Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yohanes 1:14)
8 alasan mengapa Tuhan Yesus menjadi Manusia |
Tulisan
"Mengapa Yesus Kristus harus menjadi seorang Manusia?" ini adalah
sebuah uraian yang berisi 8 alasan yang mendasari tindakan Tuhan Yesus,
Allah kekal itu, rela turun ke dunia, lahir menjadi Manusia sama seperti
kita. Semoga melalui tulisan ini kita semakin diyakinkan akan betapa
besarnya cinta kasih Tuhan Yesus kepada manusia yang berdosa seperti
kita. Dalam menjelaskan alasan mengapa Yesus Kristus harus menjadi
seorang Manusia, saya juga mengambil beberapa kutipan dari Firman Tuhan
sehingga kita boleh yakin bahwa alasan-alasan tersebut memang memiliki
landasan Alkitab yang cukup baik. Semoga melalui tindakan Tuhan kita
Yesus Kristus yang bersedia menerima tanggungjawab ketika Ia harus
menjadi seorang Manusia, mendorong kita untuk semakin mengasihi Dia dan
mendorong kita untuk belajar lebih mengasihi sesama kita.
Rekomendasi Buku:
"Kasih Karunia Yang Ajaib"
Yesus
Kristus adalah Pribadi paling unik yang pernah ada di dalam dunia. Tidak ada
satu manusiapun yang sama seperti Dia. Tidak ada satu orang pun yang boleh
disejajarkan dengan Dia. Mengapa? Sebab Yesus Kristus adalah Allah Kekal yang turun
ke dalam dunia, untuk menjadi Manusia sama seperti kita semua. [Baca juga: Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus Kristus menurut Injil Lukas. Klik disini.]
Orang
yang tidak bisa melihat Yesus Kristus dalam keberadaan-Nya yang seperti ini
adalah orang yang, menurut prinsip Alkitab, belum mendapat anugerah keselamatan.
Tetapi
sebagai orang Kristen yang mendasarkan imannya di atas Alkitab, tidak ada
keraguan sedikitpun bagi kita bahwa Yesus adalah Allah yang sejati sekaligus
adalah Manusia yang sejati. Yesus bukan Allah kelas dua, dan Yesus juga bukan
Manusia jadi-jadian. Rasul Yohanes dengan jelas sekali mengungkapkan bahwa Yesus
adalah Allah yang telah menjadi Manusia dan diam di antara kita (Yohanes 1:14)
Pertanyaannya
sekarang adalah, apa alasan yang mendasari tindakan Yesus Kristus untuk turun
ke dunia dan menjadi seorang Manusia?
Dalam
tulisan ini kita akan membahas setidaknya ada 8 alasan mengapa Yesus yang
adalah Allah Mahakuasa, memilih turun ke dalam dunia, untuk menjadi Manusia sama
seperti kita?
Alasan
Pertama:
Untuk
menjadi jalan pembenaran bagi diri kita di hadapan Allah
Di
hadapan Tuhan kita semua adalah pendosa yang harus menerima hukuman karena
pelanggaran-pelanggaran yang telah kita lakukan. Dan bukan itu saja, di hadapan
Tuhan kita juga berada di dalam status hukuman karena pelanggaran yang telah
dilakukan oleh Adam dan Hawa leluhur kita.
Karena
Adam dan Hawa telah memberontak kepada Tuhan, maka kita sebagai keturunan dari
Adam dan Hawa juga berada di bawah kutukan dosa sebagai akibat dari
pemberontakan tersebut. Tanpa adanya suatu tindakan tambahan yang berasal dari
luar kehidupan manusia, maka tidak akan ada pengharapan bagi manusia itu
sendiri.
Ibarat
seseorang yang tidak bisa berenang dan tubuhnya mulai tenggelam ke dalam air.
Tidak ada kuasa atau kekuatan dari dalam dirinya sendiri untuk mengatasi proses
tenggelam tersebut. Tangannya tidak mampu menolong, kakinya tidak mampu
menolong, kepalanya pun tidak mampu menolong. Akhirnya sekujur tubuh orang itu
perlahan-lahan semakin terperosok ke dalam air dan membawa dia ke dalam
kematian.
