Saturday, March 30, 2024

Bagaimana mempertahankan kelakuan bersih? (Renungan Mazmur 119)

Bagaimana mempertahankan kelakuan bersih? (Mazmur 119)

9 Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. 10 Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. 11 Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. (Mazmur 119:9-11)

97 Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. 98 Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. 99 Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. 100 Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu. 101 Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu. 102 Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku. 103 Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku. 104 Aku beroleh pengertian dari titah-titah-Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta. (Mazmur 119:97-104)


Pendahuluan

Mazmur 119 adalah suatu mazmur yang paling panjang di antara mazmur lainnya di dalam Alkitab. Mazmur ini ditulis dengan suatu sikap pengagungan kepada Firman Tuhan. Melalui syair-syairnya, pemazmur ingin mengajak kita untuk melihat arti penting Firman Tuhan dan bagaimana kita harus memeliharanya dalam hidup ini. Tulisan berikut ini saya buat berdasarkan kerangka khotbah yang pernah saya sampaikan di GKY Gading Serpong.


Apa yang Mazmur ini ajarkan tentang Firman Tuhan?

Ayat 9: menjaga kemurnian

Kata “bersih” dalam ayat 9 adalah zakeh yang berasal dari kata dasar zakah yang artinya bersih secara moral. Kata ini dapat pula berarti murni dan suci, atau pure.

Jika kita berbicara di dalam konteks Alkitab, kita tahu bahwa moral tertinggi adalah “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:5). Lalu Tuhan Yesus menambahkan pula “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Markus 12:31)

Jadi ketika kita berbicara tentang kelakuan yang bersih, maka tidak mungkin hal itu adalah mengenai suatu konsep yang ada di luar kedua hukum ini. Oleh karena itu, ketika kita mendengar pemazmur berkata tentang kelakuan yang bersih, hal itu bukan sekedar berbicara tentang berbuat baik, jadi anak baik, tidak nakal sebagaimana yang secara sosial kita pelajari dari agama dan kebudayaan orang-orang di sekitar kita. Ajaran Konfusius misalnya, sangat menekankan pada kebaikan-kebaikan sosial semacam ini.

Di dalam konteks zakah di sini, tentu termasuk di dalamnya adalah bagaimana seorang muda dapat mempertahankan kelakuan yang bersih di dalam mengasihi TUHAN dengan segenap hati dan segenap jiwa dan segenap kekuatan. Serta mengasihi sesama seperti diri sendiri.

Bagaimana kita menjaga diri kita untuk dapat tetap mengasihi TUHAN dan sesama dengan cara demikian?

Kata menjaga dalam ayat 9 adalah "samar" yang berarti:

  1. Mengawasi, menjaga seperti orang yang menjaga sebuah taman atau pun menjaga domba 
  2. Menjaga dengan sangat hati-hati, melindungi. 
  3. Menyimpan, seperti menyimpan barang berharga 
  4. Memperhatikan 
  5. Secara hati-hati dan secara penuh perhatian 

Dari kata Samar ini, terkandung pengertian menjaga dengan penuh upaya, dengan kehati-hatian, dengan keseriusan, bukan dengan sekedarnya. Di tengah dunia yang penuh dengan ketidakmurnian, godaan untuk berbuat dosa, kebangkitan agama-agama lain, pertanyaan pemazmur “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih?” sungguh menjadi sesuatu pertanyaan yang penting untuk diajukan.

Tantangan yang saya sebut di atas, berasal dari luar diri kita, yaitu tantangan yang bersifat eksternal. Apakah hanya ini yang harus kita waspadai? Tentu saja tidak.

Diri kita ini pun adalah pribadi yang berdosa. Punya kecenderungan untuk berdosa. Walaupun kita sebagai orang-orang percaya, sudah ditebus dan memiliki Roh Kudus. Tetapi bukan berarti perjuangan melawan dosa sudah selesai. Sebaliknya, peperangan yang ada di dalam diri kita justru semakin hebat.


Mengapa pemazmur memberi perhatian kepada “orang muda”?

