Tuesday, January 25, 2022

Apa yang dimaksud dengan menjadi manusia baru menurut Paulus?

 


Sebuah eksposisi singkat dari Kolose 3:5-17


Secara ringkas

Menjadi manusia baru berarti menjalani kehidupan yang sesuai dengan aturan-aturan yang baru atau etika yang baru. Sebagai orang yang sudah ditebus dan diselamatkan, kita telah diberi hati yang baru oleh Tuhan, yaitu hati yang sesuai dengan aturan serta etika yang baru tersebut. Tanda bahwa kita sudah diselamatkan, dapat terlihat dari bagaimana kita menjalani kehidupan ini, apakah sudah seperti manusia yang baru, ataukah masih seperti manusia yang lama? [Baca juga: Apa artinya memiliki iman yang sejati? Klik disini.]

Ada kalanya kita melupakan status kita sebagai anak-anak Tuhan yang dituntut memiliki karakter yang mulia. Kehidupan sehari-hari dengan segala pengaruh duniawinya, seringkali membuat kita kehilangan arah dalam menapaki jalan hidup sebagaimana yang Tuhan inginkan. Paulus dalam surat Kolose, menjelaskan kepada kita sebuah uraian tentang etika kehidupan yang  seharusnya dijalani oleh orang-orang yang sudah ditebus oleh Kristus. Semoga nasihat Paulus ini dapat menjadi bekal dalam hidup kita sehari-hari.

 

Mari menggali lebih dalam

Untuk masuk ke dalam pengertian yang lebih mendalam, kita akan mencoba merenungkan bagian Firman Tuhan ini melalui beberapa pertanyaan reflektif, semoga melaluinya kita dapat menggali kebenaran yang dapat mengubah arah hati kita kepada Tuhan.

Ayat Firman Tuhan:

(5) Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, (6) semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). (7) Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. (8) Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. (9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (10) dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; (11) dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. (12) Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. (13) Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (14) Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. (15) Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. (16) Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. (17) Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. (Kolose 3:5-17)

Sifat-sifat seperti apa yang harus dimatikan dalam diri kita?

Sebagai orang percaya kita bertanggungjawab untuk memerangi kecenderunga dosa yang ada di dalam diri kita. Ayat 5 berbunyi: Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,

Ada sifat-sifat berdosa yang masih terdapat di dalam diri kita, meskipun kita sudah mengaku percaya kepada Kristus. Paulus menjelaskan pada kita sifat-sifat itu sebagai “segala sesuatu yang duniawi.” Dan agar kita tidak salah paham tentang apa yang dimaksud dengan hal itu, Paulus kemudian menjelaskan apa yang ia maksudkan.

Sifat duniawi yang harus dimatikan oleh kita adalah: “percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan.” Semuanya itu, menurut Paulus merupakan penyembahan berhala. Dan menurut Alkitab, menyembah berhala adalah dosa yang sangat serius.

Mengapa mematikan sifat-sifat tersebut penting dilakukan?

Dalam ayat 6, Paulus menjelaskan alasan mengapa kita harus mematikan segala jenis sifat duniawi yang sama dengan penyembahan berhala itu, yaitu karena semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka).”

Kita adalah orang yang sudah ditebus, tidak sepatutnya kita menjalani kehidupan yang sama dengan orang-orang durhaka yang tidak diselamatkan oleh Tuhan. Perbedaan antara orang percaya dengan orang yang tidak percaya, bukan terletak di dalam kepercayaannya saja. Tetapi perbedaan tersebut terutama terlihat di dalam perbuatan dan pola kehidupan sehari-hari.

Orang yang mengaku percaya, tetapi memiliki pola kehidupan yang sama dengan orang yang durhaka, sangat mungkin sebetulnya ia belum merupakan orang percaya.

Sifat-sifat seperti apa yang harus dibuang dari dalam diri kita?