Satu-satunya
jalan untuk mengatasi persoalan demikian adalah apabila ada pihak lain di luar
diri orang itu yang datang menolong. Yaitu seseorang yang tidak dalam keadaan
tenggelam, seseorang yang mampu mengatasi problem ketenggelaman sehingga
mempunyai kekuatan untuk menarik orang yang tenggelam tadi dari air.
Problem
keberdosaan manusia juga seperti itu. Sebagai orang berdosa, yang dilahirkan
dari keturunan manusia berdosa pula, kita tidak punya kekuatan di dalam diri
kita sendiri untuk keluar dari situasi yang menenggelamkan kita ke dalam
hukuman atas dosa.
Dibutuhkan
pihak lain yang menolong kita. Yang membenarkan diri kita. Yang meluputkan kita
dari hukuman atas dosa. Dan Alkitab mengajarkan bahwa pihak lain itu adalah
Yesus Kristus.
Rasul Paulus pernah menulis: Sebab
itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh
penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang
beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan
satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh
ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. (Roma 5:18,19)
Dunia
membutuhkan Yesus Kristus, yaitu satu sosok manusia yang memiliki ketaatan
sempurna di hadapan Allah. Sehingga melalui perbuatan Yesus yang benar itu,
kita yang percaya kepada-Nya memperoleh jalan untuk dibenarkan pula di hadapan
Allah.
Alasan
kedua:
Untuk
memberikan kita kesempatan untuk menjadi makhluk sorga
Semua
orang tentu ingin pergi ke sorga, tetapi apakah semua orang pasti akan kesana?
Itu merupakan persoalan yang sama sekali berbeda.
Sebagai
keturunan Adam, kita memang adalah makluk yang hidup, dalam artian bahwa kita
bisa bebas bergerak, bebas bernafas, bebas berkehendak dan lain sebagainya.
Tetapi apakah dengan keadaan seperti ini kita juga bebas untuk melangkahkan
kaki kita menuju ke sorga? Sebagaimana yang dicita-citakan semua orang? Menurut
Alkitab ternyata tidak demikian.
Dalam
perjumpaan antara Tuhan Yesus dengan Nikodemus, Tuhan Yesus pernah berkata
seperti ini: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan
Allah." (Yohanes 3:3)
Bayangkan kata-kata Tuhan Yesus itu, jika seseorang tidak
dilahirkan kembali, jangankan masuk ke
dalam sorga, atau Kerajaan Allah, untuk melihat pun ia tidak dapat.
Mengerikan sekali bukan? Betapa berbedanya anggapan dunia bahwa semua orang
yang meninggal pasti akan masuk ke sorga, bukan?
Sebagai
keturunan Adam, kita hanyalah makhluk alamiah, berasal dari debu tanah,
bersifat kedagingan dan kelak akan kembali menjadi debu tanah. Kedatangan
Yesus ke dunia memberi kesempatan pada kita semua untuk memiliki peluang yang
berbeda. Kedatangan Yesus ke dunia memberi jalan bagi kita untuk mengalami
kelahiran kembali, yaitu suatu kelahiran yang bersifat spiritual sebagaimana
yang Yesus jelaskan kepada Nikodemus dalam Yohanes 3:3 tadi.
Rasul Paulus juga pernah menjelaskan konsep semacam ini ketika ia menulis: "Manusia
pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir
menjadi roh yang menghidupkan. Tetapi yang mula-mula datang bukanlah
yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang
rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani,
manusia kedua berasal dari sorga. (1 Kor 15:45-47)
Tanpa
kedatangan Tuhan Yesus sebagai Manusia, tidak ada suatu roh yang menghidupkan.
Dan karena Tuhan Yesus adalah manusia yang berasal dari sorga, maka ada
kemungkinan bagi kita untuk pergi bersama Yesus ke tempat asal-Nya itu,
yaitu apabila kita tetap berada di dalam persekutuan dengan Dia.
Alasan
ketiga:
Untuk
menjadi model ketaatan Manusia yang sempurna di hadapan Allah
Sebagai
manusia kita mengira bahwa hidup kita baik-baik saja. Sebagai manusia kita
sering berpikir bahwa cara hidup kita saat ini adalah cara hidup yang sudah
cukup dapat diterima.
Banyak
orang mengira bahwa apabila dalam hidup ini kita tidak suka mencuri, tidak
pernah membunuh, tidak pernah merugikan orang lain, maka kita pada dasarnya
adalah orang baik yang kelak akan menjadi penghuni sorga. Tetapi masalahnya,
dari mana ukuran baik atau tidak baik itu berasal?
