Tuesday, January 4, 2022

Kebenaran Karena Iman

 


Eksposisi singkat dari Roma 10:4-10

 

PEMAHAMAN RINGKAS:

Kebenaran karena iman adalah ajaran Alkitab yang sangat unik dan tidak ditemukan dalam ajaran agama apapun di dunia ini. Bangsa Israel pun yang telah lama mengenal Yahwe dalam sejarah mereka, harus mendapat pengajaran ulang dari Paulus mengenai kebenaran karena iman ini. Sebagai orang percaya yang hidup di zaman sekarang, ajaran tentang kebenaran karena iman tetap merupakan ajaran yang penting untuk dipahami dan dihayati dalam hidup sehari-hari.

Hukum Taurat bukan berisikan seperangkat peraturan yang jahat dan tidak berguna. Hukum Taurat adalah Hukum Ilahi yang suci, namun orang Israel telah salah dalam memahami dan memperlakukan hukum tersebut. Mereka menyangka mereka akan diterima oleh Tuhan apabila secara detil melakukan semua hukum itu dengan usaha mereka sendiri, tanpa adanya relasi kasih dengan Allah yang berkorban bagi manusia.

Hukum dilihat sebagai separangkat aturan yang membuat seseorang bisa merasa lebih suci dan lebih baik daripada orang lain di hadapan Allah. Padahal, hukum Taurat diberikan oleh Tuhan untuk manusia boleh belajar mengasihi Allah, yaitu Allah yang telah mati dan bangkit itu. Dan hukum Taurat juga diberikan agar manusia memiliki pedoman untuk bagaimana mengasihi sesama seperti diri sendiri. [Baca juga: Hidup yang berkelimpahan dan berhasil di hadapan Allah. Klik disini.]

Kesalahahpahaman seperti inilah yang ingin dibereskan oleh Paulus. Apa gunanya jika seseorang melakukan Taurat namun tidak didasarkan pada kasih kepada Dia yang telah berkorban untuk manusia? Lakukanlah Taurat dengan cara mempercayai, setia dan mengasihi Yesus Sang Juruselamat itu. Lakukanlah Taurat dengan cara mengasihi sesama kita. Untuk tujuan itulah Taurat diberikan oleh Tuhan kepada manusia. [Baca juga: Hidup yang tetap tinggal di dalam Kristus. Klik disini.]

 

MARI MEMAHAMI dan MENGGALI LEBIH DALAM:

Ayat Dasar Firman Tuhan:

(4) Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. (5) Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: "Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya." (6) Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: "Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?", yaitu: untuk membawa Yesus turun, (7) atau: "Siapakah akan turun ke jurang maut?", yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati. (8) Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. (9) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (10) Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. (Roma 10:4-10)

Ada beberapa catatan penting yang dapat kita renungkan dari ayat-ayat tersebut.

“Sehingga kebenaran diperoleh”...

Mengapa orang percaya dapat memperoleh kebenaran? Apakah mereka memperolehnya melalui usaha mereka sendiri? Semua agama dan kepercayaan lain di luar Alkitab mengajarkan kepada umatnya, bahwa manusia bisa mencapai kesucian dan kebenaran melalui upaya mereka dalam menjalankan peraturan dan perintah agama. Makin mereka bisa melakukan peraturan itu dengan tepat, maka mereka dapat menjadi semakin benar, semakin suci dan memiliki kemungkinan yang semakin besar untuk diterima oleh Tuhan, yaitu masuk ke dalam sorga.

Tetapi Alkitab berbeda.

Alkitab memulai dari Kristus. Kristus adalah penggenapan dari Hukum Taurat, yaitu hukum Ilahi yang suci itu. Segala pemenuhan akan tuntutan hukum Ilahi telah dipenuhi oleh Kristus dengan tidak bercacat. Manusia tidak mungkin melakukan hal ini. Manusia mulai dari Adam hingga bayi terakhir yang dilahirkan di dunia, selalu mengalami kegagalan dalam memenuhi hukum Ilahi.

Meskipun mereka setia dalam melakukan detil-detil dari Hukum itu, mereka tetap akan gagal memenuhi hal yang paling utama dari Hukum itu, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia.

