Tuesday, April 16, 2024

Apakah tujuan hidup kita di dunia?

 

Apakah tujuan hidup kita di dunia?

Untuk mengetahui apa tujuan hidup kita di dunia, kita perlu berpaling kepada rencana Allah yang semula dalam menciptakan manusia.

Kita ada bukan karena kebetulan di alam semesta ini melainkan karena Tuhan memiliki rencana bagi hidup kita. Tanpa adanya pemahaman bahwa Tuhan memiliki rencana bagi hidup kita, maka tidak jarang kita menjadi frustasi ketika kehidupan menjadi sulit.

Contoh 1:

Yusuf. Hidupnya pernah begitu sulit. Berbuat baik tetapi menerima apa yang buruk. Untunglah Yusuf tidak putus asa karena di dalam hati dia berharap pada Tuhan, sehingga akhirnya ia melihat bagaimana Tuhan membawa dia pada rencana yang sesungguhnya.

Contoh 2:

Daud, diurapi sejak masih kecil untuk menjadi raja. Tetapi apakah dia segera menikmati kemuliaan seorang raja? Sama sekali tidak. Hidupnya justru penuh kesulitan dan perjuangan sebelum akhirnya menjadi seorang raja yang selalu dikenang oleh Israel.

Bahkan Yesus pun sebelum bangkit secara mulia, harus merasakan penderitaan yang besar hingga mati dikayu salib.

Memahami bahwa ada Tuhan yang memegang kendali dan mengarahkan kita pada tujuan Allah bagi kita dapat menyelamatkan diri kita dari putus asa yang mendalam ketika hidup berjalan secara sulit.

Tingkat bunuh diri di Korea begitu tinggi, demikian juga China. Aktor2 ganteng dan aktris yang cantik bunuh diri karena putus asa diterpa oleh iklim persaingan dunia entertainment yang begitu berat. Tanpa harapan.


Adapun Tujuan kita diciptakan adalah:

Tujuan 1: diciptakan untuk kemuliaan Allah.

Romans 11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Artinya, kita ada untuk memperlihatkan bahwa Allah itu mulia. Manusia adalah manusia yang secara biologis, psikologis, spiritual sangat kompleks dan rumit. Kehebatan manusia semakin menunjukkan betapa hebatnya Sang Pencipta. Kalau kita lihat ciptaan yang hebat, tentu kita kagum sama orang yang membuatnya, bukan?

Selain itu, jika di dalam hidup ini kita memperlihatkan nilai2 yang indah dan luhur, maka nama Allah kita pun akan menjadi semakin terkenal kemuliaan-Nya. Semakin banyak orang Kristen yang berperlaku buruk maka semakin buruklah citra Yesus sebagai Tuhan yang disembah orang Kristen, demikian pula sebaliknya.

Menyembah Allah disini, berarti pula dengan menjadikan Dia sebagai Allah dan diri kita sebagai pelayan Allah. Oleh karena itu dicipta untuk kemuliaan Allah berarti pula bahwa hidup ini harus merupakan suatu pelayanan bagi Allah.

Tujuan 2: diciptakan untuk keluarga Allah

1 Korintus 14:26 Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.

Segala karunia Roh yang diberikan pada kita, bukan untuk tujuan diri kita sendiri melainkan untuk membangun orang lain, yaitu jemaat. Keberadaan kita di dunia ini pun sebenarnya bukanlah untuk diri kita sendiri melainkan untuk masyarakat. Alkitab mengajarkan kita untuk jangan hidup untuk diri sendiri melainkan untuk melayani orang lain.

Diciptakan untuk melayani orang lain berarti pula bahwa kita harus membawa orang itu kepada Kristus (misi). Apa artinya diciptakan untuk keluarga Allah jika kita tidak membawa orang lain untuk turut menjadi keluarga Allah.

Tujuan 3: diciptakan untuk menjadi serupa dengan Kristus

Roma 8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Tujuan menjadi serupa dengan Kristus bukanlah di dalam hal fisik, melainkan roh. Kristus adalah teladan kita di dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.

Siapa di antara kita yang merasa sudah menjadi orang baik? Dibandingkan teman kita yang bandel mungkin kita termasuk anak alim, tetapi dibandingkan Kristus? Masih jauh. Artinya, seumur hidupmu engkau harus mengasah karakter untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Segala kesulitan, tantangan dan tanggung jawab kita didunia ini ditujukan untuk membentuk diri kita menjadi semakin serupa dengan Kristus.

Penutup dan kesimpulan

Apa yang menjadi cita-cita kita dimasa mendatang? Jangan kawatir memiliki cita-cita, kembangkan dan wujudkan cita-cita tetapi yang terpenting adalah jangan pisahkan cita-citamu dari Tuhan. Jangan anggap bahwa diri kamulah satu-satunya faktor penentu dari cita-cita tersebut. Tuhan menanamkan cita-cita itu dihati kamu karena mungkin sekali Tuhan ingin ada orang yang melayani Dia dia di dalam bidang tersebut. JADIKAN CITA-CITA ITU SEBAGAI CARA UNTUK MENYEMBAH DAN MELAYANI TUHAN.

Apa yang menjadi kesulitan, kesusahan, penderitaan hatimu? Jangan putus asa, jadikan itu sebagai cara Tuhan membentuk kamu untuk menjadi serupa Kristus dan lebih mampu melayani sesama. Hanya orang yang pernah disakiti hatinya yang mampu menghibur secara efektif orang lain yang sedang sakit hati.

Jangan sedih, jangan putus asa, maju terus pantang mundur. Jadikan setiap peristiwa dan rencana hidupmu sebagai jalan untuk memenuhi tujuan hidupmu bagi Tuhan.

Thursday, April 11, 2024

Bagaimana melayani orang yang berkepribadian sulit?

 

Melayani orang berkepribadian sulit

Alkitab tidak memberi suatu petunjuk yang spesifik mengenai bagaimana cara melayani orang yang berkepribadian sulit, sehingga seolah-olah ada orang yang mudah, ada yang sulit, ada yang setengah mudah, ¾ sulit dst.

Alkitab hanya meminta kita untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri (Matius 22:37-39). Bahkan kepada orang yang kita anggap sebagai musuh pun, Alkitab tetap meminta kita untuk menaruh kasih.