Seorang
teroris pun bisa merasa bahwa apa yang ia lakukan adalah sebuah kebaikan. Mereka
bisa melihat bahwa perjuangan mereka adalah perjuangan untuk melawan kejahatan,
atau pembalasan atas perbuatan pihak lain, atau memperjuangkan ideologi yang
mereka anggap benar.
[Baca juga: Apakah arti dari kebebasan Kristen? Klik disini]
Kalau
sudah seperti ini, dimana patokan atau ukuran kebaikan seorang manusia? Apalagi
jika diperhadapkan pada ukuran kebaikan seorang manusia di hadapan Sang
Pencipta. Darimana kita mengukur apakah kita sudah cukup berkenan di mata-Nya
ataukah belum? Jangan-jangan selama ini kita hanya menduga saja apa yang kita
anggap baik dari diri kita. Tetapi bagaimana jika ternyata apa yang kita anggap
baik itu ternyata justru merupakan hal yang dibenci oleh Tuhan.
Kehadiran Yesus Kristus ke
dalam dunia adalah menjadi contoh tentang profil seperti apakah yang
dianggap sebagai sempurna di hadapan Allah Pencipta.
Rasul
Yohanes pernah menulis: Barangsiapa
mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus
telah hidup. (1 Yoh 2:6)
Pernyataan
dari rasul Yohanes ini cukup tegas dan barangkali cukup keras juga bagi telinga
kita. Yesus Kristus bukan hanya hadir sebagai sosok yang kita percayai, kita kagumi
atau kita akui keberadaan-Nya. Lebih dari itu, Yesus Kristus adalah barometer
kehidupan setiap manusia yang percaya kepada-Nya. Hari lepas hari kehidupan
kita harus diarahkan agar semakin serupa dengan gaya hidup Yesus Kristus.
Memang
benar, bahwa selama hidup ini tidak ada satu manusia pun yang dapat menjalankan
hidup seperti Tuhan Yesus sempurna, akan tetapi yang diharapkan dari kita
pertama-tama adalah arah yang benar, bukan kesempurnaannya. It’s about
direction, it’s not about perfection.
Jika
Yesus tidak lahir ke dalam dunia, kita tidak akan pernah memiliki standar
semacam itu. Jika Yesus tidak pernah hadir sebagai Manusia di bumi ini, kita
tidak akan pernah tahu kemana arah kehidupan ini harus kita tujukan.
Bukan
hanya Yohanes yang memiliki pandangan semacam itu, rasul Paulus pun memiliki
sudut pandang yang serupa ketika ia berkata: Sebab
semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya
dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia,
Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (Roma 8:29)
Sungguh indah melihat bagaimana Tuhan Yesus sendiri
menganggap diri-Nya sebagai saudara bagi kita semua. Dan Dia mengundang kita,
saudara-saudari-Nya yang berdosa ini, untuk belajar hidup sama seperti Dia.
Orang
percaya memiliki suatu arah dan pedoman di dalam kehidupan mereka sehingga
mereka tidak kehilangan arah dan tujuan. Tetapi, bagaimana dengan mereka yang
tidak percaya kepada-Nya? Bagi orang yang tidak percaya kepada Yesus maka
jangankan ada kesempatan untuk belajar hidup seperti Yesus, untuk luput dari
hukuman kekal pun mereka tidak ada kemungkinan sama sekali.
Beberapa ungkapan Alkitab lainnya mengenai
Kristus sebagai model ketaatan: 1 Yoh 3:2-3; 2
Korintus 3:18; 1 Petrus 2:21; Ibrani 12:3; Filipi 3:10; Kisah 7:60; 1 Petrus
3:17-18; 1 Petrus 4:1.
Alasan
keempat
Sebagai
korban pengganti untuk menebus dosa-dosa manusia.
Di
dalam bagian sebelumnya kita sudah membahas bahwa kita adalah manusia-manusia
yang berdosa di hadapan Allah. Kedatangan Kristus ke dalam dunia sebagai
Manusia bukan hanya untuk menjadi teladan saja, tetapi terutama untuk
membereskan problem dosa yang dihadapi oleh manusia.
