Sunday, January 30, 2022

Apakah makna dari kisah tentang mimpi Firaun?

 


 

Eksposisi singkat dari Kejadian 41:17-36
Apa arti dari mimpi Firaun bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini?
Apa peran dan tanggungjawab Yusuf di dalam kisah ini?
Apa yang harus kita pelajari dari kisah kelimpahan dan kekeringan ini?

 

PEMAHAMAN SINGKAT

Berbeda dengan dugaan bahwa Allah adalah sosok yang suka berdiam diri, Alkitab justru menjelaskan bahwa Allah adalah Pribadi yang kerap kali berkomunikasi dengan manusia. Namun tidak semua manusia di dunia ini yang memahami apa yang Allah sampaikan kepada mereka, ada yang memahami, ada yang tidak memahami, bahkan ada pula yang tidak mendengar sama sekali atau tidak peduli pada fakta Allah yang ber-Firman tersebut.

Adalah tanggungjawab dari orang-orang yang mendengar dan mengerti apa yang Allah maksudkan bagi dunia ini, untuk memberitakan atau menjelaskan kepada orang-orang yang mendengar suara Allah namun tidak mengerti maksud perkataan-Nya itu.

Kisah mimpi Firaun juga mengingatkan kita bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya dan waktunya tersebut pun ada batasnya. Ada saat-saat yang baik, ada saat-saat yang buruk dan semuanya memiliki keterbatasan waktu. Oleh karena itu, melakukan persiapaan di saat-saat yang baik adalah hal yang mutlak harus dilakukan, agar manusia mampu menghadapi saat-saat yang buruk di dalam hidupnya. Hanya orang yang melakukan persiapan yang benar sajalah yang akan selamat dari bencana yang pasti akan datang ke dalam kehidupannya.

 

MARI MELIHAT LEBIH JAUH:

Pendahuluan

Setelah membaca kisah luar biasa dari Yusuf yang memberi penjelasan mengenai arti dari mimpi Firaun (lihat bagian akhir dari tulisan ini), maka ada beberapa hal yang perlu kita catat sebagai bahan perenungan kita, yaitu:

Allah adalah Pribadi yang berkomunikasi kepada manusia

Allah bukanlah Pribadi yang berdiam diri di dalam keheningan, tidak tahu menahu akan apa yang dilakukan oleh umat manusia dan tidak peduli dengan arah perjalanan sejarah manusia, sebagaimana yang dipahami oleh paham Deisme.

Para penganut paham Deisme percaya bahwa Allah ada. Mereka juga percaya bahwa Allah menciptakan dunia ini. Namun menurut pandangan mereka, setelah Allah selesai mencipta, maka Allah membiarkan saja ciptaan ini berjalan secara natural tanpa ada pengawasan, tanpa ada kendali dan tanpa ada yang mengarahkan ciptaan tersebut.

Alkitab justru mengajarkan bahwa Allah adalah Pribadi yang setelah mencipta, tidak pernah berhenti menopang alam ciptaan, tidak pernah berhenti berkuasa, mengawasi, mengarahkan dan pada akhirnya meminta pertanggungjawaban kepada dunia yang diciptakan-Nya itu. Dan semua interaksi Allah dengan ciptaan-Nya itu, dinyatakan melalui Firman-Nya kepada manusia.

Allah adalah Pribadi yang suka ber-Firman, atau berbicara atau berkomunikasi dengan manusia. Ini adalah kesaksian Alkitab kepada manusia. Dan kita sebagai manusia ciptaan-Nya, harus berusaha untuk mendengar apa yang Allah ingin katakan kepada kita.

Ada peristiwa di masa yang akan datang

Allah dapat mengkomunikasikan apa saja yang dikehendaki-Nya dan apa saja yang dianggap-Nya penting untuk diketahui oleh manusia. Di dalam satu bagian Alkitab kita membaca bahwa Allah dapat mengkomunikasikan tentang sejarah masa lalu, sementara di bagian Alkitab yang lain, Allah berbicara tentang masa kini. Tidak ada suatu kemutlakan bahwa isi dari komunikasi Allah adalah senantiasa tentang peristiwa di masa yang akan datang.

Namun dalam kisah mimpi Firaun ini, Allah mengkomunikasikan kepada manusia tentang hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang, yaitu tentang masa-masa kelimpahan dan masa kekeringan hebat yang akan melanda Mesir dan daerah di sekitarnya.

Dari komunikasi tersebut kita belajar sesuatu tentang sifat Pribadi Allah, yaitu bahwa Allah memiliki hati yang baik dan penuh belas kasihan, sedemikian rupa sehingga Ia mau menyampaikan kepada manusia bahaya apa yang akan datang menghampiri mereka. Dan bukan itu saja, Allah juga memberi kesempatan kepada manusia melalui saat-saat kelimpahan itu, agar manusia dapat bersiap-siap menghadapi bahaya kelaparan. Melalui model komunikasi semacam ini, manusia memperoleh kesempatan untuk mengenal Allah, dan belajar percaya kepada-Nya.