Jika demikian, lalu darimana gagasan tentang “orang yang sulit dikasihi” ini datang? Dari pengalaman kita ketika kita mencoba menerapkan hukum kasih di dalam kehidupan kita.

Mengapa pengalaman kita telah membawa kita pada orang-orang yang sulit?
Apakah mereka benar-benar sulit, atau sebenarnya kita yang sulit? Atau bahkan dua-duanya?

John D. Rockefeller, ketika ditanya, karyawan seperti apakah yang paling bisa kamu hargai? Rockefeller menjawab: “Orang yang bisa berhubungan atau berelasi dengan orang lain.” “The ability to get along with people”

Kurangnya kemampuan kita dalam menghadapi orang-oranglah yang sering kali membuat orang lain menjadi sulit dimata kita.

Richards D.Dobbins, seorang psikolog Kristen yang juga aktif dalam pelayanan pastoral mengatakan bahwa kesulitan kita dalam mengasihi orang yang sulit itu sering kali muncul karena dua harapan yang tidak realistis (unrealistic expectation)

Pertama, kita berharap atau beranggapan bahwa semua orang adalah orang yang rohani, atau memiliki kondisi kerohanian yang stabil. Padalah, kalau mau jujur, kita semua masih sering dikuasai oleh kedagingan. Bukan percabulan, kemabukan, pembunuhan dll, tetapi yang lebih halus seperti iri hati, pride, sombong, munafik dll. Sifat-sifat ini ada di bawah permukaan kehidupan kita tanpa kita sadari. Dalam situasi-situasi tertentu, sifat-sifat ini muncul dan ketika kita tidak siap, maka kita akan anggap ini sebagai “orang yang sulit.”

Dobbin mengingatkan bahwa PB sendiri sebenarnya sering berbicara tentang kedagingan di dalam gereja. Jika gereja sudah rohani semua, menurut Dobbins, maka mungkin PB juga tidak akan ditulis.

Kedua, kita berharap bahwa semua orang mencintai kita. Pada kenyataannya, tidak begitu bukan?

Pada kenyataannya, sulit atau tidak sulitnya seseorang dimata kita, memang dipengaruhi pula oleh tipe atau karakter bawaan orang tersebut.


Menurut beberapa jurnal psikologi ada beberapa tipe orang yang sulit:

Keras (Hardcore)

Mengancam, mengintimidasi bahkan melakukan tindakan kasar. Mereka harus selalu benar dan akan ngamuk seperti banteng jika ada yang menantang mereka.

Cara mengatasi:

Tetap tenang, biarkan ia marah-marah. Hentikan jika tindakannya mulai merusak. Panggil namanya dan nyatakan apa yang menjadi statement kita tanpa berusaha untuk berkonfrontasi. Biasanya kita akan sulit menang melawan tipe ini.

Kata-kata yang bisa dipakai: “Saya punya sudut pandang yang berbeda, tetapi saya mau dengar apa pendapat Bapak.” Atau “Dari sudut pandang saya…”

Princess

Orang yang pandai, punya banyak pengetahuan dan informasi. Sering melecehkan kita karena dia merasa lebih banyak tau daripada orang lain. Dia senang jadi pusat perhatian dan senang memamerkan kepintarannya.

Cara mengatasi:

Jika kita bicara dengannya, pastikan kita memang tau banyak fakta. Atau kalau kita sadar bahwa kita memang kalah pintar, sebaiknya kita biarkan dia mengeluarkan hasratnya dalam memamerkan kepintaran, beri pujian kalau perlu. Setelah ia puas, biasanya ia akan lebih bisa diajak berbicara.

Negatif

Orang yang selalu mengeluh, cenderung melihat segala sesuatu dari sudut yang negatif.

Cara mengatasi:

Berusahalah untuk tetap positif, arahkan pada fakta-fakta yang positif dan realistis. Jangan buru-buru bicara tentang solusi, karena pasti akan dinegatifkan juga. Lebih baik bicara tentang fakta ketimbang ide-ide dengan orang seperti ini.

Orang yang suka menyenangkan orang lain (People pleaser)

Pada awalnya mereka menyenangkan, tetapi lama-lama kita repot juga karena orang seperti ini tidak bisa berkata “tidak” pada orang lain.

Cara mengatasi:

Kita harus peka ketika melibatkan orang seperti ini dalam pelayanan, jangan sampai akhirnya kita kecewa padanya karena kita sudah terlanjur terlalu berharap padanya.


Bagaimana mengasihi orang yang sulit di dalam kebersamaan?

Ini bisa menimbulkan polemik tersendiri. Karena orang yang bermasalah secara pribadi harus ditangani secara pribadi. Kebersamaan seringkali bukan hal yang baik, malah menakutkan dan mendorong orang ini untuk semakin bersembunyi di dalam benteng-benteng yang dibangunnya.

Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah

  • doakan dalam kelompok kecil, tanpa sepengetahuan dia.
  • tetap libatkan dalam kegiatan-kegiatan kelompok sambil terus dibimbing, dibina oleh seorang pemimpin kelompok.

Kiranya Tuhan menolong kita, tanpa pertolongan dari Tuhan kita akan kesulitan dalam melayani orang-orang yang berkepribadian sulit.

Monday, April 1, 2024

Melayani Tuhan di dunia sebagai sebuah tim

Melayani Tuhan sebagai sebuah tim

Melayani Tuhan adalah sebuah konsekuensi dari kehidupan orang percaya.

Efesus 2:8-10 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Ayat ini cukup gamblang mengajarkan pada kita bahwa kita diselamatkan bukan semata-mata supaya kita bisa santai-santai masuk surge. Tujuan kita kita diselamatkan adalah untuk melakukan pekerjaan baik. Sama seperti pekerjaan Tuhan adalah baik adanya, maka Tuhan juga mau agar kita hidup di dalam pekerjaan-pekerjaan yang baik tersebut. Sehingga selaras dengan Tuhan. Jika Tuhan melayani dunia ini dan berkarya di dalam dunia ini. Maka tentu kita pun harus melayani Tuhan dalam berkarya di dunia ini. Itulah pelayanan kita.

Bagaimana kita melayani Tuhan?

Dari sejak semula, Tuhan sendiri memiliki gagasan bahwa manusia adalah makhluk social yang tidak baik jika hanya seorang diri saja.

Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.

Jelas dikatakan sejak semula bahwa adalah tidak baik apabila manusia itu seorang diri saja. Mengapa?

Karena jika sendiri tidak ada yang menolong manusia. Kita lihat sendiri di sini, walaupun Allah adalah penolong kita, namun Allah juga ingin agar pertolongan yang Ia berikan itu, dapat diberikan melalui manusia yang lain.

Mengapa manusia butuh penolong? Karena rupanya, manusia akan menghadapi banyak persoalan yang tidak dapat diselesaikannya sendiri. Ia butuh manusia lain.

Sejak semula, sudah menjadi ketetapan Tuhan bahwa manusia bukan diciptakan untuk menjadi individu yang sendiri, menyelesaikan segalanya sendiri, tetapi sebagai ciptaan yang saling menolong, saling mengisi, saling melengkapi untuk memenuhi tujuan Tuhan.

Pada waktu penciptaan Adam dan Hawa, tujuan Tuhan adalah memenuhi bumi. Pada waktu akan naik ke Sorga, Tuhan Yesus berpesan bahwa tujuan-Nya bagi kita adalah pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya dan mengajarkan segala sesuatu yang telah Dia ajarkan kepada kita sebagai orang percaya.

Sepanjang Alkitab kita kemudian melihat bahwa Tuhan ingin manusia belajar untuk mengerjakan pekerjaan-Nya di dalam sebuah tim.

Belajar bekerja dalam tim melalui pengalaman Musa

Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang. Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?" Kata Musa kepada mertuanya itu: "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah. Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah." Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja. Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya. (Keluaran 18:13-22)

Kita lihat disini bagaimana prinsip bekerja melayani Tuhan sebagai sebuah tim, sudah ada sejak zaman Musa. Pada awalnya Musa mengira bahwa hanya dirinyalah yang menjadi semacam saluran berkat bagi umat Israel, namun ternyata Musa keliru. Tuhan ingin agar Musa melayani-Nya di dalam sebuah tim kerja. Mengapa demikian? Sekali lagi, karena Musa tidak mungkin mampu menghadapi semua persoalan sendirian. Musa butuh orang lain. Musa butuh penolong. Tuhan ada penolong, tetapi tidak jarang pertolongan-Nya itu diberikan melalui tangan orang lain.

Philip Yancey pernah menulis sebuah buku berjudul: Where is God when it hurtsKesimpulan akhir dari buku itu adalah Where is the church when it hurts?

Contoh paling utama dari bekerja di dalam sebuah tim adalah Allah Tritunggal. Allah Tritunggal adalah Satu Esensi Allah yang sama di dalam Tiga Pribadi. Allah kita bukanlah Allah yang sendirian, tetapi Allah yang hidup bermasyarakat. Allah Bapa beda dengan Allah Anak dan beda pula dengan Allah Roh Kudus. Namun ketiga-Nya adalah satu.

Satu di dalam hal apa? Satu dalam hal esensi. Satu dalam visi, tujuan, rencana, kehendak dan satu di dalam kasih. Sehingga di dalam kesatuan-Nya itu, Allah Tritunggal selalu secara sempurna dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan besar secara bersama-sama.

Dalam Penciptaan, Allah Tritunggal mencipta bersama. Dalam karya keselamatan pun, Allah Tritunggal bekerja bersama-sama.

Allah Bapa merencanakan: Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya (Kejadian 3:15)

Allah Anak melaksanakan rencana keselamatan tersebut melalui kematian di kayu salib.

Allah Roh Kudus mewujudnyatakan karya keselamatan tersebut melalui pekerjaan-Nya mempertobatkan manusia dan membawa mereka menjadi percaya pada Yesus sehingga diselamatkan.

Semua bekerja di dalam tim. Semua melayani di dalam tim. Mengapa kita berpikir bahwa kita dapat melayani Tuhan sebagai secara sendirian?

Tantangan pelayanan kita bukanlah sesuatu yang mudah. Semakin hari dunia yang kita tinggali ini memang terasa semakin modern, semakin banyak kemudahan dan lain sebagainya. Tetapi bukan berarti bahwa manusia di bumi ini semakin hari semakin dekat dengan Tuhan. Justru sebaliknya, kasih menjadi semakin dingin dan hati manusia pun semakin jauh dari Tuhan. Berapa banyakkah gereja di masa sekarang ini dibandingkan dengan populasi umat manusia? Di antara gereja-gereja itu, berapakah yang masih setia pada Firman Allah?

Kalau kita baca artikel-artikel di Internet, kita akan mendapati bahwa semakin banyak orang-orang cerdik pandai yang semakin giat menulis dan mengajar bahwa Tuhan Yesus yang kita kenal di Alkitab itu, pada dasarnya hanyalah sebuah mitos belaka. Yesus Kristus tidak real. Ia hanya tokoh rekaan orang-orang Kristen saja. Dan cukup banyak juga saat ini, berbagai artikel yang membahas kebangkitan komunitas-komunitas penyembah setan di dunia ini.

Dunia ini semakin menjauh dari Tuhan. Kalaupun nama Tuhan dan nama Yesus disebut, maka tidak jarang konsep mereka tentang Tuhan dan Yesus pun sama sekali bukan konsep yang diajarkan oleh Alkitab.

Maka demi semua tantangan yang semakin berat ini, mari kita semakin mempererat ikatan kasih di dalam tim pelayanan gereja kita. Kita tidak sanggup bekerja sendirian. Kita butuh penolong, yaitu saudara-saudari kita sebagai sebuah tim.

Amin

Saturday, March 30, 2024

Bagaimana mempertahankan kelakuan bersih? (Renungan Mazmur 119)

Bagaimana mempertahankan kelakuan bersih? (Mazmur 119)

9 Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. 10 Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. 11 Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. (Mazmur 119:9-11)

97 Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. 98 Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. 99 Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. 100 Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu. 101 Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu. 102 Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku. 103 Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku. 104 Aku beroleh pengertian dari titah-titah-Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta. (Mazmur 119:97-104)


Pendahuluan

Mazmur 119 adalah suatu mazmur yang paling panjang di antara mazmur lainnya di dalam Alkitab. Mazmur ini ditulis dengan suatu sikap pengagungan kepada Firman Tuhan. Melalui syair-syairnya, pemazmur ingin mengajak kita untuk melihat arti penting Firman Tuhan dan bagaimana kita harus memeliharanya dalam hidup ini. Tulisan berikut ini saya buat berdasarkan kerangka khotbah yang pernah saya sampaikan di GKY Gading Serpong.