Orang muda menjadi perhatian dalam Mazmur ini karena pemazmur sendiri menyadari bahwa:

Pertama, orang muda punya hasrat yang sama besar dengan orang dewasa, tetapi belum punya wadah yang benar seperti orang dewasa, khususnya dalam hal ini adalah keinginan sex.

Kedua, orang muda adalah orang yang sedang mencari jati diri dan belum berpengalaman. Kedewasaan seseorang tidak jarang lahir dari tempaan kehidupan. Sebagai orang muda, kesempatan mereka untuk ditempa dan dibentuk oleh kehidupan jelas lebih sedikit dibanding dengan orang yang lebih tua. Sehingga secara psikologis, relational, mereka relatif masih belum matang dan masih sangat butuh untuk berkembang dan bertumbuh. Salah satu contoh adalah mengenai kesabaran. Orang yang dewasa relatif sudah jauh lebih sering diuji kesabarannya oleh kehidupan, dibanding orang yang lebih muda yang umumnya jiwanya masih penuh pergolakan.

Yohanes dan Yakobus, adalah dua orang bersaudara yang dapat menjadi contoh dari jiwa muda yang bergolak. Atas kegarangan jiwa muda mereka, Yesus menyebut mereka sebagai Boanerges. “yang berarti anak-anak guruh.” (Markus 3:17) Lihat saja kata-kata mereka tentang orang-orang yang menolak Yesus, "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" (Lukas 9:54)

Sebagai tambahan, orang muda biasanya juga bergaul dengan orang-orang yang belum berpengalaman, sehingga sangat mungkin mereka akan belajar sesuatu tentang kehidupan dari sumber-sumber yang tidak tepat. Hal ini semakin menjadikan orang muda sebagai pribadi-pribadi yang sangat rentan untuk masuk ke dalam kehidupan yang tidak baik.

Jika kita berbicara tentang kesucian iman, maka orang muda adalah target yang lebih mudah untuk diselewengkan dari iman yang benar. Entah itu melalui ajaran yang berbeda dengan Alkitab yang diberikan secara langsung kepada anak-anak muda, entah itu misalnya melalui pertemuan dengan lawan jenis dari iman yang berbeda. Tidak sedikit orang-orang yang semula nampak seperti orang percaya, kemudian meninggalkan imannya kepada Yesus Kristus demi seorang pasangan yang berbeda iman. Hanya dengan menjaga iman kita melalui Firman Tuhanlah maka iman sejati itu dapat bertahan.

Mempertahankan kelakuan bersih, adalah tanggung jawab setiap orang, baik tua maupun muda. Tetapi dalam hal ini, pemazmur memberi perhatian khusus pada orang muda yang secara natural hidupnya penuh dengan risiko dan tantangan.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana caranya menjaga kelakuan sesuai dengan Firman Tuhan? Pemazmur memberi jawabannya pada ayat 10 dan 11.

Ayat 10: mencari Tuhan segenap hati

Untuk menjaga kelakuan seorang pemuda tetap sesuai dengan Firman Tuhan, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari Tuhan dengan segenap hati.

Dalam Roma 3:11 dikatakan “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.” Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa tidak mungkin mau mencari Allah. Oleh karena itu, Mazmur ini jelas berbicara tentang orang yang telah diberi anugerah percaya oleh Roh Kudus. Oleh karena itu, orang yang sudah percaya seperti kita, sudah sepatutnya melakukan pula apa yang dikatakan oleh pemazmur ini, yaitu mencari Tuhan dengan segenap hati.

Apa yang dimaksud dengan mencari Tuhan dengan segenap hati? Dalam bahasa Ibrani, kata yang digunakan untuk “dengan segenap hati” adalah bekol libbi yang artinya keseluruhan manusia yang ada di dalam (inner man)

Seringkali kita melihat seseorang yang begitu rohani. Mereka sering mengucapkan kata-kata rohani, menyanyikan lagu-lagu rohani, dan bahkan melakukan kegiatan agamawi dengan begitu serius dan khusuk. Akan tetapi apakah sudah dapat dipastikan bahwa orang-orang ini memang sedang mencari Tuhan dengan segenap hati? Belum tentu.