Mari
kita lihat bagaimana pandangan rasul Paulus terhadap hal ini: Akan
tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus
telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena
kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan
diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,
diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita,
yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh
hidup-Nya! (Roma 6:8-10)
Menurut
Paulus, Kristus datang untuk mati bagi kita, yaitu agar kita dapat dibenarkan
oleh darah-Nya. Melalui kematian Kristus itu, kita diselamatkan dari murka
Allah, diperdamaikan dengan Allah dan kemudian diselamatkan oleh hidup-Nya.
[Baca juga: Disalibkan bersama Kristus. Klik disini]
Betapa
besar arti penting kedatangan Yesus Kristus bukan? Seandainya Yesus tidak
pernah turun ke bumi, menjadi Manusia dan mati di atas kayu salib. Maka kita
semua pasti akan mengalami murka Allah tanpa ada jalan keluar sama sekali.
Alasan
kelima
Untuk
menjadi satu-satunya Pengantara antara Allah dan Manusia.
Siapakah
yang dapat berbicara langsung kepada Allah? Kita manusia fana yang berdosa,
sedangkan Allah adalah sosok yang kekal dan suci. Tidak ada sedikitpun
persamaan kualitas di antara kita dan Allah Sang Pencipta.
Membayangkan
bahwa kita boleh berbicara atau menjalin suatu hubungan dengan Allah yang tidak
terlihat seperti itu, jauh lebih merupakan sebuah fantasi dibandingkan
kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Tidak ada seorangpun yang pernah
melihat Allah. Kita tidak tahu apa yang Dia pikirkan. Kita tidak tahu apa yang
Dia suka atau tidak suka, apa yang Dia rencanakan atau inginkan. Hanya jika
Allah sendiri berkehendak untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia sajalah,
maka kesulitan-kesulitan yang saya sebutkan tadi dapat diatasi.
Dan
kita boleh bersyukur bahwa di dalam sejarah, Allah ternyata telah menyatakan
diri-Nya kepada manusia. Dan puncak penyataan diri Allah itu tidak lain dan
tidak bukan adalah melalui Yesus Kristus.
Rasul Paulus pernah menjelaskan mengenai hal ini
demikian: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang
menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (1 Tim 2:5)
Peran
seorang pengantara dapat dipahami sebagai penghubung atau wakil dari masing-masing
pihak. Yesus adalah wakil Manusia untuk bertemu dengan Allah sekaligus Yesus
juga adalah wakil dari Allah untuk bertemu dengan manusia.
Sebagai
pengantara, Tuhan Yesus menjadi penghubung:
-
|
Antara
bumi dengan langit
|
-
|
Antara
dunia dengan sorga
|
-
|
Antara
manusia yang berdosa dengan Allah yang mahasuci
|
-
|
Antara
dunia yang keliatan dengan dunia yang tidak tidak kelihatan.
|
-
|
Antara
ciptaan dan Pencipta
|
-
|
Antara
yang jasmani dan yang rohani.
|
-
|
Antara
manusia yang berdoa dengan Allah yang menjawab doa.
|
Tidak
ada satu manusia pun di bumi ini yang dapat memiliki kualitas seperti Yesus
sehingga dapat memikul peran yang sedemikian besar. Tidak peduli berapa besar
keinginan seorang manusia untuk menjadi pengantara, mereka tidak mungkin dapat
menyamai kualitas yang ada di dalam diri Yesus.
Tidak
perduli berapa banyak orang yang mendukung atau mengangkat seseorang sebagai
pengantara bagi Allah dan manusia, tetap saja orang tersebut tidak mungkin
dapat memenuhi kualitas seperti yang ada di dalam diri Yesus Kristus. Misalnya,
ada sekelompok orang tertentu yang ingin menjadikan rasul Paulus atau Petrus
atau Maria ibu Yesus atau siapa saja sebagai pengantara bagi mereka. Maka hal
itu, menurut prinsip Alkitab, akan sia-sia saja.
Tidak
peduli berapa banyak doa yang dipanjatkan melalui Paulus, atau melalui Petrus
atau melalui Maria ibu Yesus, maka sekali lagi menurut Alkitab, doa semacam itu
tidak akan mendapat perkenanan dari Bapa. Mengapa?
Pertama, karena hal itu
bertentangan dengan ajaran Alkitab.
Dan
kedua, karena tidak ada satu manusiapun yang pantas atau
boleh menjadi, atau dijadikan sebagai pengantara bagi Allah dan manusia.
