Friday, July 23, 2021

Ada 8 Alasan mengapa Tuhan Yesus menjadi Manusia

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yohanes 1:14)


8 alasan mengapa Tuhan Yesus menjadi Manusia

Tulisan "Mengapa Yesus Kristus harus menjadi seorang Manusia?" ini adalah sebuah uraian yang berisi 8 alasan yang mendasari tindakan Tuhan Yesus, Allah kekal itu, rela turun ke dunia, lahir menjadi Manusia sama seperti kita. Semoga melalui tulisan ini kita semakin diyakinkan akan betapa besarnya cinta kasih Tuhan Yesus kepada manusia yang berdosa seperti kita. Dalam menjelaskan alasan mengapa Yesus Kristus harus menjadi seorang Manusia, saya juga mengambil beberapa kutipan dari Firman Tuhan sehingga kita boleh yakin bahwa alasan-alasan tersebut memang memiliki landasan Alkitab yang cukup baik. Semoga melalui tindakan Tuhan kita Yesus Kristus yang bersedia menerima tanggungjawab ketika Ia harus menjadi seorang Manusia, mendorong kita untuk semakin mengasihi Dia dan mendorong kita untuk belajar lebih mengasihi sesama kita.
 
 
Rekomendasi Buku:
"Kasih Karunia Yang Ajaib"
 
Yesus Kristus adalah Pribadi paling unik yang pernah ada di dalam dunia. Tidak ada satu manusiapun yang sama seperti Dia. Tidak ada satu orang pun yang boleh disejajarkan dengan Dia. Mengapa? Sebab Yesus Kristus adalah Allah Kekal yang turun ke dalam dunia, untuk menjadi Manusia sama seperti kita semua. [Baca juga: Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus Kristus menurut Injil Lukas. Klik disini.]

Orang yang tidak bisa melihat Yesus Kristus dalam keberadaan-Nya yang seperti ini adalah orang yang, menurut prinsip Alkitab, belum mendapat anugerah keselamatan.

Tetapi sebagai orang Kristen yang mendasarkan imannya di atas Alkitab, tidak ada keraguan sedikitpun bagi kita bahwa Yesus adalah Allah yang sejati sekaligus adalah Manusia yang sejati. Yesus bukan Allah kelas dua, dan Yesus juga bukan Manusia jadi-jadian. Rasul Yohanes dengan jelas sekali mengungkapkan bahwa Yesus adalah Allah yang telah menjadi Manusia dan diam di antara kita (Yohanes 1:14)

Pertanyaannya sekarang adalah, apa alasan yang mendasari tindakan Yesus Kristus untuk turun ke dunia dan menjadi seorang Manusia?

Dalam tulisan ini kita akan membahas setidaknya ada 8 alasan mengapa Yesus yang adalah Allah Mahakuasa, memilih turun ke dalam dunia, untuk menjadi Manusia sama seperti kita?

Alasan Pertama:
Untuk menjadi jalan pembenaran bagi diri kita di hadapan Allah

 
Di hadapan Tuhan kita semua adalah pendosa yang harus menerima hukuman karena pelanggaran-pelanggaran yang telah kita lakukan. Dan bukan itu saja, di hadapan Tuhan kita juga berada di dalam status hukuman karena pelanggaran yang telah dilakukan oleh Adam dan Hawa leluhur kita.

Karena Adam dan Hawa telah memberontak kepada Tuhan, maka kita sebagai keturunan dari Adam dan Hawa juga berada di bawah kutukan dosa sebagai akibat dari pemberontakan tersebut. Tanpa adanya suatu tindakan tambahan yang berasal dari luar kehidupan manusia, maka tidak akan ada pengharapan bagi manusia itu sendiri.

Ibarat seseorang yang tidak bisa berenang dan tubuhnya mulai tenggelam ke dalam air. Tidak ada kuasa atau kekuatan dari dalam dirinya sendiri untuk mengatasi proses tenggelam tersebut. Tangannya tidak mampu menolong, kakinya tidak mampu menolong, kepalanya pun tidak mampu menolong. Akhirnya sekujur tubuh orang itu perlahan-lahan semakin terperosok ke dalam air dan membawa dia ke dalam kematian.