Pemuda kaya yang menemui Tuhan Yesus dalam Matius 19:16, terlihat begitu rohani dan sungguh-sungguh mencari Tuhan, tetapi pada akhirnya kita tahu bahwa ia menolak untuk ikut Yesus Kristus.

Kritikan Tuhan Yesus yang dialamatkan kepada pemuka-pemuka agama yang hidup di zaman-Nya, menunjukkan bahwa seorang yang kelihatan banyak melakukan hal-hal rohani seperti memberi sedekah, berdoa dan berpuasa (Matius 6:2,5,16) pun, belum tentu benar-benar memiliki kerohanian yang baik. Bahkan menurut Tuhan Yesus, mereka adalah orang-orang yang munafik.

Bagi Tuhan bukan aktifitas fisik yang kelihatan oleh manusia yang pertama-tama penting, melainkan keseluruhan manusia yang ada di dalam diri kita (inner man) itulah yang lebih bernilai.

Ketika kita mencari Tuhan, pertama-tama yang harus diarahkan adalah hati kita, inner man kita, bukan aktivitas fisik yang terlihat oleh orang di sekitar kita. Jika inner man kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka cepat atau lambat apa yang di luar pun akan terlihat dan menjadi kesaksian yang baik bagi orang lain. Ketika Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya, tidak sedikit orang yang kecewa dan tidak suka pada-Nya. Namun karena hati Yesus adalah hati yang murni dan berpaut pada Bapa-Nya, lambat laun banyak orang melihat perbuatan-Nya dan mereka menjadi percaya. Bahkan dengan jujur mereka mengakui bahwa Dia ini sungguh-sungguh Orang Benar.

Melalui ayat ini pemazmur mengajak kita untuk tidak menjadi orang-orang munafik yang hanya mementingkan ritual dan kegiatan agama secara fisik. Yang pemazmur inginkan adalah agar kita mencari Tuhan dari hati kita yang paling dalam. Hanya ketika kita mencari Tuhan dengan cara seperti inilah, maka kita akan lebih mampu untuk mempertahankan perilaku yang bersih.

Hal kedua adalah suatu pengakuan bahwa diri kita tidak mampu mengerjakan kesucian moral dengan kekuatan sendiri. Pemazmur mengajak kita untuk minta bantuan kepada Tuhan untuk tidak membiarkan kita menyimpang dari perintah-Nya.

Doa Bapa kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus juga mengajarkan prinsip ini. Yesus mengajarkan “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat” (Matius 6:13)

Melalui syair yang ditulis oleh pemazmur, maupun melalui doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, kita diajar untuk memiliki sikap yang rendah hati untuk mau mengakui kelemahan kita. Kita ini adalah domba yang lemah di tengah-tengah dunia serigala yang siap menelan kita. Hanya ketika kita bergantung pada Sang Gembala sajalah, maka kita akan mampu hidup di tengah-tengah bahaya. Sang Gembala itu adalah Yesus Kristus yang akan menjaga kita.

Ayat 11: membentengi hati dan pikiran

Hal ketiga yang harus dilakukan untuk menjaga hidup tetap bersih adalah dengan menyimpan Firman Tuhan dalam ingatan. Artinya adalah kita harus menghafal Firman Tuhan itu, dan bukan saja menghafal, tetapi juga berusaha mengerti apa yang dimaksud oleh Firman tersebut. Menyimpan Firman Tuhan dalam ingatan mengandung arti menjadikan Firman Tuhan sebagai kerangka berpikir kita. 

Francis Schaefer, seorang filsuf dan teolog Kristen, pernah mengatakan: “we do what we think, we think what we believe.” Menurut saya, ucapan Schaefer itu sangatlah tepat. Apa yang kita percayai, apa yang kita pikirkan begitu penting, karena itu semua menjadi dasar kita bertindak. Oleh karena itu, jika kita mempercayai Firman Tuhan dan senantiasa menyimpannya dalam ingatan kita, maka tindakan kita sehari-hari pun sudah pasti akan dipengaruhi oleh Firman Tuhan tersebut.