Di dalam Perjanjian Baru, kita juga melihat bahwa Allah memberi pesan tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang, yaitu penghakiman yang tidak akan mungkin dihindari oleh siapapun. Berita seperti ini jauh lebih mengerikan daripada berita tentang bahaya kelaparan yang melanda Mesir.

Namun sebagaimana di zaman Firaun Allah memberi jalan keluar dari bahaya yang mengancam, maka di zaman Perjanjian Baru hingga zaman sekarang pun, Allah telah memberi jalan keluar dari penghakiman yang mengerikan atas dosa-dosa manusia. Jalan keluar itu adalah melalui anugerah keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Dan setiap manusia telah diberi kesempatan untuk meresponi berita ini, agar mereka memiliki kesempatan untuk bersiap-siap.

Allah memberitahukan kepada manusia yang mengenal Dia.

Bukan saja Allah dapat berbicara kepada manusia, tetapi Allah juga dapat membuat manusia mengerti apa yang dikatakan-Nya. Dalam kisah mimpi Firaun ini, kita membaca bahwa Allah dapat berbicara secara jelas kepada Yusuf sehingga ia dapat mengerti apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan sebagai persiapan.

Pemberitahuan yang jelas dari Allah kepada manusia, seperti yang kita baca dalam kisah mimpi Firaun ini. merupakan suatu pewahyuan yang bersifat khusus. Apa artinya wahyu khusus? Wahyu khusus berarti, sebuah berita dari Allah yang disampaikan secara khusus, kepada orang tertentu (khusus) dan berisi informasi bersifat spesifik (khusus), yang dapat dimengerti oleh orang yang menerima wahyu tersebut.

Keseluruhan Alkitab sendiri merupakan wahyu khusus tersebut. Sebab melalui Alkitab, manusia dapat mengenal siapa Allah? Apa yang menjadi kehendak Allah? Apa rencana Allah bagi dunia dan bagi manusia? Apa yang menjadi tujuan akhir dari seluruh keberadaan ciptaan ini? Dan lain sebagainya.

Sementara orang lain yang tidak mengenal Dia, tidak tahu apa yang akan terjadi.

Di dalam kisah mimpi Firaun, kita membaca bahwa Allah pun dapat berkomunikasi dengan Firaun melalui mimpi. Namun komunikasi yang disampaikan kepada Firaun tersebut tidaklah terlalu jelas. Firaun dapat mengingat apa yang dikomunikasikan, namun Firaun tidak mengerti makna dari pesan tersebut.

Pesan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia semacam itu, dapat kita kategorikan sebagai wahyu umum, yaitu hal-hal yang disampaikan oleh Allah kepada manusia secara umum, tidak harus kepada orang yang percaya. Informasi seperti ini, meskipun dapat diakses oleh indra ataupun ingatan manusia, namun tidak serta-merta membuat manusia mengerti dan mengenal siapa Allah dan apa yang dikehendakinya.

Dibutuhkan wahyu khusus untuk memahami apa yang Allah nyatakan di dalam wahyu umum.

Adalah tugas dan tanggungjawab orang yang menerima wahyu khusus

Orang yang menerima wahyu khusus, bukan menerima wahyu tersebut untuk kemudian disimpan saja di dalam hati. Mereka bertanggungjawab untuk meneruskan wahyu tersebut kepada orang lain yang belum mengerti. Mereka harus berusaha untuk menjelaskan makna dan tujuan kehidupan kepada orang lain yang hanya menerima wahyu umum.

Firman Tuhan adalah pelita bagi dunia. Tanpa Firman, maka orang paling berkuasa serta orang cerdik pandai pun tidak akan mampu memahami apa yang ada di dalam rencana Allah bagi dunia. Hanya orang yang menyediakan hati dan telinga untuk mendengar Firman sajalah yang dapat mewartakan rencana Tuhan tersebut.

Manusia perlu berjaga-jaga.

Dari penjelasan Yusuf mengenai mimpi Firaun, kita diingatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam dunia ini ada waktunya, ada kesempatannya, ada momentnya. Dan waktu yang tersedia itu adalah waktu yang terbatas.

Ada saatnya, manusia diberi kesempatan yang baik oleh Allah untuk menjalankan kehidupan dengan baik, nyaman, tenang, damai dan bahkan berkelimpahan. Tetapi ada saatnya pula, dimana kesemptan itu ditarik oleh Allah. Dan sebagai manusia kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kapankah kesempatan itu akan berakhir dan kapan waktu penderitaan akan tiba.

Oleh karena itu, seperti pesan yang disampaikan oleh kisah tentang mimpi Firaun ini, mempersiapkan diri adalah hal yang sangat penting. Sekarang, selagi kesempatan untuk menjalankan hidup dengan baik masih diberikan oleh Tuhan, maka kita harus memanfaatkan kesempatan yang Allah berikan ini, sebagai persiapan untuk memasuki saat yang buruk.