Perkataan
Paulus di dalam surat kepada Timotius sudah sangat jelas dan tidak mungkin
ditafsirkan secara berbeda. Pilihannya hanya dua, entah kita mau menerima
Alkitab, atau kita membuang Perkataan Tuhan itu dan mengambil posisi yang berlawanan
dengan Allah sendiri.
Lagipula,
secara logika, bagaimana mungkin manusia dapat mengangkat manusia lainnya untuk
menjadi wakil bagi Allah?
Manusia
biasa, berapa pun salehnya di mata masyarakat, tidak mungkin dapat menjadi
pengantara bagi Allah dan manusia. Sebab semua manusia pada hakekatnya:
-
Berasal
dari bumi, sehingga tidak mungkin menjadi pengantara untuk langit.
-
Berasal
dari dunia, sehingga bagaimana mungkin menjadi pengantara untuk sorga?
-
Adalah
keturunan manusia yang berdosa, sehingga tidak mungkin menjadi wakil dari Allah
yang mahasuci.
-
Hidup
di dalam dunia yang kelihatan, sehingga bagaimana mungkin dapat menjadi wakil
dari dunia yang tidak kelihatan? Tidak ada seorangpun yang punya kuasa untuk
dengan sengaja pindah dari dunia yang kelihatan ke dunia yang tidak kelihatan,
lalu pindah lagi sesuka hatinya.
-
Adalah
ciptaan, sehingga bagaimana mungkin ia dapat menjadi wakil dari Sang Pencipta?
-
Adalah
manusia jasmani, hidup di dunia yang fana, bagaimana mungkin seseorang dapat
menjadi wakil dari dunia spiritual yang bersifat kekal?
- Adalah sama di hadapan Allah, sehingga tidak mungkin menjadi tujuan dari sebuah doa.
Ketika
kita mengatakan bahwa tidak mungkin ada manusia lain yang bisa menjadi
pengantara bagi Allah dan manusia, maka hal itu bukan karena semata-mata kita ingin
menyerang ajaran tertentu atau gereja tertentu.
Tetapi
mari kita bayangkan, siapakah Paulus? Apakah Paulus pernah menciptakan gunung
gemunung? Siapakah Petrus, apakah ia pernah menjadikan terang? Betapapun Maria
ibu Yesus adalah wanita yang terhormat dan saleh, tetapi apakah dia yang
menciptakan matahari, bulan, burung, ikan dan semua binatang yang hidup di
daratan?
Pertanyaan-pertanyaan
semacam itu saja sudah sangat absurd, bukan? Betapa lebih absurdnya jika kita
mengira bahwa ada manusia yang dapat menjadi pengantara bagi Allah dan manusia,
kecuali jika Orang itu memang adalah Allah yang menjadi Manusia.
Mungkin
kita bertanya di dalam hati: Apa salahnya jika kita hanya minta tolong kepada
rasul-rasul atau orang saleh yang sudah ada di sorga itu, agar mereka turut
berdoa bagi kita? Bukankah makin banyak yang berdoa bagi kita, maka kemungkinan
doa itu didengar dan dipenuhi menjadi semakin besar? Tentu saja anggapan
semacam ini sangat salah dan bertentangan dengan Alkitab.
Berdoa
bagi orang lain adalah fungsi seorang imam. Sekarang mari kita perhatikan
ajaran Alkitab mengenai Sosok seperti apakah yang boleh menjadi imam atau pengantara
bagi doa kita kepada Bapa: Karena
itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh
Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi
Pengantara mereka. Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan:
yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari
orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, (Ibrani 7:25-26)
Perhatikan
kualitas dari Pribadi yang boleh menjadi Pengantara doa kita; saleh, tanpa
salah, tanpa noda, terpisah dari orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga. Kecuali
Yesus, siapakah manusia di bumi ini yang dapat lebih tinggi dari
tingkat-tingkat sorga? Tidak ada. Marilah kita menjalankan iman kita dengan
berlandaskan pada kebenaran Firman, dan bukan berdasarkan angan-angan celaka
yang diciptakan oleh manusia-manusia berdosa.
Ketika
Yesus sudah hadir sebagai pengantara bagi Allah dan manusia, tetapi kita tetap
berpikir bahwa ada orang lain yang bisa bertindak sebagai pengantara bagi kita,
maka tindakan kita itu sangat offensive
di hadapan Yesus.