Apa yang Mazmur ini ajarkan tentang Firman Tuhan?

Ayat 9: menjaga kemurnian

Kata “bersih” dalam ayat 9 adalah zakeh yang berasal dari kata dasar zakah yang artinya bersih secara moral. Kata ini dapat pula berarti murni dan suci, atau pure.

Jika kita berbicara di dalam konteks Alkitab, kita tahu bahwa moral tertinggi adalah “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:5). Lalu Tuhan Yesus menambahkan pula “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Markus 12:31)

Jadi ketika kita berbicara tentang kelakuan yang bersih, maka tidak mungkin hal itu adalah mengenai suatu konsep yang ada di luar kedua hukum ini. Oleh karena itu, ketika kita mendengar pemazmur berkata tentang kelakuan yang bersih, hal itu bukan sekedar berbicara tentang berbuat baik, jadi anak baik, tidak nakal sebagaimana yang secara sosial kita pelajari dari agama dan kebudayaan orang-orang di sekitar kita. Ajaran Konfusius misalnya, sangat menekankan pada kebaikan-kebaikan sosial semacam ini.

Di dalam konteks zakah di sini, tentu termasuk di dalamnya adalah bagaimana seorang muda dapat mempertahankan kelakuan yang bersih di dalam mengasihi TUHAN dengan segenap hati dan segenap jiwa dan segenap kekuatan. Serta mengasihi sesama seperti diri sendiri.

Bagaimana kita menjaga diri kita untuk dapat tetap mengasihi TUHAN dan sesama dengan cara demikian?

Kata menjaga dalam ayat 9 adalah "samar" yang berarti:

  1. Mengawasi, menjaga seperti orang yang menjaga sebuah taman atau pun menjaga domba 
  2. Menjaga dengan sangat hati-hati, melindungi. 
  3. Menyimpan, seperti menyimpan barang berharga 
  4. Memperhatikan 
  5. Secara hati-hati dan secara penuh perhatian 

Dari kata Samar ini, terkandung pengertian menjaga dengan penuh upaya, dengan kehati-hatian, dengan keseriusan, bukan dengan sekedarnya. Di tengah dunia yang penuh dengan ketidakmurnian, godaan untuk berbuat dosa, kebangkitan agama-agama lain, pertanyaan pemazmur “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih?” sungguh menjadi sesuatu pertanyaan yang penting untuk diajukan.

Tantangan yang saya sebut di atas, berasal dari luar diri kita, yaitu tantangan yang bersifat eksternal. Apakah hanya ini yang harus kita waspadai? Tentu saja tidak.

Diri kita ini pun adalah pribadi yang berdosa. Punya kecenderungan untuk berdosa. Walaupun kita sebagai orang-orang percaya, sudah ditebus dan memiliki Roh Kudus. Tetapi bukan berarti perjuangan melawan dosa sudah selesai. Sebaliknya, peperangan yang ada di dalam diri kita justru semakin hebat.


Mengapa pemazmur memberi perhatian kepada “orang muda”?

Orang muda menjadi perhatian dalam Mazmur ini karena pemazmur sendiri menyadari bahwa:

Pertama, orang muda punya hasrat yang sama besar dengan orang dewasa, tetapi belum punya wadah yang benar seperti orang dewasa, khususnya dalam hal ini adalah keinginan sex.

Kedua, orang muda adalah orang yang sedang mencari jati diri dan belum berpengalaman. Kedewasaan seseorang tidak jarang lahir dari tempaan kehidupan. Sebagai orang muda, kesempatan mereka untuk ditempa dan dibentuk oleh kehidupan jelas lebih sedikit dibanding dengan orang yang lebih tua. Sehingga secara psikologis, relational, mereka relatif masih belum matang dan masih sangat butuh untuk berkembang dan bertumbuh. Salah satu contoh adalah mengenai kesabaran. Orang yang dewasa relatif sudah jauh lebih sering diuji kesabarannya oleh kehidupan, dibanding orang yang lebih muda yang umumnya jiwanya masih penuh pergolakan.

Yohanes dan Yakobus, adalah dua orang bersaudara yang dapat menjadi contoh dari jiwa muda yang bergolak. Atas kegarangan jiwa muda mereka, Yesus menyebut mereka sebagai Boanerges. “yang berarti anak-anak guruh.” (Markus 3:17) Lihat saja kata-kata mereka tentang orang-orang yang menolak Yesus, "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" (Lukas 9:54)

Sebagai tambahan, orang muda biasanya juga bergaul dengan orang-orang yang belum berpengalaman, sehingga sangat mungkin mereka akan belajar sesuatu tentang kehidupan dari sumber-sumber yang tidak tepat. Hal ini semakin menjadikan orang muda sebagai pribadi-pribadi yang sangat rentan untuk masuk ke dalam kehidupan yang tidak baik.

Jika kita berbicara tentang kesucian iman, maka orang muda adalah target yang lebih mudah untuk diselewengkan dari iman yang benar. Entah itu melalui ajaran yang berbeda dengan Alkitab yang diberikan secara langsung kepada anak-anak muda, entah itu misalnya melalui pertemuan dengan lawan jenis dari iman yang berbeda. Tidak sedikit orang-orang yang semula nampak seperti orang percaya, kemudian meninggalkan imannya kepada Yesus Kristus demi seorang pasangan yang berbeda iman. Hanya dengan menjaga iman kita melalui Firman Tuhanlah maka iman sejati itu dapat bertahan.

Mempertahankan kelakuan bersih, adalah tanggung jawab setiap orang, baik tua maupun muda. Tetapi dalam hal ini, pemazmur memberi perhatian khusus pada orang muda yang secara natural hidupnya penuh dengan risiko dan tantangan.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana caranya menjaga kelakuan sesuai dengan Firman Tuhan? Pemazmur memberi jawabannya pada ayat 10 dan 11.

Ayat 10: mencari Tuhan segenap hati

Untuk menjaga kelakuan seorang pemuda tetap sesuai dengan Firman Tuhan, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari Tuhan dengan segenap hati.