Saat yang buruk di depan kita mungkin bukan hanya kelaparan, tetapi dapat berupa pandemi, dapat pula bencana alam, dapat berupa peperangan atau apapun saja. Bahkan seperti yang telah disebutkan di atas tadi, Allah sudah memperingatkan bahwa akan tiba saatnya dimana setiap orang akan berhadapan dengan penghakiman Ilahi. Apakah manusia sudah siap menghadapi hal ini? Apakah manusia sadar kengerian apa yang harus dihadapi oleh orang berdosa di hadapan Allah yang murka?

Hanya mereka yang persiapan dengan baik, yang selamat dari bencana. Baik Firaun maupun Yusuf, bahkan seluruh dunia saat itu sama-sama mengalami masa yang baik, tetapi kemudian sama-sama mengalami masa yang buruk. Berkat Firman Tuhan yang disampaikan kepada Yusuf, Firaun pun terluput dari bencana kelaparan.

Hari ini, sekarang ini, selagi masih ada kesempatan, baiklah kita mempersiapkan diri untuk mempercayakan hidup kita kepada Yesus Kristus Sang juruselamat yang telah disediakan Tuhan bagi umat manusia. Bertobatlah, mohon pengampunan pada-Nya, dan jalanilah sisa hidup kita bersama Dia yang menebus kita. Hanya itu satu-satunya cara untuk selamat dari kengerian neraka yang tak terpadamkan itu.

Mari membaca ayat Firman Tuhan sambil menghayatinya:

(17) Lalu berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Dalam mimpiku itu, aku berdiri di tepi sungai Nil; (18) lalu tampaklah dari sungai Nil itu keluar tujuh ekor lembu yang gemuk badannya dan indah bentuknya, dan makan rumput yang di tepi sungai itu. (19) Tetapi kemudian tampaklah juga keluar tujuh ekor lembu yang lain, kulit pemalut tulang, sangat buruk bangunnya dan kurus badannya; tidak pernah kulihat yang seburuk itu di seluruh tanah Mesir. (20) Lembu yang kurus dan buruk itu memakan ketujuh ekor lembu gemuk yang mula-mula. (21) Lembu-lembu ini masuk ke dalam perutnya, tetapi walaupun telah masuk ke dalam perutnya, tidaklah kelihatan sedikitpun tandanya: bangunnya tetap sama buruknya seperti semula. Lalu terjagalah aku. (22) Selanjutnya dalam mimpiku itu kulihat timbul dari satu tangkai tujuh bulir gandum yang berisi dan baik. (23) Tetapi kemudian tampaklah juga tumbuh tujuh bulir yang kering, kurus dan layu oleh angin timur. (24) Bulir yang kurus itu memakan ketujuh bulir yang baik tadi. Telah kuceritakan hal ini kepada semua ahli, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat menerangkannya kepadaku." (25) Lalu kata Yusuf kepada Firaun: "Kedua mimpi tuanku Firaun itu sama. Allah telah memberitahukan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya. (26) Ketujuh ekor lembu yang baik itu ialah tujuh tahun, dan ketujuh bulir gandum yang baik itu ialah tujuh tahun juga; kedua mimpi itu sama. (27) Ketujuh ekor lembu yang kurus dan buruk, yang keluar kemudian, maksudnya tujuh tahun, demikian pula ketujuh bulir gandum yang hampa dan layu oleh angin timur itu; maksudnya akan ada tujuh tahun kelaparan. (29) Inilah maksud perkataanku, ketika aku berkata kepada tuanku Firaun: Allah telah memperlihatkan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya. (29) Ketahuilah tuanku, akan datang tujuh tahun kelimpahan di seluruh tanah Mesir. (30) Kemudian akan timbul tujuh tahun kelaparan; maka akan dilupakan segala kelimpahan itu di tanah Mesir, karena kelaparan itu menguruskeringkan negeri ini. (31) Sesudah itu akan tidak kelihatan lagi bekas-bekas kelimpahan di negeri ini karena kelaparan itu, sebab sangat hebatnya kelaparan itu. (32) Sampai dua kali mimpi itu diulangi bagi tuanku Firaun berarti: hal itu telah ditetapkan oleh Allah dan Allah akan segera melakukannya. (33) Oleh sebab itu, baiklah tuanku Firaun mencari seorang yang berakal budi dan bijaksana, dan mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir. (34) Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. (35) Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya. (36) Demikianlah segala bahan makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan binasa karena kelaparan itu." (Kejadian 41:17-36)

Kiranya Tuhan Yesus menolong kita mempersiapkan diri. Amin (Oleh: Izar tirta)

 

Tuesday, January 25, 2022

Apa yang dimaksud dengan menjadi manusia baru menurut Paulus?