Mengangkat
seorang manusia biasa kepada level
yang ilahi adalah dosa dan merupakan suatu penyembahan berhala. Ini pernah
dilakukan orang bangsa Babilonia kepada raja mereka, atau dilakukan oleh bangsa
Romawi terhadap Kaisar mereka. Tentu kita juga tidak ingin mengikuti jalan yang
dikutuk oleh Tuhan itu pada masa sekarang ini, bukan?
Alasan
keenam
Untuk
menggenapi tujuan Allah bagi Manusia sebagai penguasa atas ciptaan.
Ketika
Allah menciptakan manusia di bumi ini, Allah menginginkan agar manusia dapat
berkuasa atas seluruh ciptaan yang lain.
Mari
kita perhatikan kata-kata Tuhan:
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28)
Namun
semenjak manusia jatuh ke dalam dosa, kita tidak menjadi berkuasa atas ciptaan
sebagaimana yang direncanakan semula bagi kita. Sebaliknya, manusia jatuh ke
dalam penyembahan terhadap alam itu sendiri.
Di
Taman Eden, manusia tidak mendengar suara Tuhan, melainkan justru memilih untuk
mendengar suara sang ular. Di tanah Sinear, manusia tidak menghargai kemuliaan
yang Tuhan berikan di dalam diri mereka, melainkan mereka menjadikan sebuah
menara, yang adalah benda mati, sebagai lambang jati diri mereka.
Tuhan
menciptakan manusia dengan dignitas yang lebih tinggi dari semua ciptaan,
tetapi manusia justru menghancurkan dignitas Ilahi dan memilih untuk menyembah
ciptaan Tuhan yang lebih rendah.
Hingga
sekarang pun manusia masih melakukan hal ini. Kita sudah sangat terbiasa untuk
mengukur jatidiri seseorang dari kekayaannya bukan? Apakah orang yang kaya
lebih bernilai daripada orang yang tidak kaya? Alkitab tidak pernah mengajarkan
kepada kita untuk memiliki cara pandang seperti itu.
Yesus
pun pernah dicobai untuk menyembah iblis dengan imbalan akan memperoleh seluruh
kekayaan dan kemuliaan dunia, tetapi Tuhan Yesus menolak tawaran iblis. Banyak
dari kita yang akan menerima tawaran semacam itu dan terhilang dari kehidupan.
Yesus di sisi lain, dengan tegas memperingatkan iblis bahwa hanya Allah saja
yang patut disembah.
Ketaatan
Yesus yang sudah teruji itu membuat Dia layak menerima perkenanan dari Bapa dan
mari kita perhatikan kata-kata Yesus sendiri: "Kepada-Ku
telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (Matius 28:18). Bapa mengaruniakan segala kuasa kepada Satu Manusia yang paling taat
kepada-Nya. Tanpa Yesus, siapakah yang akan melaksanakan kehendak Bapa di dalam
diri manusia untuk berkuasa di atas bumi?
Beberapa ungkapan Alkitab mengenai
Kristus sebagai penggenap tujuan Allah bagi manusia: Ibrani 2:8; Efesus 1:22
Alasan
ketujuh
Sebagai
model atau pola bagi tubuh penebusan kita.
Sebagai
orang percaya kita bukan saja akan diselamatkan dari penghukuman kekal, tetapi
kita juga akan diberikan suatu tubuh yang baru. Mengapa demikian?
Mari
kita perhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus: Saudara-saudara,
inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah
tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak
mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa. (1 Kor 15:50)
Sebagai
manusia yang hidup di dalam daging dan darah, kita tidak mungkin akan masuk ke
dalam Kerajaan Allah. Oleh karena itu, kita yang percaya kepada Yesus akan
diubah melalui kebangkitan dari kematian.
Paulus
menjelaskan demikian: Demikianlah
pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan,
dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan,
dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan
dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan
adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh
rohaniah. (1 Kor 15:42-44)
Tanpa
kehadiran Yesus Kristus yang menampakkan diri-Nya sesudah kebangkitan, kita
tidak akan pernah tahu seperti apakah tubuh yang rohaniah itu. Tetapi Yesus di
dalam kebaikan-Nya telah memberi kita suatu petunjuk yang boleh menjadi suatu
dasar dalam kita berharap. Sebagaimana tubuh yang dimiliki Yesus setelah
kebangkitan, seperti itu pulalah tubuh yang akan kita miliki setelah
kebangkitan kita sendiri.
