Sunday, January 30, 2022

Apakah makna dari kisah tentang mimpi Firaun?

 


 

Eksposisi singkat dari Kejadian 41:17-36
Apa arti dari mimpi Firaun bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini?
Apa peran dan tanggungjawab Yusuf di dalam kisah ini?
Apa yang harus kita pelajari dari kisah kelimpahan dan kekeringan ini?

 

PEMAHAMAN SINGKAT

Berbeda dengan dugaan bahwa Allah adalah sosok yang suka berdiam diri, Alkitab justru menjelaskan bahwa Allah adalah Pribadi yang kerap kali berkomunikasi dengan manusia. Namun tidak semua manusia di dunia ini yang memahami apa yang Allah sampaikan kepada mereka, ada yang memahami, ada yang tidak memahami, bahkan ada pula yang tidak mendengar sama sekali atau tidak peduli pada fakta Allah yang ber-Firman tersebut.

Adalah tanggungjawab dari orang-orang yang mendengar dan mengerti apa yang Allah maksudkan bagi dunia ini, untuk memberitakan atau menjelaskan kepada orang-orang yang mendengar suara Allah namun tidak mengerti maksud perkataan-Nya itu.

Kisah mimpi Firaun juga mengingatkan kita bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya dan waktunya tersebut pun ada batasnya. Ada saat-saat yang baik, ada saat-saat yang buruk dan semuanya memiliki keterbatasan waktu. Oleh karena itu, melakukan persiapaan di saat-saat yang baik adalah hal yang mutlak harus dilakukan, agar manusia mampu menghadapi saat-saat yang buruk di dalam hidupnya. Hanya orang yang melakukan persiapan yang benar sajalah yang akan selamat dari bencana yang pasti akan datang ke dalam kehidupannya.

 

MARI MELIHAT LEBIH JAUH:

Pendahuluan

Setelah membaca kisah luar biasa dari Yusuf yang memberi penjelasan mengenai arti dari mimpi Firaun (lihat bagian akhir dari tulisan ini), maka ada beberapa hal yang perlu kita catat sebagai bahan perenungan kita, yaitu:

Allah adalah Pribadi yang berkomunikasi kepada manusia

Allah bukanlah Pribadi yang berdiam diri di dalam keheningan, tidak tahu menahu akan apa yang dilakukan oleh umat manusia dan tidak peduli dengan arah perjalanan sejarah manusia, sebagaimana yang dipahami oleh paham Deisme.

Para penganut paham Deisme percaya bahwa Allah ada. Mereka juga percaya bahwa Allah menciptakan dunia ini. Namun menurut pandangan mereka, setelah Allah selesai mencipta, maka Allah membiarkan saja ciptaan ini berjalan secara natural tanpa ada pengawasan, tanpa ada kendali dan tanpa ada yang mengarahkan ciptaan tersebut.

Alkitab justru mengajarkan bahwa Allah adalah Pribadi yang setelah mencipta, tidak pernah berhenti menopang alam ciptaan, tidak pernah berhenti berkuasa, mengawasi, mengarahkan dan pada akhirnya meminta pertanggungjawaban kepada dunia yang diciptakan-Nya itu. Dan semua interaksi Allah dengan ciptaan-Nya itu, dinyatakan melalui Firman-Nya kepada manusia.

Allah adalah Pribadi yang suka ber-Firman, atau berbicara atau berkomunikasi dengan manusia. Ini adalah kesaksian Alkitab kepada manusia. Dan kita sebagai manusia ciptaan-Nya, harus berusaha untuk mendengar apa yang Allah ingin katakan kepada kita.

Ada peristiwa di masa yang akan datang

Allah dapat mengkomunikasikan apa saja yang dikehendaki-Nya dan apa saja yang dianggap-Nya penting untuk diketahui oleh manusia. Di dalam satu bagian Alkitab kita membaca bahwa Allah dapat mengkomunikasikan tentang sejarah masa lalu, sementara di bagian Alkitab yang lain, Allah berbicara tentang masa kini. Tidak ada suatu kemutlakan bahwa isi dari komunikasi Allah adalah senantiasa tentang peristiwa di masa yang akan datang.

Namun dalam kisah mimpi Firaun ini, Allah mengkomunikasikan kepada manusia tentang hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang, yaitu tentang masa-masa kelimpahan dan masa kekeringan hebat yang akan melanda Mesir dan daerah di sekitarnya.

Dari komunikasi tersebut kita belajar sesuatu tentang sifat Pribadi Allah, yaitu bahwa Allah memiliki hati yang baik dan penuh belas kasihan, sedemikian rupa sehingga Ia mau menyampaikan kepada manusia bahaya apa yang akan datang menghampiri mereka. Dan bukan itu saja, Allah juga memberi kesempatan kepada manusia melalui saat-saat kelimpahan itu, agar manusia dapat bersiap-siap menghadapi bahaya kelaparan. Melalui model komunikasi semacam ini, manusia memperoleh kesempatan untuk mengenal Allah, dan belajar percaya kepada-Nya.