 


Sebuah eksposisi singkat dari Kolose 3:5-17


Secara ringkas

Menjadi manusia baru berarti menjalani kehidupan yang sesuai dengan aturan-aturan yang baru atau etika yang baru. Sebagai orang yang sudah ditebus dan diselamatkan, kita telah diberi hati yang baru oleh Tuhan, yaitu hati yang sesuai dengan aturan serta etika yang baru tersebut. Tanda bahwa kita sudah diselamatkan, dapat terlihat dari bagaimana kita menjalani kehidupan ini, apakah sudah seperti manusia yang baru, ataukah masih seperti manusia yang lama? [Baca juga: Apa artinya memiliki iman yang sejati? Klik disini.]

Ada kalanya kita melupakan status kita sebagai anak-anak Tuhan yang dituntut memiliki karakter yang mulia. Kehidupan sehari-hari dengan segala pengaruh duniawinya, seringkali membuat kita kehilangan arah dalam menapaki jalan hidup sebagaimana yang Tuhan inginkan. Paulus dalam surat Kolose, menjelaskan kepada kita sebuah uraian tentang etika kehidupan yang  seharusnya dijalani oleh orang-orang yang sudah ditebus oleh Kristus. Semoga nasihat Paulus ini dapat menjadi bekal dalam hidup kita sehari-hari.

 

Mari menggali lebih dalam

Untuk masuk ke dalam pengertian yang lebih mendalam, kita akan mencoba merenungkan bagian Firman Tuhan ini melalui beberapa pertanyaan reflektif, semoga melaluinya kita dapat menggali kebenaran yang dapat mengubah arah hati kita kepada Tuhan.

Ayat Firman Tuhan:

(5) Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, (6) semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). (7) Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. (8) Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. (9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (10) dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; (11) dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. (12) Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. (13) Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (14) Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. (15) Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. (16) Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. (17) Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. (Kolose 3:5-17)

Sifat-sifat seperti apa yang harus dimatikan dalam diri kita?

Sebagai orang percaya kita bertanggungjawab untuk memerangi kecenderunga dosa yang ada di dalam diri kita. Ayat 5 berbunyi: Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,

Ada sifat-sifat berdosa yang masih terdapat di dalam diri kita, meskipun kita sudah mengaku percaya kepada Kristus. Paulus menjelaskan pada kita sifat-sifat itu sebagai “segala sesuatu yang duniawi.” Dan agar kita tidak salah paham tentang apa yang dimaksud dengan hal itu, Paulus kemudian menjelaskan apa yang ia maksudkan.

Sifat duniawi yang harus dimatikan oleh kita adalah: “percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan.” Semuanya itu, menurut Paulus merupakan penyembahan berhala. Dan menurut Alkitab, menyembah berhala adalah dosa yang sangat serius.

Mengapa mematikan sifat-sifat tersebut penting dilakukan?

Dalam ayat 6, Paulus menjelaskan alasan mengapa kita harus mematikan segala jenis sifat duniawi yang sama dengan penyembahan berhala itu, yaitu karena semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka).”

Kita adalah orang yang sudah ditebus, tidak sepatutnya kita menjalani kehidupan yang sama dengan orang-orang durhaka yang tidak diselamatkan oleh Tuhan. Perbedaan antara orang percaya dengan orang yang tidak percaya, bukan terletak di dalam kepercayaannya saja. Tetapi perbedaan tersebut terutama terlihat di dalam perbuatan dan pola kehidupan sehari-hari.

Orang yang mengaku percaya, tetapi memiliki pola kehidupan yang sama dengan orang yang durhaka, sangat mungkin sebetulnya ia belum merupakan orang percaya.

Sifat-sifat seperti apa yang harus dibuang dari dalam diri kita?

Selain mematikan hawa nafsu yang mendatangkan murka Allah, orang Kristen sejati juga bertanggungjawab untuk membuang sifat-sifat yang tidak berkenan di hadapan Allah, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut, serta sikap yang saling mendustai.

Menurut Paulus, jika kita setia melakukan hal seperti itu maka berarti kita pun telah setia berusaha dalam menanggalkan manusia lama serta kelakuannya.

Mengapa membuang sifat-sifat seperti itu penting?

Paulus bukanlah rasul yang mengajarkan prinsip iman yang tanpa perbuatan, sebagaimana yang diduga (secara keliru) oleh banyak orang. Ada kalanya Paulus memang terlihat seolah-olah anti terhadap Hukum Taurat dan seolah-olah hanya mengajarkan tentang iman dan percaya saja, tanpa menekankan arti penting dari perbuatan orang-orang Kristen di dalam kehidupannya. [Baca juga: Dipanggil untuk hidup saleh. Klik disini.]

Padahal bukan seperti itu yang ada di dalam pikiran rasul Paulus. Jikapun Paulus seolah-olah menentang Hukum Taurat, seperti yang kita baca dalam Roma dan Galatia, maka kita perlu menyadari bahwa hal itu dilakukan karena jemaat yang dilayani Paulus di Roma dan Galatia adalah jemaat yang telah memperlakukan Hukum Taurat secara keliru. Jemaat di tempat itu telah sedemikian bersikap legalis dan menganggap Taurat sebagai kebanggaan nasional Yahudi. Kekeliruan inilah yang ditentang oleh Paulus dengan mengajak jemaat melihat keselamatan melalui jalan percaya.