Satu-satunya jalan untuk mengatasi persoalan demikian adalah apabila ada pihak lain di luar diri orang itu yang datang menolong. Yaitu seseorang yang tidak dalam keadaan tenggelam, seseorang yang mampu mengatasi problem ketenggelaman sehingga mempunyai kekuatan untuk menarik orang yang tenggelam tadi dari air.

Problem keberdosaan manusia juga seperti itu. Sebagai orang berdosa, yang dilahirkan dari keturunan manusia berdosa pula, kita tidak punya kekuatan di dalam diri kita sendiri untuk keluar dari situasi yang menenggelamkan kita ke dalam hukuman atas dosa.

Dibutuhkan pihak lain yang menolong kita. Yang membenarkan diri kita. Yang meluputkan kita dari hukuman atas dosa. Dan Alkitab mengajarkan bahwa pihak lain itu adalah Yesus Kristus.

Rasul Paulus pernah menulis: Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. (Roma 5:18,19)
 
Dunia membutuhkan Yesus Kristus, yaitu satu sosok manusia yang memiliki ketaatan sempurna di hadapan Allah. Sehingga melalui perbuatan Yesus yang benar itu, kita yang percaya kepada-Nya memperoleh jalan untuk dibenarkan pula di hadapan Allah.

Alasan kedua:
Untuk memberikan kita kesempatan untuk menjadi makhluk sorga


Semua orang tentu ingin pergi ke sorga, tetapi apakah semua orang pasti akan kesana? Itu merupakan persoalan yang sama sekali berbeda.

Sebagai keturunan Adam, kita memang adalah makluk yang hidup, dalam artian bahwa kita bisa bebas bergerak, bebas bernafas, bebas berkehendak dan lain sebagainya. Tetapi apakah dengan keadaan seperti ini kita juga bebas untuk melangkahkan kaki kita menuju ke sorga? Sebagaimana yang dicita-citakan semua orang? Menurut Alkitab ternyata tidak demikian.

Dalam perjumpaan antara Tuhan Yesus dengan Nikodemus, Tuhan Yesus pernah berkata seperti ini: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3)

Bayangkan kata-kata Tuhan Yesus itu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali, jangankan masuk ke dalam sorga, atau Kerajaan Allah, untuk melihat pun ia tidak dapat. Mengerikan sekali bukan? Betapa berbedanya anggapan dunia bahwa semua orang yang meninggal pasti akan masuk ke sorga, bukan?

Sebagai keturunan Adam, kita hanyalah makhluk alamiah, berasal dari debu tanah, bersifat kedagingan dan kelak akan kembali menjadi debu tanah. Kedatangan Yesus ke dunia memberi kesempatan pada kita semua untuk memiliki peluang yang berbeda. Kedatangan Yesus ke dunia memberi jalan bagi kita untuk mengalami kelahiran kembali, yaitu suatu kelahiran yang bersifat spiritual sebagaimana yang Yesus jelaskan kepada Nikodemus dalam Yohanes 3:3 tadi.

Rasul Paulus juga pernah menjelaskan konsep semacam ini ketika ia menulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga. (1 Kor 15:45-47)
 
Tanpa kedatangan Tuhan Yesus sebagai Manusia, tidak ada suatu roh yang menghidupkan. Dan karena Tuhan Yesus adalah manusia yang berasal dari sorga, maka ada kemungkinan bagi kita untuk pergi bersama Yesus ke tempat asal-Nya itu, yaitu apabila kita tetap berada di dalam persekutuan dengan Dia.

Alasan ketiga:

Untuk menjadi model ketaatan Manusia yang sempurna di hadapan Allah


Sebagai manusia kita mengira bahwa hidup kita baik-baik saja. Sebagai manusia kita sering berpikir bahwa cara hidup kita saat ini adalah cara hidup yang sudah cukup dapat diterima.