Di dalam Perjanjian Baru, kita juga melihat bahwa Allah memberi pesan tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang, yaitu penghakiman yang tidak akan mungkin dihindari oleh siapapun. Berita seperti ini jauh lebih mengerikan daripada berita tentang bahaya kelaparan yang melanda Mesir.

Namun sebagaimana di zaman Firaun Allah memberi jalan keluar dari bahaya yang mengancam, maka di zaman Perjanjian Baru hingga zaman sekarang pun, Allah telah memberi jalan keluar dari penghakiman yang mengerikan atas dosa-dosa manusia. Jalan keluar itu adalah melalui anugerah keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Dan setiap manusia telah diberi kesempatan untuk meresponi berita ini, agar mereka memiliki kesempatan untuk bersiap-siap.

Allah memberitahukan kepada manusia yang mengenal Dia.

Bukan saja Allah dapat berbicara kepada manusia, tetapi Allah juga dapat membuat manusia mengerti apa yang dikatakan-Nya. Dalam kisah mimpi Firaun ini, kita membaca bahwa Allah dapat berbicara secara jelas kepada Yusuf sehingga ia dapat mengerti apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan sebagai persiapan.

Pemberitahuan yang jelas dari Allah kepada manusia, seperti yang kita baca dalam kisah mimpi Firaun ini. merupakan suatu pewahyuan yang bersifat khusus. Apa artinya wahyu khusus? Wahyu khusus berarti, sebuah berita dari Allah yang disampaikan secara khusus, kepada orang tertentu (khusus) dan berisi informasi bersifat spesifik (khusus), yang dapat dimengerti oleh orang yang menerima wahyu tersebut.

Keseluruhan Alkitab sendiri merupakan wahyu khusus tersebut. Sebab melalui Alkitab, manusia dapat mengenal siapa Allah? Apa yang menjadi kehendak Allah? Apa rencana Allah bagi dunia dan bagi manusia? Apa yang menjadi tujuan akhir dari seluruh keberadaan ciptaan ini? Dan lain sebagainya.

Sementara orang lain yang tidak mengenal Dia, tidak tahu apa yang akan terjadi.

Di dalam kisah mimpi Firaun, kita membaca bahwa Allah pun dapat berkomunikasi dengan Firaun melalui mimpi. Namun komunikasi yang disampaikan kepada Firaun tersebut tidaklah terlalu jelas. Firaun dapat mengingat apa yang dikomunikasikan, namun Firaun tidak mengerti makna dari pesan tersebut.

Pesan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia semacam itu, dapat kita kategorikan sebagai wahyu umum, yaitu hal-hal yang disampaikan oleh Allah kepada manusia secara umum, tidak harus kepada orang yang percaya. Informasi seperti ini, meskipun dapat diakses oleh indra ataupun ingatan manusia, namun tidak serta-merta membuat manusia mengerti dan mengenal siapa Allah dan apa yang dikehendakinya.

Dibutuhkan wahyu khusus untuk memahami apa yang Allah nyatakan di dalam wahyu umum.

Adalah tugas dan tanggungjawab orang yang menerima wahyu khusus

Orang yang menerima wahyu khusus, bukan menerima wahyu tersebut untuk kemudian disimpan saja di dalam hati. Mereka bertanggungjawab untuk meneruskan wahyu tersebut kepada orang lain yang belum mengerti. Mereka harus berusaha untuk menjelaskan makna dan tujuan kehidupan kepada orang lain yang hanya menerima wahyu umum.

Firman Tuhan adalah pelita bagi dunia. Tanpa Firman, maka orang paling berkuasa serta orang cerdik pandai pun tidak akan mampu memahami apa yang ada di dalam rencana Allah bagi dunia. Hanya orang yang menyediakan hati dan telinga untuk mendengar Firman sajalah yang dapat mewartakan rencana Tuhan tersebut.

Manusia perlu berjaga-jaga.

Dari penjelasan Yusuf mengenai mimpi Firaun, kita diingatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam dunia ini ada waktunya, ada kesempatannya, ada momentnya. Dan waktu yang tersedia itu adalah waktu yang terbatas.

Ada saatnya, manusia diberi kesempatan yang baik oleh Allah untuk menjalankan kehidupan dengan baik, nyaman, tenang, damai dan bahkan berkelimpahan. Tetapi ada saatnya pula, dimana kesemptan itu ditarik oleh Allah. Dan sebagai manusia kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kapankah kesempatan itu akan berakhir dan kapan waktu penderitaan akan tiba.