Semakin orang merasa dirinya telah berhasil dalam memenuhi berbagai tuntutan dalam peraturan agama, manusia bukan semakin mengasihi orang lain, tetapi mereka justru semakin merasa dirinya berbeda dengan orang lain. Ia melihat dirinya begitu baik, begitu suci, begitu tinggi. Dan ia melihat orang lain begitu bobrok, begitu berdosa, lemah, bodoh dan sangat tidak pantas untuk didekati atau diajak bergaul. Jangankan untuk mengasihi dan merangkul orang berdosa, untuk mendekatpun segan. Itu sebabnya, orang-orang yang sangat kuat di dalam peraturan agama, seringkali justru dengan mudahnya melihat orang lain sebagai kelompok manusia yang harus dijauhkan, dibuang, disingkirkan atau bahkan dibunuh. 

Menurut Alkitab Kristus sajalah yang mampu melakukan Taurat dengan sempurna dan dengan tujuan yang sempurna, yaitu mengasihi Allah Bapa dan mengasihi manusia yang berdosa. Kristus inilah yang menjamin siapapun yang percaya kepada-Nya dapat turut memiliki kebenaran yang Ia miliki.

“Tiap-tiap orang yang percaya”...

Dalam ayat 4 kita membaca istilah tiap-tiap orang yang percaya, siapakah mereka ini? Atau siapa yang Paulus maksudkan dengan kelompok orang tersebut? Jawabannya adalah siapa saja yang mau percaya pada perkataan Firman Tuhan, yaitu percaya yang ditunjukkan dengan adanya relasi kasih dengan Kristus, Sang Anak Allah yang menjadi Manusia.

Adapun yang tidak termasuk di dalam kelompok tersebut adalah orang-orang yang berusaha dengan kekuatannya sendiri untuk memenuhi hukum sebagai peraturan atau ritual yang tidak didasarkan pada kasih kepada Allah.

“Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya”...

Hukum Taurat itu suci. Hukum Taurat itu kudus. Karena Hukum Taurat berasal dari Allah yang suci dan kudus. Di dalam Hukum Taurat manusia dapat menemukan pula Hukum Cinta Kasih, ajaran tentang anugerah, ajaran tentang pengampunan dosa, ajaran tentang korban penebusan yang puncak penggenapannya kita temukan di dalam Yesus Kristus.

Jika seseorang memahami dan menghayati Hukum Taurat dengan benar, maka seharusnya manusia akan sadar akan keberdosaannya, datang kepada Tuhan dengan hati yang bertobat, menerima pengampunan Tuhan, belajar mengasihi Allah dan belajar mengasihi sesama, khususnya orang-orang yang menderita dan lemah. Musa tentu saja tidak keliru ketika mengatakan tentang kebenaran karena Hukum Taurat, yaitu orang yang melakukan hukum itu, akan hidup karenanya. Sebab memang itulah tujuan Hukum Taurat diberikan.

Tetapi yang terjadi adalah, manusia menyalahgunakan Hukum itu. Mereka menjalankan hukum itu tetapi mereka tidak menghayati keberdosaan mereka, mereka tidak melakukan hukum dengan hati yang bertobat. Segala persembahan korban yang dilakukan, dilihat hanya sebagai ritual agama belaka. Sehingga akhirnya mereka tidak sungguh-sungguh mengenal Allah, tidak mengasihi Dia dan oleh karenanya tidak bisa mengasihi sesama.

Hukum dijadikan sebagai tolok ukur kesucian seorang manusia dibandingkan manusia yang lain. Hukum dijadikan sebagai identitas bangsa. Hukum dijadikan sebagai ya sekedar hukum yang harus dipenuhi saja. Sehingga hasil akhirnya, hukum membuat orang menjadi jauh dari Tuhan dan jauh dari sesama mereka.

“Kebenaran karena iman”...

Pada ayat 6 hingga ayat 8, Paulus mengingatkan agar umat Israel jangan pernah menolak Kristus yang sungguh-sungguh telah mati dan yang sungguh-sungguh telah bangkit dan naik ke sorga.

Jangan merasa diri begitu tinggi sehingga bisa naik ke sorga untuk membawa Kristus turun. Sebab tidak ada seorangpun yang dapat naik ke sorga dengan kekuatannya sendiri. Dan tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk membawa Kristus turun. Hanya kuasa Allah yang telah membawa Kristus turun, berinkarnasi menjadi Manusia. Hanya kuasa Allah yang dapat membawa Kristus naik terangkat ke sorga. Karya keselamatan hanya dapat dikerjakan oleh Allah, bukan oleh manusia. Paulus ingin agar umat Israel menghayati kembali akan hal ini.

