Tuesday, April 16, 2024

Apakah tujuan hidup kita di dunia?

 

Apakah tujuan hidup kita di dunia?

Untuk mengetahui apa tujuan hidup kita di dunia, kita perlu berpaling kepada rencana Allah yang semula dalam menciptakan manusia.

Kita ada bukan karena kebetulan di alam semesta ini melainkan karena Tuhan memiliki rencana bagi hidup kita. Tanpa adanya pemahaman bahwa Tuhan memiliki rencana bagi hidup kita, maka tidak jarang kita menjadi frustasi ketika kehidupan menjadi sulit.

Contoh 1:

Yusuf. Hidupnya pernah begitu sulit. Berbuat baik tetapi menerima apa yang buruk. Untunglah Yusuf tidak putus asa karena di dalam hati dia berharap pada Tuhan, sehingga akhirnya ia melihat bagaimana Tuhan membawa dia pada rencana yang sesungguhnya.

Contoh 2:

Daud, diurapi sejak masih kecil untuk menjadi raja. Tetapi apakah dia segera menikmati kemuliaan seorang raja? Sama sekali tidak. Hidupnya justru penuh kesulitan dan perjuangan sebelum akhirnya menjadi seorang raja yang selalu dikenang oleh Israel.

Bahkan Yesus pun sebelum bangkit secara mulia, harus merasakan penderitaan yang besar hingga mati dikayu salib.

Memahami bahwa ada Tuhan yang memegang kendali dan mengarahkan kita pada tujuan Allah bagi kita dapat menyelamatkan diri kita dari putus asa yang mendalam ketika hidup berjalan secara sulit.

Tingkat bunuh diri di Korea begitu tinggi, demikian juga China. Aktor2 ganteng dan aktris yang cantik bunuh diri karena putus asa diterpa oleh iklim persaingan dunia entertainment yang begitu berat. Tanpa harapan.


Adapun Tujuan kita diciptakan adalah:

Tujuan 1: diciptakan untuk kemuliaan Allah.

Romans 11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Artinya, kita ada untuk memperlihatkan bahwa Allah itu mulia. Manusia adalah manusia yang secara biologis, psikologis, spiritual sangat kompleks dan rumit. Kehebatan manusia semakin menunjukkan betapa hebatnya Sang Pencipta. Kalau kita lihat ciptaan yang hebat, tentu kita kagum sama orang yang membuatnya, bukan?

Selain itu, jika di dalam hidup ini kita memperlihatkan nilai2 yang indah dan luhur, maka nama Allah kita pun akan menjadi semakin terkenal kemuliaan-Nya. Semakin banyak orang Kristen yang berperlaku buruk maka semakin buruklah citra Yesus sebagai Tuhan yang disembah orang Kristen, demikian pula sebaliknya.

Menyembah Allah disini, berarti pula dengan menjadikan Dia sebagai Allah dan diri kita sebagai pelayan Allah. Oleh karena itu dicipta untuk kemuliaan Allah berarti pula bahwa hidup ini harus merupakan suatu pelayanan bagi Allah.

Tujuan 2: diciptakan untuk keluarga Allah

1 Korintus 14:26 Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.

Segala karunia Roh yang diberikan pada kita, bukan untuk tujuan diri kita sendiri melainkan untuk membangun orang lain, yaitu jemaat. Keberadaan kita di dunia ini pun sebenarnya bukanlah untuk diri kita sendiri melainkan untuk masyarakat. Alkitab mengajarkan kita untuk jangan hidup untuk diri sendiri melainkan untuk melayani orang lain.

Diciptakan untuk melayani orang lain berarti pula bahwa kita harus membawa orang itu kepada Kristus (misi). Apa artinya diciptakan untuk keluarga Allah jika kita tidak membawa orang lain untuk turut menjadi keluarga Allah.

Tujuan 3: diciptakan untuk menjadi serupa dengan Kristus

Roma 8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Tujuan menjadi serupa dengan Kristus bukanlah di dalam hal fisik, melainkan roh. Kristus adalah teladan kita di dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.

Siapa di antara kita yang merasa sudah menjadi orang baik? Dibandingkan teman kita yang bandel mungkin kita termasuk anak alim, tetapi dibandingkan Kristus? Masih jauh. Artinya, seumur hidupmu engkau harus mengasah karakter untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Segala kesulitan, tantangan dan tanggung jawab kita didunia ini ditujukan untuk membentuk diri kita menjadi semakin serupa dengan Kristus.