Banyak orang mengira bahwa apabila dalam hidup ini kita tidak suka mencuri, tidak pernah membunuh, tidak pernah merugikan orang lain, maka kita pada dasarnya adalah orang baik yang kelak akan menjadi penghuni sorga. Tetapi masalahnya, dari mana ukuran baik atau tidak baik itu berasal?

Seorang teroris pun bisa merasa bahwa apa yang ia lakukan adalah sebuah kebaikan. Mereka bisa melihat bahwa perjuangan mereka adalah perjuangan untuk melawan kejahatan, atau pembalasan atas perbuatan pihak lain, atau memperjuangkan ideologi yang mereka anggap benar.

[Baca juga: Apakah arti dari kebebasan Kristen? Klik disini]
 
Kalau sudah seperti ini, dimana patokan atau ukuran kebaikan seorang manusia? Apalagi jika diperhadapkan pada ukuran kebaikan seorang manusia di hadapan Sang Pencipta. Darimana kita mengukur apakah kita sudah cukup berkenan di mata-Nya ataukah belum? Jangan-jangan selama ini kita hanya menduga saja apa yang kita anggap baik dari diri kita. Tetapi bagaimana jika ternyata apa yang kita anggap baik itu ternyata justru merupakan hal yang dibenci oleh Tuhan.

Kehadiran Yesus Kristus ke dalam dunia adalah menjadi contoh tentang profil seperti apakah yang dianggap sebagai sempurna di hadapan Allah Pencipta.

Rasul Yohanes pernah menulis: Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. (1 Yoh 2:6)

Pernyataan dari rasul Yohanes ini cukup tegas dan barangkali cukup keras juga bagi telinga kita. Yesus Kristus bukan hanya hadir sebagai sosok yang kita percayai, kita kagumi atau kita akui keberadaan-Nya. Lebih dari itu, Yesus Kristus adalah barometer kehidupan setiap manusia yang percaya kepada-Nya. Hari lepas hari kehidupan kita harus diarahkan agar semakin serupa dengan gaya hidup Yesus Kristus.

Memang benar, bahwa selama hidup ini tidak ada satu manusia pun yang dapat menjalankan hidup seperti Tuhan Yesus sempurna, akan tetapi yang diharapkan dari kita pertama-tama adalah arah yang benar, bukan kesempurnaannya. It’s about direction, it’s not about perfection.

Jika Yesus tidak lahir ke dalam dunia, kita tidak akan pernah memiliki standar semacam itu. Jika Yesus tidak pernah hadir sebagai Manusia di bumi ini, kita tidak akan pernah tahu kemana arah kehidupan ini harus kita tujukan.

Bukan hanya Yohanes yang memiliki pandangan semacam itu, rasul Paulus pun memiliki sudut pandang yang serupa ketika ia berkata: Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (Roma 8:29)
 
Sungguh indah melihat bagaimana Tuhan Yesus sendiri menganggap diri-Nya sebagai saudara bagi kita semua. Dan Dia mengundang kita, saudara-saudari-Nya yang berdosa ini, untuk belajar hidup sama seperti Dia.

Orang percaya memiliki suatu arah dan pedoman di dalam kehidupan mereka sehingga mereka tidak kehilangan arah dan tujuan. Tetapi, bagaimana dengan mereka yang tidak percaya kepada-Nya? Bagi orang yang tidak percaya kepada Yesus maka jangankan ada kesempatan untuk belajar hidup seperti Yesus, untuk luput dari hukuman kekal pun mereka tidak ada kemungkinan sama sekali.

Beberapa ungkapan Alkitab lainnya mengenai Kristus sebagai model ketaatan: 1 Yoh 3:2-3; 2 Korintus 3:18; 1 Petrus 2:21; Ibrani 12:3; Filipi 3:10; Kisah 7:60; 1 Petrus 3:17-18; 1 Petrus 4:1.

Alasan keempat

Sebagai korban pengganti untuk menebus dosa-dosa manusia.


Di dalam bagian sebelumnya kita sudah membahas bahwa kita adalah manusia-manusia yang berdosa di hadapan Allah. Kedatangan Kristus ke dalam dunia sebagai Manusia bukan hanya untuk menjadi teladan saja, tetapi terutama untuk membereskan problem dosa yang dihadapi oleh manusia.