Dalam Roma 3:11 dikatakan “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.” Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa tidak mungkin mau mencari Allah. Oleh karena itu, Mazmur ini jelas berbicara tentang orang yang telah diberi anugerah percaya oleh Roh Kudus. Oleh karena itu, orang yang sudah percaya seperti kita, sudah sepatutnya melakukan pula apa yang dikatakan oleh pemazmur ini, yaitu mencari Tuhan dengan segenap hati.

Apa yang dimaksud dengan mencari Tuhan dengan segenap hati? Dalam bahasa Ibrani, kata yang digunakan untuk “dengan segenap hati” adalah bekol libbi yang artinya keseluruhan manusia yang ada di dalam (inner man)

Seringkali kita melihat seseorang yang begitu rohani. Mereka sering mengucapkan kata-kata rohani, menyanyikan lagu-lagu rohani, dan bahkan melakukan kegiatan agamawi dengan begitu serius dan khusuk. Akan tetapi apakah sudah dapat dipastikan bahwa orang-orang ini memang sedang mencari Tuhan dengan segenap hati? Belum tentu.

Pemuda kaya yang menemui Tuhan Yesus dalam Matius 19:16, terlihat begitu rohani dan sungguh-sungguh mencari Tuhan, tetapi pada akhirnya kita tahu bahwa ia menolak untuk ikut Yesus Kristus.

Kritikan Tuhan Yesus yang dialamatkan kepada pemuka-pemuka agama yang hidup di zaman-Nya, menunjukkan bahwa seorang yang kelihatan banyak melakukan hal-hal rohani seperti memberi sedekah, berdoa dan berpuasa (Matius 6:2,5,16) pun, belum tentu benar-benar memiliki kerohanian yang baik. Bahkan menurut Tuhan Yesus, mereka adalah orang-orang yang munafik.

Bagi Tuhan bukan aktifitas fisik yang kelihatan oleh manusia yang pertama-tama penting, melainkan keseluruhan manusia yang ada di dalam diri kita (inner man) itulah yang lebih bernilai.

Ketika kita mencari Tuhan, pertama-tama yang harus diarahkan adalah hati kita, inner man kita, bukan aktivitas fisik yang terlihat oleh orang di sekitar kita. Jika inner man kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka cepat atau lambat apa yang di luar pun akan terlihat dan menjadi kesaksian yang baik bagi orang lain. Ketika Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya, tidak sedikit orang yang kecewa dan tidak suka pada-Nya. Namun karena hati Yesus adalah hati yang murni dan berpaut pada Bapa-Nya, lambat laun banyak orang melihat perbuatan-Nya dan mereka menjadi percaya. Bahkan dengan jujur mereka mengakui bahwa Dia ini sungguh-sungguh Orang Benar.

Melalui ayat ini pemazmur mengajak kita untuk tidak menjadi orang-orang munafik yang hanya mementingkan ritual dan kegiatan agama secara fisik. Yang pemazmur inginkan adalah agar kita mencari Tuhan dari hati kita yang paling dalam. Hanya ketika kita mencari Tuhan dengan cara seperti inilah, maka kita akan lebih mampu untuk mempertahankan perilaku yang bersih.

Hal kedua adalah suatu pengakuan bahwa diri kita tidak mampu mengerjakan kesucian moral dengan kekuatan sendiri. Pemazmur mengajak kita untuk minta bantuan kepada Tuhan untuk tidak membiarkan kita menyimpang dari perintah-Nya.

Doa Bapa kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus juga mengajarkan prinsip ini. Yesus mengajarkan “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat” (Matius 6:13)

Melalui syair yang ditulis oleh pemazmur, maupun melalui doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, kita diajar untuk memiliki sikap yang rendah hati untuk mau mengakui kelemahan kita. Kita ini adalah domba yang lemah di tengah-tengah dunia serigala yang siap menelan kita. Hanya ketika kita bergantung pada Sang Gembala sajalah, maka kita akan mampu hidup di tengah-tengah bahaya. Sang Gembala itu adalah Yesus Kristus yang akan menjaga kita.

Ayat 11: membentengi hati dan pikiran

Hal ketiga yang harus dilakukan untuk menjaga hidup tetap bersih adalah dengan menyimpan Firman Tuhan dalam ingatan. Artinya adalah kita harus menghafal Firman Tuhan itu, dan bukan saja menghafal, tetapi juga berusaha mengerti apa yang dimaksud oleh Firman tersebut. Menyimpan Firman Tuhan dalam ingatan mengandung arti menjadikan Firman Tuhan sebagai kerangka berpikir kita. 

Francis Schaefer, seorang filsuf dan teolog Kristen, pernah mengatakan: “we do what we think, we think what we believe.” Menurut saya, ucapan Schaefer itu sangatlah tepat. Apa yang kita percayai, apa yang kita pikirkan begitu penting, karena itu semua menjadi dasar kita bertindak. Oleh karena itu, jika kita mempercayai Firman Tuhan dan senantiasa menyimpannya dalam ingatan kita, maka tindakan kita sehari-hari pun sudah pasti akan dipengaruhi oleh Firman Tuhan tersebut.

Ketika Tuhan Yesus dicobai oleh Iblis, Tuhan Yesus dengan fasih mengutip ayat-ayat dari Perjanjian Lama. Hal ini mengajarkan juga pada kita bahwa menghafal ayat-ayat di dalam Alkitab, pasti akan sangat membantu kita ketika harus menghadapi ujian dan cobaan di dalam hidup ini.

Kita tidak pernah tahu kapan cobaan akan datang. Jika kita senantiasa menyimpan Firman Tuhan di dalam ingatan kita, maka kapan pun cobaan datang, Firman itu akan menolong kita untuk tetap bertahan menghadapi kesulitan tersebut.

Ayat 97 - 104: Firman Tuhan di atas segalanya

Pada bagian ini, pemazmur mengajak kita untuk mencintai Firman Tuhan, yaitu dengan cara merenungkannya setiap hari. Itu adalah bentuk yang paling mendasar dari kecintaan kita terhadap Firman Tuhan. Tentu saja hal ini barulah suatu tahap permulaan bagi kita. Sebab pada akhirnya, kita bukan saja harus merenungkan, tetapi juga harus menjadi pelaku-pelaku Firman itu sendiri.