Selain mematikan hawa nafsu yang mendatangkan murka Allah, orang Kristen sejati juga bertanggungjawab untuk membuang sifat-sifat yang tidak berkenan di hadapan Allah, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut, serta sikap yang saling mendustai.

Menurut Paulus, jika kita setia melakukan hal seperti itu maka berarti kita pun telah setia berusaha dalam menanggalkan manusia lama serta kelakuannya.

Mengapa membuang sifat-sifat seperti itu penting?

Paulus bukanlah rasul yang mengajarkan prinsip iman yang tanpa perbuatan, sebagaimana yang diduga (secara keliru) oleh banyak orang. Ada kalanya Paulus memang terlihat seolah-olah anti terhadap Hukum Taurat dan seolah-olah hanya mengajarkan tentang iman dan percaya saja, tanpa menekankan arti penting dari perbuatan orang-orang Kristen di dalam kehidupannya. [Baca juga: Dipanggil untuk hidup saleh. Klik disini.]

Padahal bukan seperti itu yang ada di dalam pikiran rasul Paulus. Jikapun Paulus seolah-olah menentang Hukum Taurat, seperti yang kita baca dalam Roma dan Galatia, maka kita perlu menyadari bahwa hal itu dilakukan karena jemaat yang dilayani Paulus di Roma dan Galatia adalah jemaat yang telah memperlakukan Hukum Taurat secara keliru. Jemaat di tempat itu telah sedemikian bersikap legalis dan menganggap Taurat sebagai kebanggaan nasional Yahudi. Kekeliruan inilah yang ditentang oleh Paulus dengan mengajak jemaat melihat keselamatan melalui jalan percaya.

Akan tetapi di dalam surat yang lain, surat Kolose ini misalnya, dimana kekeliruan seperti yang terjadi di jemaat Roma dan Galatia tidak terjadi, Paulus tidak hanya berbicara tentang iman dan percaya, tetapi juga berbicara tentang perbuatan nyata orang-orang percaya.

Mematikan sifat dosa, membuang kejahatan dari dalam diri kita, adalah perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan oleh orang percaya. Itu adalah tanggungjawab dan tanda bahwa kita sudah diselamatkan. Percaya pada Yesus Kristus adalah satu hal, dan itu sangat penting, tetapi melakukan perbuatan yang sesuai dengan kepercayaan kepada Yesus Kristus juga adalah hal yang sama pentingnya atau bahkan tidak terpisahkan sama sekali dari arti kata percaya.

Apa yang Paulus ingin katakan melalui ayat 11?

Ayat 11 dari Kolose 3 berbunyi: dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

Hal ini menunjukkan bahwa di dalam Kristus, manusia sudah tidak dibagi-bagi atau dipisah-pisahkan berdasarkan kebangsaannya, atau tradisinya atau sukunya atau statunya di masyarakat. Semua orang yang percaya, sama berharga di mata Kristus, dan sama-sama memiliki tanggung jawab untuk hidup sebagai manusia baru dengan nilai-nilai kehidupan yang sama, etika yang sama, perintah yang sama dan kasih karunia yang sama.

Sifat-sifat seperti apa saja yang harus kita miliki sebagai orang pilihan Allah?

Berdasarkan ayat 12 hingga 17, kita dapat melihat sifat-sifat seperti apa saja yang harus dimiliki oleh orang percaya yang dipilih untuk diselamatkan oleh Allah, yaitu: mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Artinya, kita harus menambahkan sifat-sifat seperti di dalam pribadi kita.

Apabila kita mendapati bahwa sifat-sifat seperti itu belum ada, maka kita boleh meminta pertolongan kepada Tuhan. Tentu kita sendiri tidak memiliki kekuatan seperti itu, untuk mengadakan dengan kekuatan sendiri sifat-sifat rohani yang baik, tetapi kita bisa bersandar kepada Roh Kudus yang akan menghasilkan buah-buah roh tersebut di dalam diri kita.