Mari kita lihat bagaimana pandangan rasul Paulus terhadap hal ini: Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! (Roma 6:8-10)
 
Menurut Paulus, Kristus datang untuk mati bagi kita, yaitu agar kita dapat dibenarkan oleh darah-Nya. Melalui kematian Kristus itu, kita diselamatkan dari murka Allah, diperdamaikan dengan Allah dan kemudian diselamatkan oleh hidup-Nya.

[Baca juga: Disalibkan bersama Kristus. Klik disini]

Betapa besar arti penting kedatangan Yesus Kristus bukan? Seandainya Yesus tidak pernah turun ke bumi, menjadi Manusia dan mati di atas kayu salib. Maka kita semua pasti akan mengalami murka Allah tanpa ada jalan keluar sama sekali.

Alasan kelima

Untuk menjadi satu-satunya Pengantara antara Allah dan Manusia.


Siapakah yang dapat berbicara langsung kepada Allah? Kita manusia fana yang berdosa, sedangkan Allah adalah sosok yang kekal dan suci. Tidak ada sedikitpun persamaan kualitas di antara kita dan Allah Sang Pencipta.

Membayangkan bahwa kita boleh berbicara atau menjalin suatu hubungan dengan Allah yang tidak terlihat seperti itu, jauh lebih merupakan sebuah fantasi dibandingkan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Kita tidak tahu apa yang Dia pikirkan. Kita tidak tahu apa yang Dia suka atau tidak suka, apa yang Dia rencanakan atau inginkan. Hanya jika Allah sendiri berkehendak untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia sajalah, maka kesulitan-kesulitan yang saya sebutkan tadi dapat diatasi.

Dan kita boleh bersyukur bahwa di dalam sejarah, Allah ternyata telah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Dan puncak penyataan diri Allah itu tidak lain dan tidak bukan adalah melalui Yesus Kristus.

Rasul Paulus pernah menjelaskan mengenai hal ini demikian: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (1 Tim 2:5)

Peran seorang pengantara dapat dipahami sebagai penghubung atau wakil dari masing-masing pihak. Yesus adalah wakil Manusia untuk bertemu dengan Allah sekaligus Yesus juga adalah wakil dari Allah untuk bertemu dengan manusia.

Sebagai pengantara, Tuhan Yesus menjadi penghubung:
-
Antara bumi dengan langit
-
Antara dunia dengan sorga
-
Antara manusia yang berdosa dengan Allah yang mahasuci
-
Antara dunia yang keliatan dengan dunia yang tidak tidak kelihatan.
-
Antara ciptaan dan Pencipta
-
Antara yang jasmani dan yang rohani.
-
Antara manusia yang berdoa dengan Allah yang menjawab doa.

Tidak ada satu manusia pun di bumi ini yang dapat memiliki kualitas seperti Yesus sehingga dapat memikul peran yang sedemikian besar. Tidak peduli berapa besar keinginan seorang manusia untuk menjadi pengantara, mereka tidak mungkin dapat menyamai kualitas yang ada di dalam diri Yesus.

Tidak perduli berapa banyak orang yang mendukung atau mengangkat seseorang sebagai pengantara bagi Allah dan manusia, tetap saja orang tersebut tidak mungkin dapat memenuhi kualitas seperti yang ada di dalam diri Yesus Kristus. Misalnya, ada sekelompok orang tertentu yang ingin menjadikan rasul Paulus atau Petrus atau Maria ibu Yesus atau siapa saja sebagai pengantara bagi mereka. Maka hal itu, menurut prinsip Alkitab, akan sia-sia saja.

Tidak peduli berapa banyak doa yang dipanjatkan melalui Paulus, atau melalui Petrus atau melalui Maria ibu Yesus, maka sekali lagi menurut Alkitab, doa semacam itu tidak akan mendapat perkenanan dari Bapa. Mengapa?

