Thursday, April 11, 2024

Bagaimana melayani orang yang berkepribadian sulit?

 

Melayani orang berkepribadian sulit

Alkitab tidak memberi suatu petunjuk yang spesifik mengenai bagaimana cara melayani orang yang berkepribadian sulit, sehingga seolah-olah ada orang yang mudah, ada yang sulit, ada yang setengah mudah, ¾ sulit dst.

Alkitab hanya meminta kita untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri (Matius 22:37-39). Bahkan kepada orang yang kita anggap sebagai musuh pun, Alkitab tetap meminta kita untuk menaruh kasih.

Jika demikian, lalu darimana gagasan tentang “orang yang sulit dikasihi” ini datang? Dari pengalaman kita ketika kita mencoba menerapkan hukum kasih di dalam kehidupan kita.

Mengapa pengalaman kita telah membawa kita pada orang-orang yang sulit?
Apakah mereka benar-benar sulit, atau sebenarnya kita yang sulit? Atau bahkan dua-duanya?

John D. Rockefeller, ketika ditanya, karyawan seperti apakah yang paling bisa kamu hargai? Rockefeller menjawab: “Orang yang bisa berhubungan atau berelasi dengan orang lain.” “The ability to get along with people”

Kurangnya kemampuan kita dalam menghadapi orang-oranglah yang sering kali membuat orang lain menjadi sulit dimata kita.

Richards D.Dobbins, seorang psikolog Kristen yang juga aktif dalam pelayanan pastoral mengatakan bahwa kesulitan kita dalam mengasihi orang yang sulit itu sering kali muncul karena dua harapan yang tidak realistis (unrealistic expectation)

Pertama, kita berharap atau beranggapan bahwa semua orang adalah orang yang rohani, atau memiliki kondisi kerohanian yang stabil. Padalah, kalau mau jujur, kita semua masih sering dikuasai oleh kedagingan. Bukan percabulan, kemabukan, pembunuhan dll, tetapi yang lebih halus seperti iri hati, pride, sombong, munafik dll. Sifat-sifat ini ada di bawah permukaan kehidupan kita tanpa kita sadari. Dalam situasi-situasi tertentu, sifat-sifat ini muncul dan ketika kita tidak siap, maka kita akan anggap ini sebagai “orang yang sulit.”

Dobbin mengingatkan bahwa PB sendiri sebenarnya sering berbicara tentang kedagingan di dalam gereja. Jika gereja sudah rohani semua, menurut Dobbins, maka mungkin PB juga tidak akan ditulis.

Kedua, kita berharap bahwa semua orang mencintai kita. Pada kenyataannya, tidak begitu bukan?

Pada kenyataannya, sulit atau tidak sulitnya seseorang dimata kita, memang dipengaruhi pula oleh tipe atau karakter bawaan orang tersebut.


Menurut beberapa jurnal psikologi ada beberapa tipe orang yang sulit:

Keras (Hardcore)

Mengancam, mengintimidasi bahkan melakukan tindakan kasar. Mereka harus selalu benar dan akan ngamuk seperti banteng jika ada yang menantang mereka.

Cara mengatasi:

Tetap tenang, biarkan ia marah-marah. Hentikan jika tindakannya mulai merusak. Panggil namanya dan nyatakan apa yang menjadi statement kita tanpa berusaha untuk berkonfrontasi. Biasanya kita akan sulit menang melawan tipe ini.

Kata-kata yang bisa dipakai: “Saya punya sudut pandang yang berbeda, tetapi saya mau dengar apa pendapat Bapak.” Atau “Dari sudut pandang saya…”

Princess

Orang yang pandai, punya banyak pengetahuan dan informasi. Sering melecehkan kita karena dia merasa lebih banyak tau daripada orang lain. Dia senang jadi pusat perhatian dan senang memamerkan kepintarannya.

Cara mengatasi:

Jika kita bicara dengannya, pastikan kita memang tau banyak fakta. Atau kalau kita sadar bahwa kita memang kalah pintar, sebaiknya kita biarkan dia mengeluarkan hasratnya dalam memamerkan kepintaran, beri pujian kalau perlu. Setelah ia puas, biasanya ia akan lebih bisa diajak berbicara.

Negatif

Orang yang selalu mengeluh, cenderung melihat segala sesuatu dari sudut yang negatif.

Cara mengatasi:

Berusahalah untuk tetap positif, arahkan pada fakta-fakta yang positif dan realistis. Jangan buru-buru bicara tentang solusi, karena pasti akan dinegatifkan juga. Lebih baik bicara tentang fakta ketimbang ide-ide dengan orang seperti ini.

Orang yang suka menyenangkan orang lain (People pleaser)

Pada awalnya mereka menyenangkan, tetapi lama-lama kita repot juga karena orang seperti ini tidak bisa berkata “tidak” pada orang lain.

Cara mengatasi:

Kita harus peka ketika melibatkan orang seperti ini dalam pelayanan, jangan sampai akhirnya kita kecewa padanya karena kita sudah terlanjur terlalu berharap padanya.


Bagaimana mengasihi orang yang sulit di dalam kebersamaan?

Ini bisa menimbulkan polemik tersendiri. Karena orang yang bermasalah secara pribadi harus ditangani secara pribadi. Kebersamaan seringkali bukan hal yang baik, malah menakutkan dan mendorong orang ini untuk semakin bersembunyi di dalam benteng-benteng yang dibangunnya.

Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah

  • doakan dalam kelompok kecil, tanpa sepengetahuan dia.
  • tetap libatkan dalam kegiatan-kegiatan kelompok sambil terus dibimbing, dibina oleh seorang pemimpin kelompok.

Kiranya Tuhan menolong kita, tanpa pertolongan dari Tuhan kita akan kesulitan dalam melayani orang-orang yang berkepribadian sulit.