Akan tetapi di dalam surat yang lain, surat Kolose ini misalnya, dimana kekeliruan seperti yang terjadi di jemaat Roma dan Galatia tidak terjadi, Paulus tidak hanya berbicara tentang iman dan percaya, tetapi juga berbicara tentang perbuatan nyata orang-orang percaya.

Mematikan sifat dosa, membuang kejahatan dari dalam diri kita, adalah perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan oleh orang percaya. Itu adalah tanggungjawab dan tanda bahwa kita sudah diselamatkan. Percaya pada Yesus Kristus adalah satu hal, dan itu sangat penting, tetapi melakukan perbuatan yang sesuai dengan kepercayaan kepada Yesus Kristus juga adalah hal yang sama pentingnya atau bahkan tidak terpisahkan sama sekali dari arti kata percaya.

Apa yang Paulus ingin katakan melalui ayat 11?

Ayat 11 dari Kolose 3 berbunyi: dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

Hal ini menunjukkan bahwa di dalam Kristus, manusia sudah tidak dibagi-bagi atau dipisah-pisahkan berdasarkan kebangsaannya, atau tradisinya atau sukunya atau statunya di masyarakat. Semua orang yang percaya, sama berharga di mata Kristus, dan sama-sama memiliki tanggung jawab untuk hidup sebagai manusia baru dengan nilai-nilai kehidupan yang sama, etika yang sama, perintah yang sama dan kasih karunia yang sama.

Sifat-sifat seperti apa saja yang harus kita miliki sebagai orang pilihan Allah?

Berdasarkan ayat 12 hingga 17, kita dapat melihat sifat-sifat seperti apa saja yang harus dimiliki oleh orang percaya yang dipilih untuk diselamatkan oleh Allah, yaitu: mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Artinya, kita harus menambahkan sifat-sifat seperti di dalam pribadi kita.

Apabila kita mendapati bahwa sifat-sifat seperti itu belum ada, maka kita boleh meminta pertolongan kepada Tuhan. Tentu kita sendiri tidak memiliki kekuatan seperti itu, untuk mengadakan dengan kekuatan sendiri sifat-sifat rohani yang baik, tetapi kita bisa bersandar kepada Roh Kudus yang akan menghasilkan buah-buah roh tersebut di dalam diri kita.

Tentang kesabaran, Paulus menambahkan : Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Sabar itu bukan sesuatu karakter yang secara pasif berdiam di dalam diri kita, melainkan suatu karakter aktif yang hanya dapat terlihat di dalam relasi dengan orang lain. Kita baru tahu apakah kita sabar atau tidak, setelah kita mulai berhubungan dengan orang lain, terutama orang lain yang melakukan kesalahan terhadap kita. Sabar itu merupakan pekerjaan yang membutuhkan usaha dan tentu saja membutuhkan pertolongan Tuhan.

Selanjutnya, Paulus menasihatkan kita untuk mengenakan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Tanpa adanya kasih, maka akan sulit sekali untuk menunjukkan kesabaran dan memberikan pengampunan kepada sesama. Kasih Allah kepada kita adalah pendorong utama untuk belajar mengasihi Allah dan juga mengasihi manusia. Yang harus kita lakukan adalah merenungkan dan menghayati betapa besar kasih Allah kepada kita, agar kita pun dapat belajar mengasihi.

Paulus juga menjelaskan arti pentingnya memiliki damai sejahtera Kristus bagi setiap orang percaya. Bahkan damai sejahtera Kristus itulah yang seharusnya memerintah kehidupan setiap orang percaya. Damai sejahtera Kristus adalah sebuah anugerah dari Tuhan.

Seseorang bisa merasa damai karena ia tinggal di negera yang damai. Atau karena ia memiliki banyak harta, atau banyak pendukung, atau memiliki jabatan yang baik, atau status sosial yang baik atau banyak orang yang siap menolong dan  lain sebagainya. Tetapi itu semua bukan damai sejahtera Kristus.

Damai sejahtera Kristus adalah damai sejahtera yang timbul semata-mata karena kita mengenal dan memiliki Kristus, bukan karena keadaan sekeliling kita. Hanya jika kita memiliki damai seperti inilah, maka kita dapat lebih mampu mengasihi sesama kita dan bersyukur, seperti yang Paulus katakan: Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. (ayat 15)

Hal lain yang harus menjadi perhatian bagi orang Kristen adalah perkataan Kristus. Rasul Paulus menasihatkan agar “perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu.” Kita tidak bisa mengaku menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh apabila bukan perkataan Kristus yang mengatur hidup kita. Berapa seringkah kita merenungkan perkataan Kristus? Berapa cintakah kita pada Firman Tuhan? Jika kita jarang membaca dan merenungkan Alkitab, bagaimana mungkin nasihat Paulus itu menjadi kenyataan bagi kita?

