Friday, December 31, 2021

Apakah kebangkitan Yesus Kristus satu-satunya kisah kebangkitan yang pernah ada?

 


Pendahuluan

Apakah kebangkitan Yesus Kristus merupakan satu-satunya kisah kebangkitan yang pernah ada? Jawabannya adalah tidak. Dan tulisan ini mencoba memperlihatkan kisah-kisah kebangkitan lain baik yang tercatat di dalam Alkitab maupun yang berkembang di dalam kebudayaan di luar Alkitab.

 

Orang modern mengira hanya Yesus Kristus yang bangkit

Ada beberapa tulisan saya yang membahas tentang kebangkitan Yesus Kristus :
Arti penting kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. [Klik disini]
Menentang berita Kebangkitan Yesus Kristus. [Klik disini]
Mengapa manusia mempertanyakan berita kebangkitan Yesus Kristus? [Klik disini]
Kisah penemuan kubur yang diduga milik Yesus Kristus. [Klik disini]

Dan di dalam salah satu dari tulisan tersebut, saya sempat menyinggung tentang sikap orang-orang yang hidup di abad Pencerahan terhadap berita kebangkitan. Pada abad itu, manusia semakin tidak menghargai perkataan Tuhan karena mereka terlalu percaya pada kemampuan mereka sendiri di dalam memahami kebenaran.

Tidak dapat diragukan lagi bahwa berita kebangkitan adalah berita yang paling dikritik oleh manusia di abad Pencerahan tersebut. Mereka menganggap bahwa berita kebangkitan Kristus bukanlah sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi di dalam Sejarah, sebab mereka tidak bisa menemukan padanan dari peristiwa itu dengan pengalaman kehidupan mereka sehari-hari.

Agaknya persoalan para kritikus itu adalah bahwa mereka terlalu yakin bahwa sebuah kisah baru dapat diakui sebagai kebenaran, apabila kisah atau narasi tersbut sesuai dengan pengalaman kehidupan manusia sehari-hari.

Gagasan semacam ini diperkenalkan mulai abad 18, yaitu oleh Gotthold Ephraim Lessing, seorang berkebangsaan Jerman yang dikenal sebagai penulis, filsuf, penerbit, kritikus seni dan praktisi drama. Ia hidup antara tahun 1729 – 1781.

Alister E.McGrath, seorang teolog Kristen, pernah menguraikan cara pandang GE Lessing demikian: Lessing denied that human testimony to a past event (such as the resurrection) was sufficient to make it credible if it appeared to be contradicted by present day direct experience, no matter how well documented the original event may have been. [Alister E. McGrath, Christian Theology, 360]

Jadi Lessing percaya bahwa pengalaman kehidupan sehari-hari adalah faktor penentu yang utama dalam menentukan kebenaran sebuah peristiwa di masa lalu. Jadi jika sebuah narasi terdengar sangat asing bagi kehidupan sehari-hari yang dapat ditemui manusia, maka narasi itu boleh diragu-ragukan, atau bahkan ditolak sama sekali sebagai sebuah berita kebenaran.

Kerangka berpikir seperti yang dimiliki oleh Lessing bertumbuh subur di dalam era Pencerahan yang menekankan pada otonomi manusia.

McGrath menjelaskan: Central theme of the Enlightenment: human autonomy. Truth is not something which demands to be accepted on the basis of an external authority. There are no contemporary analogs for the resurrection. Resurrection is not an aspect of modern-day experience. Resurrection is little more than a misunderstood non-event. [Alister E. McGrath, Christian Theology, 377]

Jika kita memahami bagaimana semangat zaman Pencerahan beserta asumsi-asumsinya, maka mungkin tidaklah terlalu mengherankan jika zaman ini menolak kebangkitan Yesus Kristus sebagai suatu peristiwa sejarah.

