. Jika seseorang sunguh-sunguh sudah ada di dalam tangan Tuhan yang menyelamatkan, maka tidak ada apapun yang dapat merebutnya. Meskipun demikian, jika sebagai orang Kristen kita tidak memperhatikan cara hidup yang pantas sebagai anak Tuhan, maka pelayanan kita di dunia pun dapat ditolak oleh orang-orang yang kita layani. Akibatnya, nama Tuhan dipermalukan, dan kita kehilangan kesempatan untuk melayani Tuhan secara efektif.
Orang yang sudah diselamatkan, seperti Paulus misalnya, sangat berusaha untuk hidup secara disiplin dalam kerohanian agar ia tidak kehilangan kesempatan yang baik untuk melayani dan mempermuliakan Tuhan. Orang Kristen yang tidak ada ketertarikan pada hidup kudus dan disiplin rohani, boleh bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah ia orang yang sudah lahir baru? Ataukah selama ini ia mengikuti mesias yang palsu?
[Baca juga: Tema-tema tentang disiplin rohani dalam Pengantar Surat Petrus. Klik disini]
Mari menggali dan merenungkan prinsip ini secara lebih mendalam:
Dasar Firman Tuhan:
(23) Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya. (24) Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! (25) Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. (26) Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. (27) Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak. (1 Kor 9:23-27)
“Segala sesuatu”
Konteks dari kalimat-kalimat tersebut adalah tentang memenangkan jiwa bagi Kristus. Dalam ayat 1 18 Paulus menekankan bahwa adalah wajar jika ia memperoleh sesuatu dari apa yang ia kerjakan. (penekanan pada ayat 11 15) Namun meskipun seperti itu adanya, Paulus tetap tidak mengambil sedikitpun keuntungan dari pekerjaan pelayanannya, sekalipun ia berhak. Mengapa? Agar tidak ada orang yang dapat menjatuhkan dia. Mengapa ia tidak ingin agar orang tidak dapat menjatuhkan dia? Agar berita Injil yang ia sampaikan tidak hilang kekuatannya.
“Segala sesuatu ini” yang dibicarakan oleh Paulus adalah mengenai dirinya sendiri yang sekalipun memiliki kebebasan namun ia memutuskan untuk tidak memakai kebebasan itu bagi kepentingan dirinya sendiri. Sebaliknya, Paulus telah rela untuk mengikat dirinya di dalam berbagai disiplin rohani, demi memenangkan sebanyak mungkin orang (ayat 19).
Jadi konsep kebebasan yang dimiliki Paulus adalah kebebasan yang di dalamnya termasuk pula kebebasan untuk mengikat diri dalam disiplin demi tujuan tertentu.
Ayat 24-27 adalah suatu contoh
yang diambil sebagai ilustrasi oleh Paulus dari pertandingan-pertandingan
olahraga yang dikenal oleh umat Korintus ketika itu.
“Perumpamaan tentang pelari dan petinju”
Tentu dalam hal ini yang dimaksud oleh Paulus bukanlah bahwa keselamatan itu harus dikejar begitu rupa karena jika demikian maka ayat ini tentu bertentangan dengan pesan Injil yang Paulus sendiri sampaikan misalnya dalam Efesus 2:8.
Yang dimaksud di dalam ayat ini adalah bahwa: sebagai orang Kristen yang sudah diselamatkan kita tidak boleh bermalas-malasan dalam menjalankan keselamatan itu.
Pesan ini paralel dengan apa yang Paulus sampaikan dalam Filipi 2:12 demikian: Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
Keselamatan adalah hadiah cuma-cuma, namun keselamatan itu bukannya tanpa konsekuensi dan tanggung jawab. Kita harus mengerjakan keselamatan, bukan agar kita memperoleh keselamatan tersebut, sebab keselamatan adalah suatu anugerah dari Allah. Tetapi tanda bahwa seseorang sudah memperoleh keselamatan adalah terlihat dari bagaimana orang itu mengerjakan keselamatan yang telah diterimanya.
Atau jika kita memakai Matius 3:8 sebagai dasar pemikiran kita, maka dapat pula dikatakan: tanda bahwa seseorang sudah menerima keselamatan adalah bahwa orang itu akan bekerja untuk menghasilkan buah bagi Kerajaan Sorga.