Dan sekiranya kita sudah merasa bahwa perkataan Kristus itu diam di dalam diri kita, maka pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang kita lakukan terhadap perkaan Kristus itu? Menyimpannya dalam hati? Bagus. Melakukannya? Sangat bagus.

Tetapi ada yang lain dari itu, yaitu “dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani” (ayat 16)

Ayat 17 yang berbunyi: “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” dapat menjadi kesimpulan akhir bagi kita sebagai orang Kristen yang sudah diselamatkan.

Perbedaan antara orang Kristen dan orang non Kristen, bukan terletak pada moralitasnya, melainkan pada dasar perbuatannya dan pada motivasinya. Dasar perbuatan baik kita bukan agar kita diselamatkan, melainkan karena kita sudah diselamatkan, sehingga kita melakukannya di dalam nama Tuhan Yesus, bukan di dalam nama kita sendiri. Selain itu, motivasi kita melakukan perbuatan baik adalah ungkapan syukur kepada Bapa.

Semua orang dapat saja melakukan perbuatan baik di dunia ini, tidak peduli apa kepercayaannya. Tetapi hanya orang yang sudah diselamatkan yang dapat melakukan perbuatan baik dengan ucapan syukur yang tulus karena ia tahu apa yang Kristus telah lakukan baginya.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati. Amin. (Oleh: izar tirta)

 

Tuesday, January 18, 2022

Hidup yang tetap tinggal di dalam Kristus Yesus

 


 

Eksposisi singkat dari Kolose 2:1-7

Apakah orang percaya masih harus berjuang dalam iman?
Apa yang harus diperjuangkan seseorang setelah ia menjadi percaya?
Apa bahayanya bagi orang percaya jika mereka berhenti berjuang?

 

Pemahaman ringkas:

Rasul Paulus adalah orang percaya, dan bukti bahwa ia adalah orang percaya dapat terlihat dari bagaimana ia menjalani kehidupan yang telah diubahkan. Paulus berjuang sekuat tenaga untuk membawa orang lain memperoleh pengertian dan pengenalan akan Kristus. Paulus bersungguh-sungguh menasihati jemaat untuk tetap berada di dalam Kristus dan bertumbuh di dalam kerohanian mereka. Mengapa? Sebab menurut Paulus hal itu sangat penting. Dan jika tidak setia dilakukan, maka jemaat dapat diperdaya oleh ajaran-ajaran yang menyesatkan.

Banyak orang Kristen mengira bahwa setelah seseorang selesai mengucapkan pengakuan kepercayaan pada Yesus Kristus, maka tidak ada hal apapun yang harus diperhatikan lagi, atau dikerjakan lagi, atau bahkan diperjuangkan lagi. Padahal Alkitab sendiri tidak mengajarkan hal yang demikian, Alkitab berbicara tentang tanda-tanda orang percaya, pertumbuhan rohani, menghasilkan buah yang sesuai dengan iman kita dan Alkitab bahkan berbicara juga tentang perjuangan orang percaya, sebagaimana yang kita lihat dalam tulisan rasul Paulus kali ini.

 

Mari menggali lebih jauh:

Hal apakah yang harus diperjuangkan oleh orang Kristen setelah mereka mengaku bahwa mereka adalah orang percaya? Apa yang menyebabkan munculnya ajaran-ajaran Kristen yang sesat dan berpindahnya orang yang semula Kristen pada kepercayaan lain? Jemaat Kolose pernah terancam oleh gagasan keliru yang beredar di tengah jemaat. Bagaimana sikap Paulus dalam menghadapi tantangan ini?

Melalui pembahasan dari ayat-ayat Alkitab berikut ini, kiranya kita dapat belajar dari Paulus untuk menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh berbuah bagi Kristus.

Ayat Firman Tuhan:

(1) Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi, (2) supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, (3) sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. (4) Hal ini kukatakan, supaya jangan ada yang memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah. (5) Sebab meskipun aku sendiri tidak ada di antara kamu, tetapi dalam roh aku bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan keteguhan imanmu dalam Kristus. (6) Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. (7) Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2:1-7)

Karena aku mau supaya kamu tahu

Mengapa Paulus ingin agar jemaat mengetahui tentang perjuangannya? Apakah Paulus haus akan pengakuan dan pujian? Tidak. Paulus ingin jemaat tahu akan perjuangannya karena Paulus ingin agar jemaat sadar akan tanggungjawab dan konsekuensi dari iman kepada Yesus Kristus. Sehingga pada gilirannya, jemaat pun dapat ikut berjuang bersama-sama dengan Paulus dalam melayani dunia ini.

Betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu

Perjuangan Paulus merupakan sebuah upaya yang tidak mudah. Paulus bekerja keras dalam mengusahakan yang terbaik bagi jemaat yang dilayaninya, baik jemaat di Kolose maupun jemaat di Laodikia dan bahkan untuk semua jemaat yang belum mengenal Paulus secara pribadi.