Tentang kesabaran, Paulus menambahkan : Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Sabar itu bukan sesuatu karakter yang secara pasif berdiam di dalam diri kita, melainkan suatu karakter aktif yang hanya dapat terlihat di dalam relasi dengan orang lain. Kita baru tahu apakah kita sabar atau tidak, setelah kita mulai berhubungan dengan orang lain, terutama orang lain yang melakukan kesalahan terhadap kita. Sabar itu merupakan pekerjaan yang membutuhkan usaha dan tentu saja membutuhkan pertolongan Tuhan.

Selanjutnya, Paulus menasihatkan kita untuk mengenakan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Tanpa adanya kasih, maka akan sulit sekali untuk menunjukkan kesabaran dan memberikan pengampunan kepada sesama. Kasih Allah kepada kita adalah pendorong utama untuk belajar mengasihi Allah dan juga mengasihi manusia. Yang harus kita lakukan adalah merenungkan dan menghayati betapa besar kasih Allah kepada kita, agar kita pun dapat belajar mengasihi.

Paulus juga menjelaskan arti pentingnya memiliki damai sejahtera Kristus bagi setiap orang percaya. Bahkan damai sejahtera Kristus itulah yang seharusnya memerintah kehidupan setiap orang percaya. Damai sejahtera Kristus adalah sebuah anugerah dari Tuhan.

Seseorang bisa merasa damai karena ia tinggal di negera yang damai. Atau karena ia memiliki banyak harta, atau banyak pendukung, atau memiliki jabatan yang baik, atau status sosial yang baik atau banyak orang yang siap menolong dan  lain sebagainya. Tetapi itu semua bukan damai sejahtera Kristus.

Damai sejahtera Kristus adalah damai sejahtera yang timbul semata-mata karena kita mengenal dan memiliki Kristus, bukan karena keadaan sekeliling kita. Hanya jika kita memiliki damai seperti inilah, maka kita dapat lebih mampu mengasihi sesama kita dan bersyukur, seperti yang Paulus katakan: Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. (ayat 15)

Hal lain yang harus menjadi perhatian bagi orang Kristen adalah perkataan Kristus. Rasul Paulus menasihatkan agar “perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu.” Kita tidak bisa mengaku menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh apabila bukan perkataan Kristus yang mengatur hidup kita. Berapa seringkah kita merenungkan perkataan Kristus? Berapa cintakah kita pada Firman Tuhan? Jika kita jarang membaca dan merenungkan Alkitab, bagaimana mungkin nasihat Paulus itu menjadi kenyataan bagi kita?

Dan sekiranya kita sudah merasa bahwa perkataan Kristus itu diam di dalam diri kita, maka pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang kita lakukan terhadap perkaan Kristus itu? Menyimpannya dalam hati? Bagus. Melakukannya? Sangat bagus.

Tetapi ada yang lain dari itu, yaitu “dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani” (ayat 16)

Ayat 17 yang berbunyi: “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” dapat menjadi kesimpulan akhir bagi kita sebagai orang Kristen yang sudah diselamatkan.

Perbedaan antara orang Kristen dan orang non Kristen, bukan terletak pada moralitasnya, melainkan pada dasar perbuatannya dan pada motivasinya. Dasar perbuatan baik kita bukan agar kita diselamatkan, melainkan karena kita sudah diselamatkan, sehingga kita melakukannya di dalam nama Tuhan Yesus, bukan di dalam nama kita sendiri. Selain itu, motivasi kita melakukan perbuatan baik adalah ungkapan syukur kepada Bapa.

Semua orang dapat saja melakukan perbuatan baik di dunia ini, tidak peduli apa kepercayaannya. Tetapi hanya orang yang sudah diselamatkan yang dapat melakukan perbuatan baik dengan ucapan syukur yang tulus karena ia tahu apa yang Kristus telah lakukan baginya.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati. Amin. (Oleh: izar tirta)