Bagi pemazmur, Firman Tuhan lebih tinggi dari apapun dan siapapun. Firman Tuhan adalah sumber dari seluruh kebijaksanaan yang ada di alam semesta. Tidak ada musuh, guru, imam, nabi, orang yang sudah tua, mau pun orang-orang dari zaman yang lampau, yang mampu menandingi kebijaksanaan Firman Tuhan.

Sampai hari ini pun, apa yang dikatakan oleh pemazmur masih berlaku. Firman Tuhan jauh lebih tinggi daripada teknologi, psikologi dan anthropologi yang semuanya adalah produk dari pengetahuan manusia.

Firman Tuhan bukan saja mengajarkan kita pengetahuan-pengetahuan yang tidak mungkin dicapai oleh akal manusia, tetapi Firman Tuhan juga menyatakan bagaimana kebijaksanaan Ilahi harus dijalankan.

Pengetahuan dan kebijaksanaan adalah dua hal yang berbeda. Pengetahuan didefinisikan sebagai segala informasi mengenai segala sesuatu yang nyata. Sedangkan kebijaksanaan adalah kemampuan untuk selalu memutuskan segala sesuatu yang baik bagi kehidupan ini.

Orang yang punya pengetahuan tinggi, belum tentu bijaksana. Ada banyak orang-orang yang pintar di dunia ini, namun memakai kepintaran itu untuk hal-hal yang jahat. Orang yang bijaksana adalah orang yang memakai pengetahuannya untuk menghasilkan kebaikan bagi semua orang. Itu sebabnya, orang yang pintar, belum tentu bijaksana. Tetapi orang yang bijaksana, pada umumnya adalah orang yang juga pintar.

Melalui mazmur ini, kita diingatkan untuk tidak mencari hikmat bijaksana yang berasal dari luar Firman Tuhan. Sekalipun di luar Firman Tuhan, ada filsafat dan agama-agama dunia yang seolah-olah menawarkan jalan keluar bagi manusia, tetapi pemazmur mengingatkan kita agar senantiasa berpegang pada Firman Tuhan.

Dunia dapat menawarkan solusi melalui teknologi, astrologi, agama, humanisme, pluralisme, rasionalisme, empirisisme, evidensialisme dan masih banyak lagi. Tidak semua dari tawaran itu 100% jahat dan tidak berguna, tetapi semua dari tawaran itu harus tunduk kepada Firman Tuhan sebagai sumber segala kebijaksanaan. Apabila ada sebuah paham atau produk ciptaan manusia yang tidak tunduk terhadap Firman Tuhan, maka dapat dipastikan paham tersebut adalah suatu paham yang jahat.

Teknologi adalah hal yang baik, tetapi ketika manusia menghambakan diri pada teknologi, maka yang terjadi adalah kekosongan jiwa dan bahkan kehancuran. Firman Tuhan adalah makanan bagi jiwa kita, tanpa Firman Tuhan maka jiwa kita akan merasa kosong sekalipun secara fisik manusia menunjukkan kemakmuran hidup.

Pada ayat 103 pemazmur mengatakan “Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.” Mengapa demikian? Karena madu sekalipun manis, akan sirna pula dari mulut kita. Tetapi manisnya Firman Tuhan bagi jiwa kita akan selalu abadi selamanya.

Madu adalah ungkapan untuk makanan bagi tubuh kita. Seperti roti adalah ungkapan yang Tuhan Yesus pakai dalam kisah pencobaan di padang gurun. Madu memang manis dan berguna bagi tubuh kita, tetapi manisnya madu akan berlalu dan khasiatnya terbatas pada tubuh yang masih hidup. Jika tubuh sudah mati, maka sia-sialah manisnya madu tersebut. Tetapi Firman Tuhan, berguna bagi kehidupan spiritual kita. Jika tubuh fisik kita ini mati, Firman Tuhan tetap masih dibutuhkan oleh roh kita. Yesus mengatakan bahwa manusia hidup bukan saja dari roti (atau madu dalam konteks Mazmur 119 ini), tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. (Matius 4:4)

Kepada perempuan Samaria, Yesus pernah mengatakan sesuatu yang serupa dengan Mazmur 119:103 tersebut. Yesus berkata: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,  tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yohanes 4:13,14).

Yesus Kristus-lah Firman Tuhan itu. Dia-lah sumber bijaksana itu. Jika kita ingin mempertahankan kelakuan kita bersih, maka kita harus sungguh-sungguh percaya, bergantung dan taat pada pimpinan-Nya dalam hidup kita.


Akhir kata

Pemazmur sudah menceritakan pada kita betapa agung dan mulianya Firman Tuhan. Adakah kita sudah melakukan apa yang disampaikan oleh pemazmur ini? Adakah kita juga menghargai Firman Tuhan seperti yang pemazmur sampaikan?

Jika kita ingin mempertahankan kelakuan yang bersih di tengah dunia yang kotor ini, maka Firman Tuhan adalah satu-satunya jawaban. Bacalah, pelajarilah, renungkanlah Firman Tuhan dan bahkan lebih dari itu, lakukanlah Firman itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Tuhan Yesus memberkati.

Monday, March 18, 2024

Kemerdekaan Sejati menurut pandangan Iman Kristen

Kemerdekaan Sejati menurut pandangan Iman Kristen

Siapakah yang tidak ingin merdeka? Semua orang sudah pasti mau, bukan?
Tapi apa itu merdeka?
Merdeka dipahami sebagai sesuatu yang bebas dari ikatan.
Oleh karena itu, Merdeka dipahami sebagai sesuatu yang sangat menyenangkan dan sangat kita dambakan, karena membuat kita terlepas dari segala ikatan.

Apakah Alkitab mengajarkan kita suatu konsep kemerdekaan sejati yang seperti ini?
Ataukah konsep kemerdekaan sejati menurut Alkitab itu berbeda?

ADAM, HAWA & ALLAH

Pada zaman Adam dan Hawa, manusia dilukiskan sebagai makhluk ciptaan yang bebas.
Mereka boleh makan apa saja yang ada di taman itu.. ini bebas..
Tetapi ketika Allah membuat batasan.... “kecuali pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat”...
Manusia mulai merasa tidak bebas.