Ketika Tuhan Yesus dicobai oleh Iblis, Tuhan Yesus dengan fasih mengutip ayat-ayat dari Perjanjian Lama. Hal ini mengajarkan juga pada kita bahwa menghafal ayat-ayat di dalam Alkitab, pasti akan sangat membantu kita ketika harus menghadapi ujian dan cobaan di dalam hidup ini.

Kita tidak pernah tahu kapan cobaan akan datang. Jika kita senantiasa menyimpan Firman Tuhan di dalam ingatan kita, maka kapan pun cobaan datang, Firman itu akan menolong kita untuk tetap bertahan menghadapi kesulitan tersebut.

Ayat 97 - 104: Firman Tuhan di atas segalanya

Pada bagian ini, pemazmur mengajak kita untuk mencintai Firman Tuhan, yaitu dengan cara merenungkannya setiap hari. Itu adalah bentuk yang paling mendasar dari kecintaan kita terhadap Firman Tuhan. Tentu saja hal ini barulah suatu tahap permulaan bagi kita. Sebab pada akhirnya, kita bukan saja harus merenungkan, tetapi juga harus menjadi pelaku-pelaku Firman itu sendiri.

Bagi pemazmur, Firman Tuhan lebih tinggi dari apapun dan siapapun. Firman Tuhan adalah sumber dari seluruh kebijaksanaan yang ada di alam semesta. Tidak ada musuh, guru, imam, nabi, orang yang sudah tua, mau pun orang-orang dari zaman yang lampau, yang mampu menandingi kebijaksanaan Firman Tuhan.

Sampai hari ini pun, apa yang dikatakan oleh pemazmur masih berlaku. Firman Tuhan jauh lebih tinggi daripada teknologi, psikologi dan anthropologi yang semuanya adalah produk dari pengetahuan manusia.

Firman Tuhan bukan saja mengajarkan kita pengetahuan-pengetahuan yang tidak mungkin dicapai oleh akal manusia, tetapi Firman Tuhan juga menyatakan bagaimana kebijaksanaan Ilahi harus dijalankan.

Pengetahuan dan kebijaksanaan adalah dua hal yang berbeda. Pengetahuan didefinisikan sebagai segala informasi mengenai segala sesuatu yang nyata. Sedangkan kebijaksanaan adalah kemampuan untuk selalu memutuskan segala sesuatu yang baik bagi kehidupan ini.

Orang yang punya pengetahuan tinggi, belum tentu bijaksana. Ada banyak orang-orang yang pintar di dunia ini, namun memakai kepintaran itu untuk hal-hal yang jahat. Orang yang bijaksana adalah orang yang memakai pengetahuannya untuk menghasilkan kebaikan bagi semua orang. Itu sebabnya, orang yang pintar, belum tentu bijaksana. Tetapi orang yang bijaksana, pada umumnya adalah orang yang juga pintar.

Melalui mazmur ini, kita diingatkan untuk tidak mencari hikmat bijaksana yang berasal dari luar Firman Tuhan. Sekalipun di luar Firman Tuhan, ada filsafat dan agama-agama dunia yang seolah-olah menawarkan jalan keluar bagi manusia, tetapi pemazmur mengingatkan kita agar senantiasa berpegang pada Firman Tuhan.

Dunia dapat menawarkan solusi melalui teknologi, astrologi, agama, humanisme, pluralisme, rasionalisme, empirisisme, evidensialisme dan masih banyak lagi. Tidak semua dari tawaran itu 100% jahat dan tidak berguna, tetapi semua dari tawaran itu harus tunduk kepada Firman Tuhan sebagai sumber segala kebijaksanaan. Apabila ada sebuah paham atau produk ciptaan manusia yang tidak tunduk terhadap Firman Tuhan, maka dapat dipastikan paham tersebut adalah suatu paham yang jahat.