Pertama, karena hal itu bertentangan dengan ajaran Alkitab.
Dan kedua, karena tidak ada satu manusiapun yang pantas atau boleh menjadi, atau dijadikan sebagai pengantara bagi Allah dan manusia.

Perkataan Paulus di dalam surat kepada Timotius sudah sangat jelas dan tidak mungkin ditafsirkan secara berbeda. Pilihannya hanya dua, entah kita mau menerima Alkitab, atau kita membuang Perkataan Tuhan itu dan mengambil posisi yang berlawanan dengan Allah sendiri.

Lagipula, secara logika, bagaimana mungkin manusia dapat mengangkat manusia lainnya untuk menjadi wakil bagi Allah?

Manusia biasa, berapa pun salehnya di mata masyarakat, tidak mungkin dapat menjadi pengantara bagi Allah dan manusia. Sebab semua manusia pada hakekatnya:
  • Berasal dari bumi, sehingga tidak mungkin menjadi pengantara untuk langit.
  • Berasal dari dunia, sehingga bagaimana mungkin menjadi pengantara untuk sorga?
  • Adalah keturunan manusia yang berdosa, sehingga tidak mungkin menjadi wakil dari Allah yang mahasuci.
  • Hidup di dalam dunia yang kelihatan, sehingga bagaimana mungkin dapat menjadi wakil dari dunia yang tidak kelihatan? Tidak ada seorangpun yang punya kuasa untuk dengan sengaja pindah dari dunia yang kelihatan ke dunia yang tidak kelihatan, lalu pindah lagi sesuka hatinya.
  • Adalah ciptaan, sehingga bagaimana mungkin ia dapat menjadi wakil dari Sang Pencipta?
  • Adalah manusia jasmani, hidup di dunia yang fana, bagaimana mungkin seseorang dapat menjadi wakil dari dunia spiritual yang bersifat kekal?
  • Adalah sama di hadapan Allah, sehingga tidak mungkin menjadi tujuan dari sebuah doa.
Ketika kita mengatakan bahwa tidak mungkin ada manusia lain yang bisa menjadi pengantara bagi Allah dan manusia, maka hal itu bukan karena semata-mata kita ingin menyerang ajaran tertentu atau gereja tertentu.

Tetapi mari kita bayangkan, siapakah Paulus? Apakah Paulus pernah menciptakan gunung gemunung? Siapakah Petrus, apakah ia pernah menjadikan terang? Betapapun Maria ibu Yesus adalah wanita yang terhormat dan saleh, tetapi apakah dia yang menciptakan matahari, bulan, burung, ikan dan semua binatang yang hidup di daratan?

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu saja sudah sangat absurd, bukan? Betapa lebih absurdnya jika kita mengira bahwa ada manusia yang dapat menjadi pengantara bagi Allah dan manusia, kecuali jika Orang itu memang adalah Allah yang menjadi Manusia.

Mungkin kita bertanya di dalam hati: Apa salahnya jika kita hanya minta tolong kepada rasul-rasul atau orang saleh yang sudah ada di sorga itu, agar mereka turut berdoa bagi kita? Bukankah makin banyak yang berdoa bagi kita, maka kemungkinan doa itu didengar dan dipenuhi menjadi semakin besar? Tentu saja anggapan semacam ini sangat salah dan bertentangan dengan Alkitab.

Berdoa bagi orang lain adalah fungsi seorang imam. Sekarang mari kita perhatikan ajaran Alkitab mengenai Sosok seperti apakah yang boleh menjadi imam atau pengantara bagi doa kita kepada Bapa: Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, (Ibrani 7:25-26)
 
Perhatikan kualitas dari Pribadi yang boleh menjadi Pengantara doa kita; saleh, tanpa salah, tanpa noda, terpisah dari orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga. Kecuali Yesus, siapakah manusia di bumi ini yang dapat lebih tinggi dari tingkat-tingkat sorga? Tidak ada. Marilah kita menjalankan iman kita dengan berlandaskan pada kebenaran Firman, dan bukan berdasarkan angan-angan celaka yang diciptakan oleh manusia-manusia berdosa.