Penutup dan kesimpulan

Apa yang menjadi cita-cita kita dimasa mendatang? Jangan kawatir memiliki cita-cita, kembangkan dan wujudkan cita-cita tetapi yang terpenting adalah jangan pisahkan cita-citamu dari Tuhan. Jangan anggap bahwa diri kamulah satu-satunya faktor penentu dari cita-cita tersebut. Tuhan menanamkan cita-cita itu dihati kamu karena mungkin sekali Tuhan ingin ada orang yang melayani Dia dia di dalam bidang tersebut. JADIKAN CITA-CITA ITU SEBAGAI CARA UNTUK MENYEMBAH DAN MELAYANI TUHAN.

Apa yang menjadi kesulitan, kesusahan, penderitaan hatimu? Jangan putus asa, jadikan itu sebagai cara Tuhan membentuk kamu untuk menjadi serupa Kristus dan lebih mampu melayani sesama. Hanya orang yang pernah disakiti hatinya yang mampu menghibur secara efektif orang lain yang sedang sakit hati.

Jangan sedih, jangan putus asa, maju terus pantang mundur. Jadikan setiap peristiwa dan rencana hidupmu sebagai jalan untuk memenuhi tujuan hidupmu bagi Tuhan.

Thursday, April 11, 2024

Bagaimana melayani orang yang berkepribadian sulit?

 

Melayani orang berkepribadian sulit

Alkitab tidak memberi suatu petunjuk yang spesifik mengenai bagaimana cara melayani orang yang berkepribadian sulit, sehingga seolah-olah ada orang yang mudah, ada yang sulit, ada yang setengah mudah, ¾ sulit dst.

Alkitab hanya meminta kita untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri (Matius 22:37-39). Bahkan kepada orang yang kita anggap sebagai musuh pun, Alkitab tetap meminta kita untuk menaruh kasih.

Jika demikian, lalu darimana gagasan tentang “orang yang sulit dikasihi” ini datang? Dari pengalaman kita ketika kita mencoba menerapkan hukum kasih di dalam kehidupan kita.

Mengapa pengalaman kita telah membawa kita pada orang-orang yang sulit?
Apakah mereka benar-benar sulit, atau sebenarnya kita yang sulit? Atau bahkan dua-duanya?

John D. Rockefeller, ketika ditanya, karyawan seperti apakah yang paling bisa kamu hargai? Rockefeller menjawab: “Orang yang bisa berhubungan atau berelasi dengan orang lain.” “The ability to get along with people”

Kurangnya kemampuan kita dalam menghadapi orang-oranglah yang sering kali membuat orang lain menjadi sulit dimata kita.

Richards D.Dobbins, seorang psikolog Kristen yang juga aktif dalam pelayanan pastoral mengatakan bahwa kesulitan kita dalam mengasihi orang yang sulit itu sering kali muncul karena dua harapan yang tidak realistis (unrealistic expectation)

Pertama, kita berharap atau beranggapan bahwa semua orang adalah orang yang rohani, atau memiliki kondisi kerohanian yang stabil. Padalah, kalau mau jujur, kita semua masih sering dikuasai oleh kedagingan. Bukan percabulan, kemabukan, pembunuhan dll, tetapi yang lebih halus seperti iri hati, pride, sombong, munafik dll. Sifat-sifat ini ada di bawah permukaan kehidupan kita tanpa kita sadari. Dalam situasi-situasi tertentu, sifat-sifat ini muncul dan ketika kita tidak siap, maka kita akan anggap ini sebagai “orang yang sulit.”

Dobbin mengingatkan bahwa PB sendiri sebenarnya sering berbicara tentang kedagingan di dalam gereja. Jika gereja sudah rohani semua, menurut Dobbins, maka mungkin PB juga tidak akan ditulis.

Kedua, kita berharap bahwa semua orang mencintai kita. Pada kenyataannya, tidak begitu bukan?

Pada kenyataannya, sulit atau tidak sulitnya seseorang dimata kita, memang dipengaruhi pula oleh tipe atau karakter bawaan orang tersebut.


Menurut beberapa jurnal psikologi ada beberapa tipe orang yang sulit:

Keras (Hardcore)

Mengancam, mengintimidasi bahkan melakukan tindakan kasar. Mereka harus selalu benar dan akan ngamuk seperti banteng jika ada yang menantang mereka.

Cara mengatasi:

Tetap tenang, biarkan ia marah-marah. Hentikan jika tindakannya mulai merusak. Panggil namanya dan nyatakan apa yang menjadi statement kita tanpa berusaha untuk berkonfrontasi. Biasanya kita akan sulit menang melawan tipe ini.