Dan aneh sekali... apa yang dianggap sebagai ganjalan dari kebebasan manusia itu.. langsung menjadi pusat perhatian manusia... mereka ingin mengenyahkan ganjalan ini.. mereka ingin benar-benar bebas.. hambatan apapun dari kebebasan, ingin mereka lenyapkan..

Dalam Kejadian 3:5  Iblis mengatakan: “tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

Bagi manusia.. tawaran Iblis ini sangat menggoda, karena menawarkan suatu kebebasan yang luar biasa. Menjadi seperti Allah. Dalam bayangan manusia, Allah adalah yang membuat peraturan. Alangkah menyenangkannya jika kita menjadi seperti Allah karena bisa bebas membuat peraturan bukan?

Tetapi apakah Allah adalah Pribadi yang bebas sebebas bebasnya?
Dapatkah Allah membuat batu yang begitu besarnya sampai Allah sendiri tidak bisa mengangkatnya?

JADI jika Allah saja yang adalah Pribadi Mahakuasa, ternyata tidak bebas sebebas bebasnya... maka apakah artinya KEMERDEKAAN SEJATI itu bagi kita?


HAKIM-HAKIM

Pada zaman Hakim-hakim.. ada pula ayat yang berbunyi...

Hakim-hakim 17:6  Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.

Hakim-hakim 21:25  Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.

Kembali kita melihat disini bagaimana kebebasan itu menjadi begitu menarik. Tetapi di dalam kebebasan itu, bangsa Israel terus menerus jatuh ke dalam dosa dan pencobaan, sehingga Tuhan membangkitkan Hakim bagi mereka.

HAKIM  disini fungsinya adalah WAKIL ALLAH untuk memerintah bangsa Israel.


RAJA-RAJA

Mengapa bangsa Israel meminta raja?

1 Samuel 8:6-7   Waktu mereka berkata: "Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami," perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN.  7 TUHAN berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.

1 Samuel 8:18-20  Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu, tetapi TUHAN tidak akan menjawab kamu pada waktu itu."  19 Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: "Tidak, harus ada raja atas kami;  20 maka kamipun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang."

Bangsa Israel meminta raja bukan karena mereka ingin diperintah oleh raja.
Mereka hanya sudah jenuh dan tidak suka dipimpin Tuhan. Mereka ingin bebas.
Sekali lagi disini terlihat.. Mereka ingin merdeka.

Akhirnya melalui sistem kerajaan itu, bangsa Israel dapat dikatakan mencapai puncak kejayaannya Pada zaman Daud dan Salomo. Daerah kekuasaan Israel begitu luas dan musuh-musuhnya pun takluk pada Israel.

Ini adalah kondisi yang begitu luarbiasa.. begitu didambakan... namun hanya sebentar saja Israel  mengecap keadaan ini.. setelah itu Israel masuk ke dalam berbagai penjajahan.. mulai dari bangsa Asyur sampai bangsa Babel hingga akhirnya Israel di jajah oleh Romawi.

Berabad2 dalam penjajahan, membuat bangsa Israel begitu merindukan kemerdekaan dan kejayaan seperti yang pernah dicapai ketika zaman Daud. Itu sebabnya Israel begitu merindukan Mesias. Karena dalam benak mereka, Mesias adalah sosok yang akan membawa bangsa Israel ke dalam situasi yang jaya dan merdeka tersebut.

 

YESUS KRISTUS

Ketika Yesus Kristus datang ke dunia, ada beberapa pandangan tentang Dia:

Yesus orang Nazareth adalah orang biasa.
Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. (Markus 6:3). Tuhan Yesus sama sekali tidak membawa harapan apa-apa bagi orang yang melihat Dia dengan cara seperti ini.

Yesus orang Nazareth adalah Raja.
Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. (Yohanes 6:15). Konsep Raja disini bukanlah Raja Surgawi, tetapi raja duniawi persis seperti Daud. Bangsa Israel rindu memiliki raja seperti Daud yang kuat secara politik, yang bisa mengeluarkan mereka dari penjajahan romawi dan membuat mereka disegani seperti Macan Timur Tengah misalnya.

Yesus orang Nazareth adalah pembuat mukjizat.
22 Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. 23 Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. 24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. 25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" 26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. (Yohanes 6:22-26) Di sini Yesus juga dianggap sebagai pengharapan karena dapat menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari, yaitu soal perut.

Yesus orang Nazareth adalah Mesias sejati, 

Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16 )

28 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi."  29 Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!"  30 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.  31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.  32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.  33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mark 8:28-33 )

Bagi orang-orang yang melihat Tuhan Yesus sebagai raja maupun Mesias, pandangan mereka pun masih sangat terbatas. Mereka belum benar-benar memahami siapa Yesus itu. Mesias yang mereka bayangkan adalah sosok yang akan menjadi Raja seperti Daud, mengembalikan kejayaan Israel.

Tetapi Tuhan Yesus sendiri ternyata mempunyai pengertian lain dari apa yang dimaksud dengan kemerdekaan. Tuhan Yesus berkata: 31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku  32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (John 8:31-32)

Siapakah kebenaran yang akan memerdekakan itu?
Yesus sendiri mengaku diri-Nya adalah kebenaran (Yoh 14;6)

Kemerdekaan apa yang Tuhan Yesus berikan pada manusia?

  • Merdeka dari hukuman dosa.
  • Merdeka untuk melakukan apa yang baik.
  • Merdeka untuk bersekutu dengan Allah
  • Merdeka untuk bersekutu dengan sesama.
  • Merdeka untuk bergantung pada Allah.

Merdeka dari hukuman dosa.

Tuhan Yesus telah mati untuk menebus dosa kita. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Matthew 1:21)

Inilah kemerdekaan utama yang diberikan Yesus pada kita. Tidak ada agama, atau tokoh agama manapun yang dapat memberi kemerdekaan dari dosa kepada manusia. Hanya Tuhan Yesus, melalui penebusan dikayu salib dan kebangkitan dari kematian yang sanggup membebaskan manusia dari hukuman atas dosa tersebut.

Merdeka untuk melakukan apa yang baik

16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.  17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. (2 Timothy 3:16-17)

Sebagai manusia kita seringkali tidak tahu bagaimana berbuat baik.