 

Mereka, yaitu jemaat-jemaat itu, harus sadar bahwa ada harga yang harus dibayar ketika seseorang memutuskan untuk percaya kepada Kristus. Jika Paulus bekerja keras luar biasa dalam melayani mereka semua, maka hal itu merupakan pesan bahwa pelayanan tersebut adalah hal yang penting dan harus dikerjakan. Melayani jemaat bukan merupakan pilihan yang boleh dilakukan, boleh pula diabaikan. Menurut Paulus, pelayanan rohani adalah hal yang mutlak harus dikerjakan bagi orang-orang percaya.

 

Sewajarnya, setelah melihat usaha keras yang dilakukan oleh Paulus, jemaat pun akan ikut terpanggil untuk melakukan hal yang serupa di dalam kehidupan mereka sebagai orang percaya.

 

Dan konsekuensinya, kita pun yang hidup di zaman ini, harus ikut terdorong pula untuk melakukan apa yang Paulus lakukan, yaitu berjuang, bekerja keras dalam melayani orang lain, bahkan orang yang sudah percaya sekalipun.

 

Orang yang sudah percaya masih tetap harus dilayani, sebab mengaku percaya kepada Kristus bukan merupakan akhir dari perjalanan rohani seorang manusia, melainkan awal dari perjalanan tersebut. Setelah mengaku percaya, seseorang harus bertumbuh di dalam kepercayaan itu, bertumbuh secara spiritual, semakin hari semakin mengenal, semakin hari semakin dikuduskan, semakin hari semakin serupa dengan Kristus.

 

Atau, jika tidak demikian, maka kita boleh bertanya, apakah orang itu sudah diselamatkan? Atau dia pikir sudah diselamatkan, padahal kenyataannya belum.

 

Supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih

 

Pelayanan yang dikerjakan oleh Paulus, sekalipun merupakan perjuangan yang berat, namun bukan merupakan beban yang menyusahkan hati Paulus. Tujuan utama Paulus dalam melayani adalah agar jemaat merasa terhibur dan bersatu di dalam kasih.

 

Oleh karena itu, sangat tidak wajar apabila Paulus sendiri dalam melakukan pelayanan tersebut ternyata sama sekali tidak merasa terhibur dan sama sekali tidak memiliki kasih. Hal itu sangat mustahil. Seseorang mampu menghibur orang lain apabila dia sendiri juga merupakan orang yang memiliki sukacita. Justru karena ia sendiri bersuka cita, maka ia ingin membawa orang lain masuk ke dalam sukacita yang ia rasakan. Orang yang sedih, murung, berjiwa negatif, pesimis, jengkel, uring-uringan, pasti akan gagal di dalam usaha mereka menghibur orang lain, apalagi ketika berbicara tentang penghiburan spiritual.

 

Apa yang dilakukan oleh rasul Paulus dapat menjadi suatu acuan di dalam hidup kita sebagai orang percaya. Di satu sisi, kitapun harus ikut ambil bagian di dalam suatu perjuangan demi membawa orang-orang kepada pengertian dan pengenalan akan Pribadi Tuhan. Tetapi di sisi lain, perjuangan yang berat itu haruslah merupakan perjuangan yang membawa sukacita dan rasa cinta kasih di dalam diri kita dan juga bagi orang lain.

 

Sehingga mereka memperoleh segala kekayaan

dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus.

 

Tujuan dari pelayanan Paulus bukan agar jemaat semakin cerdik, pandai, educated, terhormat dan lain sebagainya. Tujuan utama dari pelayanan Paulus adalah membawa orang yang dilayaninya itu kepada pengertian dan pengenalan akan Pribadi Allah, yaitu Kristus Yesus.

 

Ketika melayani kita juga perlu memiliki tujuan. Dan tujuan utama dari pelayanan kita adalah sama seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus ini. Yang tidak kalah pentingnya adalah memeriksa diri kita sendiri, apakah kita pun sudah memiliki kekayaan dan keyakinan pengertian serta pengenalan akan rahasia Allah yang di nyatakan melalui kehadiran Kristus?

 

Jika kita sendiri pun belum memiliki hal ini, maka kita akan menemukan berbagai kesulitan ketika harus berjuang membawa orang lain. Sebelum kita membawa orang lain ke hadapan Tuhan Yesus, kita sendiri pun sudah harus selesai dengan urusan seperti ini di dalam diri kita.

 

Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan

 

Tanpa Kristus, hikmat dan pengetahuan manusia pasti akan menemui jalan buntu atau berjalan menuju ke arah yang keliru. Kristus adalah Sang Pencipta, oleh karena itu segala asal usul maupun arah dan tujuan alam semesta ini pasti terletak di dalam pikiran Dia, termasuk ketika kita berbicara tentang karya keselamatan bagi manusia.

 

Tanpa pengenalan akan Kristus, manusia tidak mungkin mengerti rencana keselamatan secara lengkap dan benar. Tanpa Kristus, manusia akan gagal memahami asal usul mereka dan kemana mereka akan pergi setelah kehidupan dunia ini berakhir.