Jangan merasa begitu tinggi sehingga bisa dengan leluasa turun ke jurang maut untuk membawa Kristus bangkit kembali. Tidak ada manusia yang memiliki kuasa seperti ini. Hanya Allah sendiri yang bisa mengalahkan kematian dan bangkit kembali ke dalam kehidupan.

Sangat mungkin kalimat-kalimat yang muncul di dalam ayat 6 hingga ayat 8 itu merupakan teguran Paulus kepada orang Kristen berkebangsaan Yahudi, yang merasa dirinya lebih tinggi dari orang Kristen berkebangsaan lain, dalam hal ini orang Kristen Romawi. Mereka, orang Kristen Yahudi itu, merasa lebih dari orang Kristen lainnya karena mereka adalah kaum yang pertama menerima Taurat dari Allah. Sehingga Taurat lebih dilihat sebagai identitas sebuah bangsa, Taurat dilihat sebagai simbol keistimewaan.

Paulus mengingatkan, bahwa sebagai orang Kristen, apapun kebangsaan kita, harus memandang kepada Kristus yang telah turun ke bumi, mati, dikuburkan, bangkit dan naik ke sorga. Jika kita mempercayai Kristus itu, maka sesungguhnya kita telah melakukan apa yang dituntut oleh Taurat, yaitu mengasihi Allah.

Ayat 6 diawali dengan kata “tetapi” untuk membuat perbandingan antara kebenaran karena Hukum Taurat dan kebenaran karena iman. Sehingga ada kesan bahwa kedua hukum itu seolah-olah berbeda. Namun apabila kita membaca isi dari ayat 6, Paulus tidak bermaksud mengatakan bahwa kebenaran karena Hukum Taurat itu semata-mata salah. Paulus tidak bermaksud mengatakan bahwa Musa salah bicara. Yang Paulus sampaikan adalah bahwa jemaat Kristen Yahudi jangan memandang Hukum Taurat tanpa memandang Kristus yang mati dan bangkit itu.

Ayat 8 juga diawali dengan kata ”tetapi” dan melalui ayat ini, Paulus mengingatkan bahwa kebenaran karena iman adalah tentang Firman yang dekat bahkan tinggal di dalam hati. Bukan tentang sejumlah aturan yang ditaati secara buta, tanpa perspektif kasih, tanpa relasi yang benar dengan Pribadi yang memberi peraturan tersebut.

Jadi Hukum Taurat bukan lagi dimaknai sebagai seperangkat aturan untuk dijalankan sehingga siapapun yang berhasil menjalankan dengan sempurna maka akan dianggap istimewa oleh Allah.

Hukum Taurat kini dimaknai sebagai Hukum Cinta Kasih yang digenapkan di dalam pengorbanan Kristus, jika seseorang memiliki hati atau kasih kepada Kristus yang berkorban ini, maka orang itu sesungguhnya telah melakukan apa yang dituntut oleh Taurat, siapapun dia, dari kebangsaan manapun dia berasal.

“Barangsiapa mengaku dan percaya”...

Ini adalah ayat yang cukup sering disalahmengerti sebagai sebuah formula keselamatan. Pengakuan akan Kristus akhirnya lebih dihayati sebagai semacam mantra. Ucapan dan pengakuan akan kepercayaan pada Kristus terasa jadi begitu mudah, gampang dan ringan sekali diucapkan.

Tidak ada suatu risiko atau konsekuensi berbahaya yang membayangi ucapan ini. Bahkan orang Kristen bisa saja mengaku percaya, tetapi menjalani hidup yang tidak ada relasi kasih dengan Kristus dan sesamanya. Padahal pada zaman kalimat ini ditulis, orang yang mengaku Yesus sebagai Tuhan akan menghadapi risiko kematian yang besar.

Ayat 9 ini sebetulnya adalah penguji dari ayat 6 hingga ayat 8. Apakah kita sudah memiliki kebenaran karena iman itu? Kita tahu bahwa kita sudah memiliki iman yang menyelamatkan, jika kita tetap mengaku Yesus sebagai Tuhan, sekalipun ada risiko kematian dibalik pengakuan kita itu. Kita tahu bahwa kita sudah memiliki iman yang menyelamatkan, jika kita menjalani hidup yang berpadanan dengan Kristus yang telah bangkit itu.

Kiranya Tuhan Yesus menolong kita memiliki iman yang menyelamatkan itu. Amin. (Oleh: Izar Tirta)