Teknologi adalah hal yang baik, tetapi ketika manusia menghambakan diri pada teknologi, maka yang terjadi adalah kekosongan jiwa dan bahkan kehancuran. Firman Tuhan adalah makanan bagi jiwa kita, tanpa Firman Tuhan maka jiwa kita akan merasa kosong sekalipun secara fisik manusia menunjukkan kemakmuran hidup.

Pada ayat 103 pemazmur mengatakan “Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.” Mengapa demikian? Karena madu sekalipun manis, akan sirna pula dari mulut kita. Tetapi manisnya Firman Tuhan bagi jiwa kita akan selalu abadi selamanya.

Madu adalah ungkapan untuk makanan bagi tubuh kita. Seperti roti adalah ungkapan yang Tuhan Yesus pakai dalam kisah pencobaan di padang gurun. Madu memang manis dan berguna bagi tubuh kita, tetapi manisnya madu akan berlalu dan khasiatnya terbatas pada tubuh yang masih hidup. Jika tubuh sudah mati, maka sia-sialah manisnya madu tersebut. Tetapi Firman Tuhan, berguna bagi kehidupan spiritual kita. Jika tubuh fisik kita ini mati, Firman Tuhan tetap masih dibutuhkan oleh roh kita. Yesus mengatakan bahwa manusia hidup bukan saja dari roti (atau madu dalam konteks Mazmur 119 ini), tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. (Matius 4:4)

Kepada perempuan Samaria, Yesus pernah mengatakan sesuatu yang serupa dengan Mazmur 119:103 tersebut. Yesus berkata: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,  tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yohanes 4:13,14).

Yesus Kristus-lah Firman Tuhan itu. Dia-lah sumber bijaksana itu. Jika kita ingin mempertahankan kelakuan kita bersih, maka kita harus sungguh-sungguh percaya, bergantung dan taat pada pimpinan-Nya dalam hidup kita.


Akhir kata

Pemazmur sudah menceritakan pada kita betapa agung dan mulianya Firman Tuhan. Adakah kita sudah melakukan apa yang disampaikan oleh pemazmur ini? Adakah kita juga menghargai Firman Tuhan seperti yang pemazmur sampaikan?

Jika kita ingin mempertahankan kelakuan yang bersih di tengah dunia yang kotor ini, maka Firman Tuhan adalah satu-satunya jawaban. Bacalah, pelajarilah, renungkanlah Firman Tuhan dan bahkan lebih dari itu, lakukanlah Firman itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Tuhan Yesus memberkati.

Monday, March 18, 2024

Kemerdekaan Sejati menurut pandangan Iman Kristen

Kemerdekaan Sejati menurut pandangan Iman Kristen

Siapakah yang tidak ingin merdeka? Semua orang sudah pasti mau, bukan?
Tapi apa itu merdeka?
Merdeka dipahami sebagai sesuatu yang bebas dari ikatan.
Oleh karena itu, Merdeka dipahami sebagai sesuatu yang sangat menyenangkan dan sangat kita dambakan, karena membuat kita terlepas dari segala ikatan.

Apakah Alkitab mengajarkan kita suatu konsep kemerdekaan sejati yang seperti ini?
Ataukah konsep kemerdekaan sejati menurut Alkitab itu berbeda?

ADAM, HAWA & ALLAH

Pada zaman Adam dan Hawa, manusia dilukiskan sebagai makhluk ciptaan yang bebas.
Mereka boleh makan apa saja yang ada di taman itu.. ini bebas..
Tetapi ketika Allah membuat batasan.... “kecuali pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat”...
Manusia mulai merasa tidak bebas.

Dan aneh sekali... apa yang dianggap sebagai ganjalan dari kebebasan manusia itu.. langsung menjadi pusat perhatian manusia... mereka ingin mengenyahkan ganjalan ini.. mereka ingin benar-benar bebas.. hambatan apapun dari kebebasan, ingin mereka lenyapkan..

Dalam Kejadian 3:5  Iblis mengatakan: “tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

Bagi manusia.. tawaran Iblis ini sangat menggoda, karena menawarkan suatu kebebasan yang luar biasa. Menjadi seperti Allah. Dalam bayangan manusia, Allah adalah yang membuat peraturan. Alangkah menyenangkannya jika kita menjadi seperti Allah karena bisa bebas membuat peraturan bukan?