Kita tidak lagi berbuat baik untuk diselamatkan, tetapi perbuatan baik kita adalah suatu ekspresi kebebasan karena sudah diselamatkan oleh Yesus.

Merdeka untuk bersekutu dengan Allah

16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,  17 yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.  18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.  19 Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup.  20 Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.  21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." (John 14:16-21)

Kita tidak lupa pada Michael Jackson, atau Robin Williams atau bintang-bintang terkenal lain yang mati dengan cara menyedihkan. Problem hidup yang berat seringkali membawa kita pada keadaan yang putus asa, tetapi melalui Yesus, kita dimerdekakan untuk dapat selalu berhubungan dengan Tuhan. Membawa setiap problem kita, pergumulan kita ke hadapan Allah. Inilah kemerdekaan sejati itu.

Merdeka untuk bersekutu dengan sesama

Proverbs 16:7  7 Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia.

Orang yang punya salah, pasti tidak bebas bicara atau bebas bertindak. Prabowo dan para pengikutnya di politik adalah orang-orang yang punya masa lalu yang belum dibereskan. Hal ini akan menghambat mereka untuk maju karena orang tidak lupa pada apa yang mereka lakukan dimasa lalu. Tetapi jika semua itu sudah dibereskan di hadapan Tuhan, maka di hadapan sesama pun kita tidak lagi memiliki beban. Kita bebas untuk bersekutu dengan siapa saja. Contoh Bill Clinton yang pernah jatuh ke dalam dosa, tetapi akhirnya minta maaf pada seluruh bangsa Amerika. Hingga kini, Clinton dapat terus berkiprah tanpa ada lagi yang mempersoalkan kesalahannya masa lalu.

Merdeka untuk bergantung pada Allah

Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (John 10:10)

Hidup berkelimpahan itu bukan berarti kaya harta. Hidup berkelimpahan artinya suatu keadaan hidup dimana Yesus sudah bertahta sepenuhya dalam hidup seseorang. Orang semacam ini akan jarang merasa takut atau cemas, karena ia sudah terlatih untuk percaya bahwa pertolongan Tuhan akan tepat waktu.

Jadi:

Kemerdekaan sejati bukan berarti bebas melakukan apa yang kita mau.
Kemerdekaan sejati adalah hidup bersatu dengan Allah di dalam Kristus Yesus.
Kemerdekaan sejati di dapat ketika kita bukan saja menjadikan Yesus sebagai juru selamat, tetapi juga menjadikan Yesus sebagai Tuhan kita.

Monday, January 15, 2024

Ajakan menyembah Tuhan di dalam Mazmur 95

Ajakan menyembah di dalam Mazmur 95

Di awal tahun ini, apa yang biasanya akan kita minta di dalam doa kepada Tuhan? Client/nasabah yang semakin banyakkah? Ataukah kesehatan yang semakin prima? Pada dasarnya, tidak harus salah berdoa seperti itu. Akan tetapi Mazmur 95 mengajak kita untuk mengawali Tahun Baru dengan suatu penyembahan, yaitu memberi penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tuhan.

Mazmur 95 membahas tentang sorak sorai, yaitu aspek emosi di dalam menyembah Tuhan. Konteks Mazmur ini adalah setelah bangsa Israel 70 tahun ada di pembuangan dan kini dapat melihat kembali Bait Allah, dan mereka diajak bernyanyi, menyembah sambil bersorak sorai. Menyanyi memuji Tuhan adalah kesempatan yang tidak selalu ada. Bahkan di dalam kehidupan kita saat ini, tidak semua orang Kristen boleh bernyanyi. Di negara-negara tertentu, dimana negara menekan kekirstenan, menyanyi di dalam ibadah dapat merupakan hal yang dilarang.

Mazmur 95 juga membahas aspek gesture dari tubuh kita ketika menyembah, yaitu berlutut di hadapan Tuhan. Berlutut adalah suatu gesture menundukkan diri di hadapan Tuhan, suatu kesiapan untuk mendengar suara Tuhan.

Hal selanjutnya yang dibahas dalam Mazmur 95 adalah mendengar suara Tuhan, yaitu pengertian yang sudah kita terima dari Tuhan tentang diri-Nya, biarlah kita meresponi suara Tuhan itu, jangan kita mengeraskan hati.

Mengapa tiga hal di atas, perasaan, penundukan kehendak dan pengertian, merupakan aspek yang penting di dalam penyembahan? Sebab tanpa tiga hal ini tidak ada, maka sebetulnya penyembahan kita bukan sesuatu penyembahan yang sesuai dengan definisi penyembahan yang ada di dalam Alkitab.

 

Mengapa kita menyembah Tuhan?

Mazmur 95 mengatakan sebab Allah kita adalah Raja Yang Besar di atas segala ilah yang lain. Pada zaman itu, masyarakat percaya pada ilah, yaitu semacam dewa-dewa yang dipercayai dan disembah oleh banyak orang dari berbagai bangsa. Pemazmur percaya bahwa Tuhan berkuasa dan berdaulat melampaui segala ilah yang ada, sehingga sangat layak untuk disembah dan dipuji.

Selain memiliki kebesaran Allah, Mazmur 95 juga membahas tentang kedekatan Allah pada kita. Allah dapat dikaitkan (di relasikan) dengan kita. Berbeda dengan pemimpin dunia ini yang seringkali tidak ada hubungan pribadi dengan kita. Pemazmur ingin agar pengenalan kita kepada Allah itu dapat turut diubahkan.

 

Bagaimana kita menyembah?

Menyembah Dia secara bersama-sama orang percaya lain, dan sekaligus juga di tempat yang sama. Tuhan melihat kita di suatu tempat dimana kita menyembah bersama jemaat yang lain.

Masa dan Meriba merupakan tempat dimana Bangsa Israel mengeraskan hati, mempertanyakan kebaikan Tuhan, padahal mereka sudah melihat perbuatan Tuhan yang luar biasa dalam membebaskan Israel.

Tempat kita menyembah, sebetulnya merupakan suatu tempat perhentian bagi jiwa kita. Di dalam Kitab Yakobus, tempat perhentian itu adalah di dalam Pribadi Yesus Kristus.

Waktu Daud berkata bahwa Tuhan adalah Sang Gembala (Mazmur 23), ia sadar bahwa ia akan diam di rumah Tuhan sepanjang masa.