Beberapa ungkapan Alkitab mengenai
Kristus sebagai model bagi tubuh penebusan kita: 1 Korintus 15:49; Kolose 1:18
Alasan
kedelapan
Untuk
dapat menjadi Imam Agung yang sungguh memahami pergumulan manusia.
Siapakah
yang tidak pernah menghadapi persoalan di dalam hidup ini? Ada orang yang di
dalam hidupnya mengalami persoalan yang sedemikian berat hingga ia memutuskan
untuk mengakhiri hidupnya. Ada pula orang yang menjadi terganggu jiwanya karena
persoalan pelik yang ia hadapi di dalam hidup.
Persoalan
hidup, pergumulan jiwa dan penderitaan, siapakah yang kebal terhadap hal-hal
semacam itu? Bahkan Yesus Kristus pun selama hidup-Nya di dunia tidak luput
dari berbagai persoalan yang harus Ia hadapi. Dan bukan itu saja, Yesaya bahkan
mengatakan bahwa Yesus adalah seorang “yang penuh
kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan;” (Yesaya 53:3)
Kesengsaraan
dan penderitaan bukan sesuatu yang asing bagi Yesus sejak dari kelahiran-Nya
hingga hari kematian-Nya. Lahir di kandang binatang, dikejar-kejar untuk
dibunuh, dibesarkan di sebuah desa yang tidak terkenal, ditolak, dihina,
diusir, difitnah, disalahpahami, dicobai oleh manusia dan iblis. Hingga
akhirnya Yesus harus mengalami kematian dengan cara yang sangat menyakitkan.
Siapakah manusia yang pernah mengalami semuanya itu?
Penulis
kitab Ibrani mengatakan: Itulah
sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas
kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh
bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan,
maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai. (Ibrani 2:17,18)
Semua penderitaan Yesus itu telah menjadikan diri-Nya sebagai
Imam yang penuh belas kasihan terhadap manusia. Hanya orang yang pernah hidup
di dalam penderitaan yang benar-benar mengerti apa artinya penderitaan bagi
orang lain.
Jika Yesus tidak pernah menjadi Manusia, maka kita dapat
menuduh Dia sebagai Allah yang tidak memahami situasi kita. Kita dapat menuduh Allah
sebagai sosok yang hidup jauh di atas sana, nyaman di dalam sorga-Nya, bebas
penderitaan, bebas kesulitan dan dapat melihat dari atas dengan enaknya dan
tinggal perintah sini perintah sana kepada manusia. Semua kepercayaan di luar
Alkitab dapat memiliki sudut pandang semacam ini. Karena Allah yang mereka
pahami adalah allah yang jauh di atas sana.
Tetapi Yesus, tidak seorang pun dapat menuduh Yesus main
perintah saja. Yesus benar-benar turun, benar-benar mengalami kesulitan manusia
dan benar-benar mati karena manusia. Yesus tahu betul apa itu penderitaan. Dan
Yesus tahu betul apa itu kematian. Ia adalah Allah yang sungguh-sungguh dapat
turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, karena Ia sendiri pernah
mengalaminya.
Biarlah perkataan penulis Ibrani menjadi penutup dari
pembahasan kita mengenai alasan mengapa Yesus Kristus turun ke dunia menjadi
Manusia sama seperti kita.
Sebab
Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia
telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan
penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima
rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada
waktunya. (Ibrani 4:15,16)
Demikian
penjelasan dari 8 alasan mengapa Yesus Kristus harus menjadi seorang
Manusia. Semoga melalui tulisan ini kita semakin mengenal Dia, semakin
mengasihi Dia dan juga semakin mengasihi sesama kita manusia. Kiranya
Tuhan
Yesus memberkati kita. Amin.
Baca Juga:
Mari bersaksi tentang Kristus di dalam kuasa Roh Kudus. Klik disini
Panggilan Kristus pada kita untuk hidup saleh. Klik disini
Yesus Kristus adalah Dia yang senantiasa hadir bagimu. Klik disini
Jika Yesus Kristus memanggil, apakah kita siap? Klik disini
Apa artinya disalibkan bersama Kristus? Klik disini