Tetapi apakah Allah adalah Pribadi yang bebas sebebas bebasnya?
Dapatkah Allah membuat batu yang begitu besarnya sampai Allah sendiri tidak bisa mengangkatnya?

JADI jika Allah saja yang adalah Pribadi Mahakuasa, ternyata tidak bebas sebebas bebasnya... maka apakah artinya KEMERDEKAAN SEJATI itu bagi kita?


HAKIM-HAKIM

Pada zaman Hakim-hakim.. ada pula ayat yang berbunyi...

Hakim-hakim 17:6  Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.

Hakim-hakim 21:25  Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.

Kembali kita melihat disini bagaimana kebebasan itu menjadi begitu menarik. Tetapi di dalam kebebasan itu, bangsa Israel terus menerus jatuh ke dalam dosa dan pencobaan, sehingga Tuhan membangkitkan Hakim bagi mereka.

HAKIM  disini fungsinya adalah WAKIL ALLAH untuk memerintah bangsa Israel.


RAJA-RAJA

Mengapa bangsa Israel meminta raja?

1 Samuel 8:6-7   Waktu mereka berkata: "Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami," perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN.  7 TUHAN berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.

1 Samuel 8:18-20  Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu, tetapi TUHAN tidak akan menjawab kamu pada waktu itu."  19 Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: "Tidak, harus ada raja atas kami;  20 maka kamipun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang."

Bangsa Israel meminta raja bukan karena mereka ingin diperintah oleh raja.
Mereka hanya sudah jenuh dan tidak suka dipimpin Tuhan. Mereka ingin bebas.
Sekali lagi disini terlihat.. Mereka ingin merdeka.

Akhirnya melalui sistem kerajaan itu, bangsa Israel dapat dikatakan mencapai puncak kejayaannya Pada zaman Daud dan Salomo. Daerah kekuasaan Israel begitu luas dan musuh-musuhnya pun takluk pada Israel.

Ini adalah kondisi yang begitu luarbiasa.. begitu didambakan... namun hanya sebentar saja Israel  mengecap keadaan ini.. setelah itu Israel masuk ke dalam berbagai penjajahan.. mulai dari bangsa Asyur sampai bangsa Babel hingga akhirnya Israel di jajah oleh Romawi.

Berabad2 dalam penjajahan, membuat bangsa Israel begitu merindukan kemerdekaan dan kejayaan seperti yang pernah dicapai ketika zaman Daud. Itu sebabnya Israel begitu merindukan Mesias. Karena dalam benak mereka, Mesias adalah sosok yang akan membawa bangsa Israel ke dalam situasi yang jaya dan merdeka tersebut.

 

YESUS KRISTUS

Ketika Yesus Kristus datang ke dunia, ada beberapa pandangan tentang Dia:

Yesus orang Nazareth adalah orang biasa.
Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. (Markus 6:3). Tuhan Yesus sama sekali tidak membawa harapan apa-apa bagi orang yang melihat Dia dengan cara seperti ini.

Yesus orang Nazareth adalah Raja.
Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. (Yohanes 6:15). Konsep Raja disini bukanlah Raja Surgawi, tetapi raja duniawi persis seperti Daud. Bangsa Israel rindu memiliki raja seperti Daud yang kuat secara politik, yang bisa mengeluarkan mereka dari penjajahan romawi dan membuat mereka disegani seperti Macan Timur Tengah misalnya.

Yesus orang Nazareth adalah pembuat mukjizat.
22 Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. 23 Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. 24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. 25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" 26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. (Yohanes 6:22-26) Di sini Yesus juga dianggap sebagai pengharapan karena dapat menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari, yaitu soal perut.

Yesus orang Nazareth adalah Mesias sejati, 

Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16 )

28 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi."  29 Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!"  30 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.  31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.  32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.  33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mark 8:28-33 )

Bagi orang-orang yang melihat Tuhan Yesus sebagai raja maupun Mesias, pandangan mereka pun masih sangat terbatas. Mereka belum benar-benar memahami siapa Yesus itu. Mesias yang mereka bayangkan adalah sosok yang akan menjadi Raja seperti Daud, mengembalikan kejayaan Israel.