Kata-kata yang bisa dipakai: “Saya punya sudut pandang yang berbeda, tetapi saya mau dengar apa pendapat Bapak.” Atau “Dari sudut pandang saya…”

Princess

Orang yang pandai, punya banyak pengetahuan dan informasi. Sering melecehkan kita karena dia merasa lebih banyak tau daripada orang lain. Dia senang jadi pusat perhatian dan senang memamerkan kepintarannya.

Cara mengatasi:

Jika kita bicara dengannya, pastikan kita memang tau banyak fakta. Atau kalau kita sadar bahwa kita memang kalah pintar, sebaiknya kita biarkan dia mengeluarkan hasratnya dalam memamerkan kepintaran, beri pujian kalau perlu. Setelah ia puas, biasanya ia akan lebih bisa diajak berbicara.

Negatif

Orang yang selalu mengeluh, cenderung melihat segala sesuatu dari sudut yang negatif.

Cara mengatasi:

Berusahalah untuk tetap positif, arahkan pada fakta-fakta yang positif dan realistis. Jangan buru-buru bicara tentang solusi, karena pasti akan dinegatifkan juga. Lebih baik bicara tentang fakta ketimbang ide-ide dengan orang seperti ini.

Orang yang suka menyenangkan orang lain (People pleaser)

Pada awalnya mereka menyenangkan, tetapi lama-lama kita repot juga karena orang seperti ini tidak bisa berkata “tidak” pada orang lain.

Cara mengatasi:

Kita harus peka ketika melibatkan orang seperti ini dalam pelayanan, jangan sampai akhirnya kita kecewa padanya karena kita sudah terlanjur terlalu berharap padanya.


Bagaimana mengasihi orang yang sulit di dalam kebersamaan?

Ini bisa menimbulkan polemik tersendiri. Karena orang yang bermasalah secara pribadi harus ditangani secara pribadi. Kebersamaan seringkali bukan hal yang baik, malah menakutkan dan mendorong orang ini untuk semakin bersembunyi di dalam benteng-benteng yang dibangunnya.

Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah

  • doakan dalam kelompok kecil, tanpa sepengetahuan dia.
  • tetap libatkan dalam kegiatan-kegiatan kelompok sambil terus dibimbing, dibina oleh seorang pemimpin kelompok.

Kiranya Tuhan menolong kita, tanpa pertolongan dari Tuhan kita akan kesulitan dalam melayani orang-orang yang berkepribadian sulit.

Monday, April 1, 2024

Melayani Tuhan di dunia sebagai sebuah tim

Melayani Tuhan sebagai sebuah tim

Melayani Tuhan adalah sebuah konsekuensi dari kehidupan orang percaya.

Efesus 2:8-10 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Ayat ini cukup gamblang mengajarkan pada kita bahwa kita diselamatkan bukan semata-mata supaya kita bisa santai-santai masuk surge. Tujuan kita kita diselamatkan adalah untuk melakukan pekerjaan baik. Sama seperti pekerjaan Tuhan adalah baik adanya, maka Tuhan juga mau agar kita hidup di dalam pekerjaan-pekerjaan yang baik tersebut. Sehingga selaras dengan Tuhan. Jika Tuhan melayani dunia ini dan berkarya di dalam dunia ini. Maka tentu kita pun harus melayani Tuhan dalam berkarya di dunia ini. Itulah pelayanan kita.

Bagaimana kita melayani Tuhan?

Dari sejak semula, Tuhan sendiri memiliki gagasan bahwa manusia adalah makhluk social yang tidak baik jika hanya seorang diri saja.

Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.

Jelas dikatakan sejak semula bahwa adalah tidak baik apabila manusia itu seorang diri saja. Mengapa?

Karena jika sendiri tidak ada yang menolong manusia. Kita lihat sendiri di sini, walaupun Allah adalah penolong kita, namun Allah juga ingin agar pertolongan yang Ia berikan itu, dapat diberikan melalui manusia yang lain.

Mengapa manusia butuh penolong? Karena rupanya, manusia akan menghadapi banyak persoalan yang tidak dapat diselesaikannya sendiri. Ia butuh manusia lain.

Sejak semula, sudah menjadi ketetapan Tuhan bahwa manusia bukan diciptakan untuk menjadi individu yang sendiri, menyelesaikan segalanya sendiri, tetapi sebagai ciptaan yang saling menolong, saling mengisi, saling melengkapi untuk memenuhi tujuan Tuhan.