Ketika Yesus sudah hadir sebagai pengantara bagi Allah dan manusia, tetapi kita tetap berpikir bahwa ada orang lain yang bisa bertindak sebagai pengantara bagi kita, maka tindakan kita itu sangat offensive di hadapan Yesus.

Mengangkat seorang manusia biasa kepada level yang ilahi adalah dosa dan merupakan suatu penyembahan berhala. Ini pernah dilakukan orang bangsa Babilonia kepada raja mereka, atau dilakukan oleh bangsa Romawi terhadap Kaisar mereka. Tentu kita juga tidak ingin mengikuti jalan yang dikutuk oleh Tuhan itu pada masa sekarang ini, bukan?

Alasan keenam

Untuk menggenapi tujuan Allah bagi Manusia sebagai penguasa atas ciptaan.


Ketika Allah menciptakan manusia di bumi ini, Allah menginginkan agar manusia dapat berkuasa atas seluruh ciptaan yang lain.

Mari kita perhatikan kata-kata Tuhan:

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28)
 
Namun semenjak manusia jatuh ke dalam dosa, kita tidak menjadi berkuasa atas ciptaan sebagaimana yang direncanakan semula bagi kita. Sebaliknya, manusia jatuh ke dalam penyembahan terhadap alam itu sendiri.

Di Taman Eden, manusia tidak mendengar suara Tuhan, melainkan justru memilih untuk mendengar suara sang ular. Di tanah Sinear, manusia tidak menghargai kemuliaan yang Tuhan berikan di dalam diri mereka, melainkan mereka menjadikan sebuah menara, yang adalah benda mati, sebagai lambang jati diri mereka.

Tuhan menciptakan manusia dengan dignitas yang lebih tinggi dari semua ciptaan, tetapi manusia justru menghancurkan dignitas Ilahi dan memilih untuk menyembah ciptaan Tuhan yang lebih rendah.

Hingga sekarang pun manusia masih melakukan hal ini. Kita sudah sangat terbiasa untuk mengukur jatidiri seseorang dari kekayaannya bukan? Apakah orang yang kaya lebih bernilai daripada orang yang tidak kaya? Alkitab tidak pernah mengajarkan kepada kita untuk memiliki cara pandang seperti itu.

Yesus pun pernah dicobai untuk menyembah iblis dengan imbalan akan memperoleh seluruh kekayaan dan kemuliaan dunia, tetapi Tuhan Yesus menolak tawaran iblis. Banyak dari kita yang akan menerima tawaran semacam itu dan terhilang dari kehidupan. Yesus di sisi lain, dengan tegas memperingatkan iblis bahwa hanya Allah saja yang patut disembah.

Ketaatan Yesus yang sudah teruji itu membuat Dia layak menerima perkenanan dari Bapa dan mari kita perhatikan kata-kata Yesus sendiri: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (Matius 28:18). Bapa mengaruniakan segala kuasa kepada Satu Manusia yang paling taat kepada-Nya. Tanpa Yesus, siapakah yang akan melaksanakan kehendak Bapa di dalam diri manusia untuk berkuasa di atas bumi?

Beberapa ungkapan Alkitab mengenai Kristus sebagai penggenap tujuan Allah bagi manusia: Ibrani 2:8; Efesus 1:22

Alasan ketujuh

Sebagai model atau pola bagi tubuh penebusan kita.


Sebagai orang percaya kita bukan saja akan diselamatkan dari penghukuman kekal, tetapi kita juga akan diberikan suatu tubuh yang baru. Mengapa demikian?

Mari kita perhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus: Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa. (1 Kor 15:50)
 
Sebagai manusia yang hidup di dalam daging dan darah, kita tidak mungkin akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Oleh karena itu, kita yang percaya kepada Yesus akan diubah melalui kebangkitan dari kematian.

Paulus menjelaskan demikian: Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. (1 Kor 15:42-44)
 
Tanpa kehadiran Yesus Kristus yang menampakkan diri-Nya sesudah kebangkitan, kita tidak akan pernah tahu seperti apakah tubuh yang rohaniah itu. Tetapi Yesus di dalam kebaikan-Nya telah memberi kita suatu petunjuk yang boleh menjadi suatu dasar dalam kita berharap. Sebagaimana tubuh yang dimiliki Yesus setelah kebangkitan, seperti itu pulalah tubuh yang akan kita miliki setelah kebangkitan kita sendiri.