Tetapi Tuhan Yesus sendiri ternyata mempunyai pengertian lain dari apa yang dimaksud dengan kemerdekaan. Tuhan Yesus berkata: 31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku  32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (John 8:31-32)

Siapakah kebenaran yang akan memerdekakan itu?
Yesus sendiri mengaku diri-Nya adalah kebenaran (Yoh 14;6)

Kemerdekaan apa yang Tuhan Yesus berikan pada manusia?

  • Merdeka dari hukuman dosa.
  • Merdeka untuk melakukan apa yang baik.
  • Merdeka untuk bersekutu dengan Allah
  • Merdeka untuk bersekutu dengan sesama.
  • Merdeka untuk bergantung pada Allah.

Merdeka dari hukuman dosa.

Tuhan Yesus telah mati untuk menebus dosa kita. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Matthew 1:21)

Inilah kemerdekaan utama yang diberikan Yesus pada kita. Tidak ada agama, atau tokoh agama manapun yang dapat memberi kemerdekaan dari dosa kepada manusia. Hanya Tuhan Yesus, melalui penebusan dikayu salib dan kebangkitan dari kematian yang sanggup membebaskan manusia dari hukuman atas dosa tersebut.

Merdeka untuk melakukan apa yang baik

16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.  17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. (2 Timothy 3:16-17)

Sebagai manusia kita seringkali tidak tahu bagaimana berbuat baik.

Kita tidak lagi berbuat baik untuk diselamatkan, tetapi perbuatan baik kita adalah suatu ekspresi kebebasan karena sudah diselamatkan oleh Yesus.

Merdeka untuk bersekutu dengan Allah

16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,  17 yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.  18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.  19 Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup.  20 Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.  21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." (John 14:16-21)

Kita tidak lupa pada Michael Jackson, atau Robin Williams atau bintang-bintang terkenal lain yang mati dengan cara menyedihkan. Problem hidup yang berat seringkali membawa kita pada keadaan yang putus asa, tetapi melalui Yesus, kita dimerdekakan untuk dapat selalu berhubungan dengan Tuhan. Membawa setiap problem kita, pergumulan kita ke hadapan Allah. Inilah kemerdekaan sejati itu.

Merdeka untuk bersekutu dengan sesama

Proverbs 16:7  7 Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia.

Orang yang punya salah, pasti tidak bebas bicara atau bebas bertindak. Prabowo dan para pengikutnya di politik adalah orang-orang yang punya masa lalu yang belum dibereskan. Hal ini akan menghambat mereka untuk maju karena orang tidak lupa pada apa yang mereka lakukan dimasa lalu. Tetapi jika semua itu sudah dibereskan di hadapan Tuhan, maka di hadapan sesama pun kita tidak lagi memiliki beban. Kita bebas untuk bersekutu dengan siapa saja. Contoh Bill Clinton yang pernah jatuh ke dalam dosa, tetapi akhirnya minta maaf pada seluruh bangsa Amerika. Hingga kini, Clinton dapat terus berkiprah tanpa ada lagi yang mempersoalkan kesalahannya masa lalu.

Merdeka untuk bergantung pada Allah

Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (John 10:10)

Hidup berkelimpahan itu bukan berarti kaya harta. Hidup berkelimpahan artinya suatu keadaan hidup dimana Yesus sudah bertahta sepenuhya dalam hidup seseorang. Orang semacam ini akan jarang merasa takut atau cemas, karena ia sudah terlatih untuk percaya bahwa pertolongan Tuhan akan tepat waktu.

Jadi:

Kemerdekaan sejati bukan berarti bebas melakukan apa yang kita mau.
Kemerdekaan sejati adalah hidup bersatu dengan Allah di dalam Kristus Yesus.
Kemerdekaan sejati di dapat ketika kita bukan saja menjadikan Yesus sebagai juru selamat, tetapi juga menjadikan Yesus sebagai Tuhan kita.