Pada waktu penciptaan Adam dan Hawa, tujuan Tuhan adalah memenuhi bumi. Pada waktu akan naik ke Sorga, Tuhan Yesus berpesan bahwa tujuan-Nya bagi kita adalah pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya dan mengajarkan segala sesuatu yang telah Dia ajarkan kepada kita sebagai orang percaya.

Sepanjang Alkitab kita kemudian melihat bahwa Tuhan ingin manusia belajar untuk mengerjakan pekerjaan-Nya di dalam sebuah tim.

Belajar bekerja dalam tim melalui pengalaman Musa

Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang. Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?" Kata Musa kepada mertuanya itu: "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah. Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah." Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja. Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya. (Keluaran 18:13-22)

Kita lihat disini bagaimana prinsip bekerja melayani Tuhan sebagai sebuah tim, sudah ada sejak zaman Musa. Pada awalnya Musa mengira bahwa hanya dirinyalah yang menjadi semacam saluran berkat bagi umat Israel, namun ternyata Musa keliru. Tuhan ingin agar Musa melayani-Nya di dalam sebuah tim kerja. Mengapa demikian? Sekali lagi, karena Musa tidak mungkin mampu menghadapi semua persoalan sendirian. Musa butuh orang lain. Musa butuh penolong. Tuhan ada penolong, tetapi tidak jarang pertolongan-Nya itu diberikan melalui tangan orang lain.

Philip Yancey pernah menulis sebuah buku berjudul: Where is God when it hurtsKesimpulan akhir dari buku itu adalah Where is the church when it hurts?

Contoh paling utama dari bekerja di dalam sebuah tim adalah Allah Tritunggal. Allah Tritunggal adalah Satu Esensi Allah yang sama di dalam Tiga Pribadi. Allah kita bukanlah Allah yang sendirian, tetapi Allah yang hidup bermasyarakat. Allah Bapa beda dengan Allah Anak dan beda pula dengan Allah Roh Kudus. Namun ketiga-Nya adalah satu.

Satu di dalam hal apa? Satu dalam hal esensi. Satu dalam visi, tujuan, rencana, kehendak dan satu di dalam kasih. Sehingga di dalam kesatuan-Nya itu, Allah Tritunggal selalu secara sempurna dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan besar secara bersama-sama.

Dalam Penciptaan, Allah Tritunggal mencipta bersama. Dalam karya keselamatan pun, Allah Tritunggal bekerja bersama-sama.

Allah Bapa merencanakan: Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya (Kejadian 3:15)

Allah Anak melaksanakan rencana keselamatan tersebut melalui kematian di kayu salib.

Allah Roh Kudus mewujudnyatakan karya keselamatan tersebut melalui pekerjaan-Nya mempertobatkan manusia dan membawa mereka menjadi percaya pada Yesus sehingga diselamatkan.

Semua bekerja di dalam tim. Semua melayani di dalam tim. Mengapa kita berpikir bahwa kita dapat melayani Tuhan sebagai secara sendirian?

Tantangan pelayanan kita bukanlah sesuatu yang mudah. Semakin hari dunia yang kita tinggali ini memang terasa semakin modern, semakin banyak kemudahan dan lain sebagainya. Tetapi bukan berarti bahwa manusia di bumi ini semakin hari semakin dekat dengan Tuhan. Justru sebaliknya, kasih menjadi semakin dingin dan hati manusia pun semakin jauh dari Tuhan. Berapa banyakkah gereja di masa sekarang ini dibandingkan dengan populasi umat manusia? Di antara gereja-gereja itu, berapakah yang masih setia pada Firman Allah?

Kalau kita baca artikel-artikel di Internet, kita akan mendapati bahwa semakin banyak orang-orang cerdik pandai yang semakin giat menulis dan mengajar bahwa Tuhan Yesus yang kita kenal di Alkitab itu, pada dasarnya hanyalah sebuah mitos belaka. Yesus Kristus tidak real. Ia hanya tokoh rekaan orang-orang Kristen saja. Dan cukup banyak juga saat ini, berbagai artikel yang membahas kebangkitan komunitas-komunitas penyembah setan di dunia ini.

Dunia ini semakin menjauh dari Tuhan. Kalaupun nama Tuhan dan nama Yesus disebut, maka tidak jarang konsep mereka tentang Tuhan dan Yesus pun sama sekali bukan konsep yang diajarkan oleh Alkitab.

Maka demi semua tantangan yang semakin berat ini, mari kita semakin mempererat ikatan kasih di dalam tim pelayanan gereja kita. Kita tidak sanggup bekerja sendirian. Kita butuh penolong, yaitu saudara-saudari kita sebagai sebuah tim.

Amin