Apakah hal ini mudah untuk dikerjakan? Tentu saja tidak. Bagaikan seorang pelari yang harus memenangkan sebuah pertandingan, kita harus jelas mau lari kemana. Atau bagaikan seorang petinju, kita harus disiplin dan memiliki sasaran yang jelas.
Kedisiplinan tanpa sasaran yang jelas adalah penderitaan yang tidak berguna. Allah adalah kasih, di dalam kasih-Nya itu Allah akan mendidik dan mendisiplin anak-anak-Nya. Yaitu anak-anak yang penuh kelemahan dan bahkan berpotensi untuk jatuh ke dalam dosa.
Para atlit melatih diri mereka begitu keras untuk mencapai kemenangan, mengapa kita tidak bisa berpikir bahwa untuk hal-hal yang bersifat rohani pun, kita butuh latihan dan disiplin?
Paulus mengkomentari ketidakadilan dalam sikap kita yang terlalu menaruh hati pada hal-hal yang sementara, namun kurang menaruh perhatian pada hal-hal yang bersifat kekal. Mengapa untuk mengejar hal-hal yang bersifat sementara kita bisa begitu serius? Mengejar karir? Mengejar uang? Mengejar ketenaran? Atau kenyamanan?
Mengapa untuk mengejar panggilan Tuhan yang berhadiahkan mahkota abadi (ayat 25) kita tidak seserius itu?
Kita boleh bertanya pada diri sendiri, bagaimana dengan keseriusan kita dalam doa? Apakah kita sudah cukup mendisiplin diri dalam doa? Bagaimana dengan keseriusan kita dalam membaca Firman? Apakah kita sudah cukup disiplin?
Memang adalah tidak baik jika kita berdoa dan membaca Firman hanya karena kewajiban, tetapi di sisi lain, jujur saja kalau kita tidak berusaha mati-matian untuk disiplin, kita seringkali akan kalah oleh kecenderungan kita untuk malas.
Doa, kita malas, kita cenderung lebih suka memakai pikiran dan pengalaman kita sendiri. Baca Firman pun kita enggan, kita cenderung lebih suka menunggu orang lain untuk menjelaskannya pada kita ketimbang menggali dsn merenungkannya sendiri.
Menyangkali diri berarti memutuskan untuk mengikuti jalan Tuhan sekalipun diri kita ingin mengambil jalan sendiri. Dan jika ini kita lakukan, maka menurut ayat 18, hadiah kita peroleh adalah panggilan itu sendiri.
Ayat 27 berbicara tentang latihan.
Karena kehidupan Kristiani adalah
kehidupan yang tidak mudah, maka perlu dilatih. Tidak ada orang Kristen yang
dewasa tanpa melewati latihan dalam kehidupan.
Ketika Paulus mengatakan bahwa jangan aku sendiri ditolak bukan berarti bahwa Paulus khawatir keselamatannya akan hilang.
Maksud Paulus adalah:
Jangan sampai sesudah ia sendiri
begitu giat memberitakan Injil lalu karena ketidakdisiplinannya atau karena
kejatuhannya akhirnya orang menganggap Paulus tidak punya integritas sehingga
ia tidak dapat lagi memberitakan Injil.
Contoh dari dunia modern:
Ravi Zacharias adalah seorang apologet Kristen besar yang dipakai Allah secara luar biasa. Tetapi karena ia kurang melatih diri untuk menghindar dari kecendrungan seksual yang menyimpamg, akhirnya ia jatuh dalam berbagai dosa perzinahan, seperti pemerkosaan dan pelecehan. Akhirnya karena kesalahannya tersebut, organisasi yang didirikannya menjadi sulit sekali untuk memberitakan Injil lagi seperti dulu. Mereka bahkan akhirnya ditutup dan tidak bisa melayani lagi,
Penutup
Melalui perenungan Firman kali ini, semoga kita semakin dimotivasi untuk mendisiplin hidup rohani kita. Semua kita pasti pernah jatuh, mungkin sering malah. Tetapi janganlah berhenti dalam kejatuhan saja, bangun lagi, latih lagi, maju lagi.
Kiranya Tuhan Yesus berkenan memberi kita kekuatan. Amin (Oleh: izar tirta)