Melayani Tuhan sebagai sebuah tim |
Melayani Tuhan adalah sebuah konsekuensi dari kehidupan orang percaya.
Efesus 2:8-10 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Ayat ini cukup gamblang mengajarkan pada kita bahwa kita diselamatkan bukan semata-mata supaya kita bisa santai-santai masuk surge. Tujuan kita kita diselamatkan adalah untuk melakukan pekerjaan baik. Sama seperti pekerjaan Tuhan adalah baik adanya, maka Tuhan juga mau agar kita hidup di dalam pekerjaan-pekerjaan yang baik tersebut. Sehingga selaras dengan Tuhan. Jika Tuhan melayani dunia ini dan berkarya di dalam dunia ini. Maka tentu kita pun harus melayani Tuhan dalam berkarya di dunia ini. Itulah pelayanan kita.
Bagaimana kita melayani Tuhan?
Dari sejak semula, Tuhan sendiri memiliki gagasan bahwa manusia adalah makhluk social yang tidak baik jika hanya seorang diri saja.
Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.
Jelas dikatakan sejak semula bahwa adalah tidak baik apabila manusia itu seorang diri saja. Mengapa?
Karena jika sendiri tidak ada yang menolong manusia. Kita lihat sendiri di sini, walaupun Allah adalah penolong kita, namun Allah juga ingin agar pertolongan yang Ia berikan itu, dapat diberikan melalui manusia yang lain.
Mengapa manusia butuh penolong? Karena rupanya, manusia akan menghadapi banyak persoalan yang tidak dapat diselesaikannya sendiri. Ia butuh manusia lain.
Sejak semula, sudah menjadi ketetapan Tuhan bahwa manusia bukan diciptakan untuk menjadi individu yang sendiri, menyelesaikan segalanya sendiri, tetapi sebagai ciptaan yang saling menolong, saling mengisi, saling melengkapi untuk memenuhi tujuan Tuhan.
Pada waktu penciptaan Adam dan Hawa, tujuan Tuhan adalah memenuhi bumi. Pada waktu akan naik ke Sorga, Tuhan Yesus berpesan bahwa tujuan-Nya bagi kita adalah pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya dan mengajarkan segala sesuatu yang telah Dia ajarkan kepada kita sebagai orang percaya.
Sepanjang Alkitab kita kemudian melihat bahwa Tuhan ingin manusia belajar untuk mengerjakan pekerjaan-Nya di dalam sebuah tim.
Belajar bekerja dalam tim melalui pengalaman Musa
Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang. Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?" Kata Musa kepada mertuanya itu: "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah. Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah." Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja. Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya. (Keluaran 18:13-22)
Kita lihat disini bagaimana prinsip bekerja melayani Tuhan sebagai sebuah tim, sudah ada sejak zaman Musa. Pada awalnya Musa mengira bahwa hanya dirinyalah yang menjadi semacam saluran berkat bagi umat Israel, namun ternyata Musa keliru. Tuhan ingin agar Musa melayani-Nya di dalam sebuah tim kerja. Mengapa demikian? Sekali lagi, karena Musa tidak mungkin mampu menghadapi semua persoalan sendirian. Musa butuh orang lain. Musa butuh penolong. Tuhan ada penolong, tetapi tidak jarang pertolongan-Nya itu diberikan melalui tangan orang lain.
Philip Yancey pernah menulis sebuah buku berjudul: Where is God when it hurts? Kesimpulan akhir dari buku itu adalah Where is the church when it hurts?
Contoh paling utama dari bekerja di dalam sebuah tim adalah Allah Tritunggal. Allah Tritunggal adalah Satu Esensi Allah yang sama di dalam Tiga Pribadi. Allah kita bukanlah Allah yang sendirian, tetapi Allah yang hidup bermasyarakat. Allah Bapa beda dengan Allah Anak dan beda pula dengan Allah Roh Kudus. Namun ketiga-Nya adalah satu.
Satu di dalam hal apa? Satu dalam hal esensi. Satu dalam visi, tujuan, rencana, kehendak dan satu di dalam kasih. Sehingga di dalam kesatuan-Nya itu, Allah Tritunggal selalu secara sempurna dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan besar secara bersama-sama.
Dalam Penciptaan, Allah Tritunggal mencipta bersama. Dalam karya keselamatan pun, Allah Tritunggal bekerja bersama-sama.
Allah Bapa merencanakan: Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya (Kejadian 3:15)
Allah Anak melaksanakan rencana keselamatan tersebut melalui kematian di kayu salib.
Allah Roh Kudus mewujudnyatakan karya keselamatan tersebut melalui pekerjaan-Nya mempertobatkan manusia dan membawa mereka menjadi percaya pada Yesus sehingga diselamatkan.
Semua bekerja di dalam tim. Semua melayani di dalam tim. Mengapa kita berpikir bahwa kita dapat melayani Tuhan sebagai secara sendirian?
Tantangan pelayanan kita bukanlah sesuatu yang mudah. Semakin hari dunia yang kita tinggali ini memang terasa semakin modern, semakin banyak kemudahan dan lain sebagainya. Tetapi bukan berarti bahwa manusia di bumi ini semakin hari semakin dekat dengan Tuhan. Justru sebaliknya, kasih menjadi semakin dingin dan hati manusia pun semakin jauh dari Tuhan. Berapa banyakkah gereja di masa sekarang ini dibandingkan dengan populasi umat manusia? Di antara gereja-gereja itu, berapakah yang masih setia pada Firman Allah?
Kalau kita baca artikel-artikel di Internet, kita akan mendapati bahwa semakin banyak orang-orang cerdik pandai yang semakin giat menulis dan mengajar bahwa Tuhan Yesus yang kita kenal di Alkitab itu, pada dasarnya hanyalah sebuah mitos belaka. Yesus Kristus tidak real. Ia hanya tokoh rekaan orang-orang Kristen saja. Dan cukup banyak juga saat ini, berbagai artikel yang membahas kebangkitan komunitas-komunitas penyembah setan di dunia ini.
Dunia ini semakin menjauh dari Tuhan. Kalaupun nama Tuhan dan nama Yesus disebut, maka tidak jarang konsep mereka tentang Tuhan dan Yesus pun sama sekali bukan konsep yang diajarkan oleh Alkitab.
Maka demi semua tantangan yang semakin berat ini, mari kita semakin mempererat ikatan kasih di dalam tim pelayanan gereja kita. Kita tidak sanggup bekerja sendirian. Kita butuh penolong, yaitu saudara-saudari kita sebagai sebuah tim.
Amin