Beberapa ungkapan Alkitab mengenai Kristus sebagai model bagi tubuh penebusan kita: 1 Korintus 15:49; Kolose 1:18

Alasan kedelapan

Untuk dapat menjadi Imam Agung yang sungguh memahami pergumulan manusia.


Siapakah yang tidak pernah menghadapi persoalan di dalam hidup ini? Ada orang yang di dalam hidupnya mengalami persoalan yang sedemikian berat hingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Ada pula orang yang menjadi terganggu jiwanya karena persoalan pelik yang ia hadapi di dalam hidup.

Persoalan hidup, pergumulan jiwa dan penderitaan, siapakah yang kebal terhadap hal-hal semacam itu? Bahkan Yesus Kristus pun selama hidup-Nya di dunia tidak luput dari berbagai persoalan yang harus Ia hadapi. Dan bukan itu saja, Yesaya bahkan mengatakan bahwa Yesus adalah seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; (Yesaya 53:3)

Kesengsaraan dan penderitaan bukan sesuatu yang asing bagi Yesus sejak dari kelahiran-Nya hingga hari kematian-Nya. Lahir di kandang binatang, dikejar-kejar untuk dibunuh, dibesarkan di sebuah desa yang tidak terkenal, ditolak, dihina, diusir, difitnah, disalahpahami, dicobai oleh manusia dan iblis. Hingga akhirnya Yesus harus mengalami kematian dengan cara yang sangat menyakitkan. Siapakah manusia yang pernah mengalami semuanya itu?

Penulis kitab Ibrani mengatakan: Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai. (Ibrani 2:17,18)
 
Semua penderitaan Yesus itu telah menjadikan diri-Nya sebagai Imam yang penuh belas kasihan terhadap manusia. Hanya orang yang pernah hidup di dalam penderitaan yang benar-benar mengerti apa artinya penderitaan bagi orang lain.

Jika Yesus tidak pernah menjadi Manusia, maka kita dapat menuduh Dia sebagai Allah yang tidak memahami situasi kita. Kita dapat menuduh Allah sebagai sosok yang hidup jauh di atas sana, nyaman di dalam sorga-Nya, bebas penderitaan, bebas kesulitan dan dapat melihat dari atas dengan enaknya dan tinggal perintah sini perintah sana kepada manusia. Semua kepercayaan di luar Alkitab dapat memiliki sudut pandang semacam ini. Karena Allah yang mereka pahami adalah allah yang jauh di atas sana.

Tetapi Yesus, tidak seorang pun dapat menuduh Yesus main perintah saja. Yesus benar-benar turun, benar-benar mengalami kesulitan manusia dan benar-benar mati karena manusia. Yesus tahu betul apa itu penderitaan. Dan Yesus tahu betul apa itu kematian. Ia adalah Allah yang sungguh-sungguh dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, karena Ia sendiri pernah mengalaminya.

Biarlah perkataan penulis Ibrani menjadi penutup dari pembahasan kita mengenai alasan mengapa Yesus Kristus turun ke dunia menjadi Manusia sama seperti kita.

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. (Ibrani 4:15,16)
 
Demikian penjelasan dari 8 alasan mengapa Yesus Kristus harus menjadi seorang Manusia. Semoga melalui tulisan ini kita semakin mengenal Dia, semakin mengasihi Dia dan juga semakin mengasihi sesama kita manusia. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.

Baca Juga:
Mari bersaksi tentang Kristus di dalam kuasa Roh Kudus. Klik disini
Panggilan Kristus pada kita untuk hidup saleh. Klik disini
Yesus Kristus adalah Dia yang senantiasa hadir bagimu. Klik disini
Jika Yesus Kristus memanggil, apakah kita siap? Klik disini
Apa artinya disalibkan bersama Kristus? Klik disini