 

Jangan ada yang memperdayakan kamu

 

Sebagai orang percaya, kita tidak kebal dari penyesatan yang ada di dunia ini. Tanpa pengertian yang benar akan Firman dan pengenalan Pribadi akan Kristus Yesus, dengan mudah orang Kristen akan disesatkan oleh gagasan dunia yang membinasakan tersebut.

 

Gagasan dunia begitu populer dan mudah diterima oleh manusia yang berdosa, sehingga tidak mengherankan apabila Paulus sungguh-sungguh berjuang di dalam pelayanannya itu. Paulus sadar betul posisi orang percaya di tengah-tengah dunia ini yang sangat rentan terhadap penyesatan, sehingga Paulus berusaha sungguh-sungguh melayani agar jemaat tidak terhilang.

 

Hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia

 

Paulus mengingatkan jemaat akan tanggungjawab mereka sebagai orang percaya, yaitu untuk menjadi hidup mereka agar tetap di dalam Kristus. Jemaat tidak bisa bersikap pasif, menunggu orang lain melayani mereka tanpa mereka sendiri harus mengupayakan apapun.

 

Dari sisi Allah, anugerah keselamatan sudah diberikan. Dari sisi Paulus perjuangan untuk menolong jemaat mengerti Firman sudah dilaksanakan. Tetapi hal ini tidak menghilangkan tanggungjawab dari sisi jemaat sendiri. Hidup tetap di dalam Kristus adalah sebuah nasihat yang bukan saja disampaikan oleh Paulus, tetapi juga merupakan perintah yang diberikan oleh Kristus sendiri: Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (Yohanes 15:4)

 

Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia

 

Berakar di dalam Kristus juga merupakan sebuah gaya hidup yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya. Orang Kristen yang tidak berakar di dalam Kristus, pada dasarnya adalah orang yang belum diselamatkan. Tuhan Yesus sendiri sudah pernah membahas hal ini dan sudah menjelaskan betapa berbahayanya sebuah kehidupan yang tidak berakar di dalam Dia.

 

Tuhan Yesus pernah berkata: Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. (Matius  13:21)

 

Menurut gambaran yang diberikan oleh Tuhan Yesus, bahaya yang mengintai seseorang yang tidak berakar sangatlah besar. Bukan saja seseorang tidak dapat bertumbuh, tetapi orang itu pada dasarnya merupakan orang yang terhilang.

 

Setiap orang Kristen yang merasa yakin bahwa dirinya sudah berakar di dalam Kristus, secara natural pasti akan terus menerus membangun imannya tersebut di atas kebenaran Kristus. Antara berakar di dalam Kristus dengan dibangun di atas Kristus ada suatu keterkaitan yang tidka terpisahkan. Orang yang berakar Dia, pasti akan dibangun pula di atas Dia.

 

Hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman

 

Iman bukan merupakan sesuatu yang bersifat statis. Iman adalah sesuatu yang bersifat dinamis, terus berkembang dan terus bertumbuh. Orang Kristen yang memiliki iman sejati, pasti akan mendapati bahwa iman mereka itu mengalami pertumbuhan, sebagai akibat dari upayanya yang tetap tinggal di dalam Kristus, tetap berakar di dalam Kristus dan tetap membangun iman di atas kebenaran Kristus.

 

Hal ini bukan berarti bahwa tidak ada tantangan sama sekali yang akan dihadapi oleh orang Kristen terkait iman mereka. Ada kalanya mereka mengalami keraguan, ada kalanya mereka bahkan mengalami kemunduran, akan tetapi di dalam anugerah Kristus, orang Kristen yang sejati pasti akan dapat melihat bagaimana iman mereka itu semakin hari semakin bertambah teguh.

 

Prinsip seperti ini bukan saja ditulis oleh Paulus, tetapi juga oleh Petrus. Di dalam suratnya, rasul Petrus berkata: (5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (2 Petrus 1:5-8)

 

Apa yang disampaikan oleh Petrus lebih terperinci dari Paulus, namun secara prinsip keduanya memiliki pandangan yang sama yaitu tanggungjawab orang Kristen untuk memperhatikan pertumbuhan imannya, agar pengenalan mereka akan Tuhan Yesus juga semakin bertumbuh dan berhasil.

 

Hendaklah hatimu melimpah dengan syukur

 

Ucapan syukur adalah tanda kesejatian iman seseorang. Orang yang di dalam hidupnya tidak tahu bagaimana bersyukur atau tidak sadar apa yang harus disyukuri, sangat mungkin belum benar-benar mengenal siapakah Kristus itu. Mungkin mereka mengerti konsep keselamatan, mungkin mereka punya semacam konsep dari iman, akan tetapi tanpa adanya jiwa yang bersyukur, maka sangat mungkin pengertian mereka akan keselamatan dan iman masih keliru dan mereka belum mengenal Kristus.

 

Kiranya Kristus menolong kita bertumbuh di dalam iman yang sejati. Amin. (Oleh: Izar tirta)