 

Beberapa kisah kebangkitan selain kisah kebangkitan Yesus Kristus:

 

Kisah kebangkitan di Perjanjian Lama

TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali. (1 Raja-raja 17:22)

Ya, TUHAN, orang-orang-Mu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula. Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai! Sebab embun TUHAN ialah embun terang, dan bumi akan melahirkan arwah kembali. (Yesaya 26:19)

(1) Lalu kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang-tulang. (2) Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering. (3) Lalu Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?" Aku menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!" (4) Lalu firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN! (5) Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. (6) Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN." (Yehezkiel 37:1-6)

 

Kisah kebangkitan di Perjanjian Baru

(11) Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. (12) Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. (13) Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" (14) Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" (15) Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. (Lukas 7:11-15)

(35) Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" (36) Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" (37) Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. (38) Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. (39) Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" (40) Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. (41) Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" (42) Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. (Markus 5:35-42)

(43) Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!"  (44) Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi." (Yohanes 11:43-44)

(50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, (52) dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. (Matius 27:50-52)

(9) Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. (10) Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: "Jangan ribut, sebab ia masih hidup." (11) Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat. (12) Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur. (Kisah Rasul 20:9-12)

 

Kisah kebangkitan lain di luar Alkitab

Kisah kebangkitan dari kematian bukan merupakan satu-satunya kisah yang disampaikan oleh Alkitab. Agama lain atau kebudayaan lain pun memiliki kepercayaan terhadap narasi kebangkitan dari kematian.

Agama-agama di Kanaan dan Mesir memiliki kisah kebangkitan dari dewa Baal dan dewa Osiris.

Agama Yunani kuno juga memiliki kisah kebangkitan dari kematian. Asclepius dibunuh oleh Zeus namun dibangkitkan kembali. Achilles juga pernah terbunuh namun akhirnya bangkit kembali. Demikian pula Memnon yang mati terbunuh oleh Achilles, pada akhirnya bangkit kembali.

Agama Budha juga memiliki kisah kebangkitannya sendiri, yaitu melalui kisah-kisah tradisi Zen yang berkembang di India maupun di Cina.

Kisah kebangkitan di dalam agama Hindu berupa sebuah tradisi atau cerita rakyat (folklore) tentang seorang wanita bernama Savitri yang menyelamatkan suaminya. Atau dalam kisah Ramayana, dimana Rama meminta kepada dewa Indra untuk membangkitkan kembali nyawa para kera yang mati dalam pertempuran melawan Rahwana.

Agama Islam pun dikabarkan memiliki kepercayaan terhadap adanya kebangkitan dari kematian. Dimana kebangkitan (Qiyamah) itu ditentukan oleh Allah sendiri dan tidak diketahui oleh manusia.

 

Keunikan Kisah Kebangkitan Kristus

Meskipun berbagai kepercayaan di dunia memiliki kisah kebangkitannya masing-masing, kebangkitan Yesus Kristus memiliki suatu keunikan dibandingkan dengan kisah kebangkitan yang lain, yaitu:

Kebangkitan Yesus Kristus memiliki tujuan yang spesifik yaitu mengalahkan kematian demi menebus orang-orang yang percaya.

Kebangkitan Yesus Kristus sudah disampaikan kepada manusia, lama sebelum peristiwa itu terjadi oleh para nabi. Dan sesaat sebelum hal itu terjadi, Yesus Kristus sendiri mengumumkan kematian dan kebangkitan-Nya ke pada para murid-Nya, sebagai sebuah penegasan akan kepastian dari peristiwa tersebut.

Kebangkitan Yesus Kristus memiliki dampak yang global, merupakan harapan bagi umat manusia, sebab melalui kebangkitan-Nya itu, Yesus Kristus memberi manfaat yang pasti dan berkaitan dengan kehidupan orang percaya.

Di dalam Kristus yang telah bangkit itulah harapan umat manusia digantungkan. Di dalam Kristus yang telah bangkit itulah kita bisa yakin bahwa suatu saat kelak, kitapun akan dibangkitkan.

Tuhan Yesus memberkati kita. Amin. (Oleh: Izar Tirta)