Oleh karena itu, seperti pesan yang disampaikan oleh kisah tentang mimpi Firaun ini, mempersiapkan diri adalah hal yang sangat penting. Sekarang, selagi kesempatan untuk menjalankan hidup dengan baik masih diberikan oleh Tuhan, maka kita harus memanfaatkan kesempatan yang Allah berikan ini, sebagai persiapan untuk memasuki saat yang buruk.

Saat yang buruk di depan kita mungkin bukan hanya kelaparan, tetapi dapat berupa pandemi, dapat pula bencana alam, dapat berupa peperangan atau apapun saja. Bahkan seperti yang telah disebutkan di atas tadi, Allah sudah memperingatkan bahwa akan tiba saatnya dimana setiap orang akan berhadapan dengan penghakiman Ilahi. Apakah manusia sudah siap menghadapi hal ini? Apakah manusia sadar kengerian apa yang harus dihadapi oleh orang berdosa di hadapan Allah yang murka?

Hanya mereka yang persiapan dengan baik, yang selamat dari bencana. Baik Firaun maupun Yusuf, bahkan seluruh dunia saat itu sama-sama mengalami masa yang baik, tetapi kemudian sama-sama mengalami masa yang buruk. Berkat Firman Tuhan yang disampaikan kepada Yusuf, Firaun pun terluput dari bencana kelaparan.

Hari ini, sekarang ini, selagi masih ada kesempatan, baiklah kita mempersiapkan diri untuk mempercayakan hidup kita kepada Yesus Kristus Sang juruselamat yang telah disediakan Tuhan bagi umat manusia. Bertobatlah, mohon pengampunan pada-Nya, dan jalanilah sisa hidup kita bersama Dia yang menebus kita. Hanya itu satu-satunya cara untuk selamat dari kengerian neraka yang tak terpadamkan itu.

Mari membaca ayat Firman Tuhan sambil menghayatinya:

(17) Lalu berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Dalam mimpiku itu, aku berdiri di tepi sungai Nil; (18) lalu tampaklah dari sungai Nil itu keluar tujuh ekor lembu yang gemuk badannya dan indah bentuknya, dan makan rumput yang di tepi sungai itu. (19) Tetapi kemudian tampaklah juga keluar tujuh ekor lembu yang lain, kulit pemalut tulang, sangat buruk bangunnya dan kurus badannya; tidak pernah kulihat yang seburuk itu di seluruh tanah Mesir. (20) Lembu yang kurus dan buruk itu memakan ketujuh ekor lembu gemuk yang mula-mula. (21) Lembu-lembu ini masuk ke dalam perutnya, tetapi walaupun telah masuk ke dalam perutnya, tidaklah kelihatan sedikitpun tandanya: bangunnya tetap sama buruknya seperti semula. Lalu terjagalah aku. (22) Selanjutnya dalam mimpiku itu kulihat timbul dari satu tangkai tujuh bulir gandum yang berisi dan baik. (23) Tetapi kemudian tampaklah juga tumbuh tujuh bulir yang kering, kurus dan layu oleh angin timur. (24) Bulir yang kurus itu memakan ketujuh bulir yang baik tadi. Telah kuceritakan hal ini kepada semua ahli, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat menerangkannya kepadaku." (25) Lalu kata Yusuf kepada Firaun: "Kedua mimpi tuanku Firaun itu sama. Allah telah memberitahukan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya. (26) Ketujuh ekor lembu yang baik itu ialah tujuh tahun, dan ketujuh bulir gandum yang baik itu ialah tujuh tahun juga; kedua mimpi itu sama. (27) Ketujuh ekor lembu yang kurus dan buruk, yang keluar kemudian, maksudnya tujuh tahun, demikian pula ketujuh bulir gandum yang hampa dan layu oleh angin timur itu; maksudnya akan ada tujuh tahun kelaparan. (29) Inilah maksud perkataanku, ketika aku berkata kepada tuanku Firaun: Allah telah memperlihatkan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya. (29) Ketahuilah tuanku, akan datang tujuh tahun kelimpahan di seluruh tanah Mesir. (30) Kemudian akan timbul tujuh tahun kelaparan; maka akan dilupakan segala kelimpahan itu di tanah Mesir, karena kelaparan itu menguruskeringkan negeri ini. (31) Sesudah itu akan tidak kelihatan lagi bekas-bekas kelimpahan di negeri ini karena kelaparan itu, sebab sangat hebatnya kelaparan itu. (32) Sampai dua kali mimpi itu diulangi bagi tuanku Firaun berarti: hal itu telah ditetapkan oleh Allah dan Allah akan segera melakukannya. (33) Oleh sebab itu, baiklah tuanku Firaun mencari seorang yang berakal budi dan bijaksana, dan mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir. (34) Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. (35) Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya. (36) Demikianlah segala bahan makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan binasa karena kelaparan itu." (Kejadian 41:17-36)

Kiranya Tuhan Yesus menolong kita mempersiapkan diri. Amin (Oleh: Izar tirta)