Apakah Musa merupakan satu-satunya penulis kitab-kitab Taurat?
Ada beberapa catatan di dalam Alkitab yang membuat kita yakin bahwa Musa adalah penulis dari ke lima buku pertama dalam Perjanjian Lama, yaitu yang disebut juga sebagai Taurat. Beberapa catatan itu adalah:
Keluaran 17:14
Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit."
Keluaran 24:4
Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu. Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu, dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel.
Keluaran 34:27
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel."
Bilangan 33:2
Musa menuliskan perjalanan mereka dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan sesuai dengan titah TUHAN; dan inilah tempat-tempat persinggahan mereka dalam perjalanan mereka:
Ulangan 31:22
Maka Musa menuliskan nyanyian ini dan mengajarkannya kepada orang Israel.
Sekali lagi, berdasarkan ayat-ayat yang disebutkan di atas, kita mendapat informasi bahwa memang Musa-lah yang kerap kali mendapat perintah atau tugas dari Allah untuk menuliskan perkataan Tuhan kepada Israel, kisah perjalanan bangsa Israel dan bahkan nyanyian-nyanyian pengajaran. Sehingga kita punya cukup dasar untuk percaya bahwa Musa adalah penulis dari Taurat.
Indikasi yang menunjukkan adanya penulis lain di samping Musa.
Meskipun di atas tadi kita melihat catatan Alkitab tentang kepenulisan Musa, ternyata di dalam Alkitab sendiri pun ada pula indikasi bahwa Musa bukan satu-satunya yang menulis kitab Taurat. Salah satu indikasi yang paling meyakinkan adalah catatan dalam kitab Bilangan, yang berbunyi: Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. (Bilangan 12:3)
Sulit membayangkan jika Musa menulis perkataan seperti itu tentang dirinya sendiri, bukan? Jauh lebih masuk akal untuk berpikir bahwa kalimat seperti itu adalah catatan tambahan yang mungkin sekali ditulis oleh Yosua, ataupun oleh imam-imam yang terkemudian setelah Musa sendiri tidak ada lagi.
Selain itu, Ulangan pasal 34 juga dapat dipastikan ditulis atau ditambahkan oleh orang lain, sebab dalam pasal 34 tersebut kita membaca peristiwa setelah Musa sendiri meninggal. Yosua adalah orang yang punya kemungkinan paling besar sebagai penulis yang menambahkan catatan-catatan seperti itu tentang Musa, meskipun tidak tertutup kemungkinan pula adanya orang lain.
Sekalipun kita membuka ruang pada kemungkinan bahwa ada orang lain yang menambahkan catatan-catatan tertentu di dalam kitab Taurat, kita tidak perlu menolak gagasan di Perjanjian Baru yang mengasosiasikan Taurat sebagai Taurat Musa. Sebab sebagaimana yang kita sama-sama maklumi, bahwa keempat Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes dapat disebut sebagai Injil Yesus Kristus, sekalipun Tuhan Yesus sendiri tidak pernah sama sekali menulis ke empat kitab tersebut.
Asosiasi Taurat kepada Musa tidak harus sama artinya dengan Musa sebagai penulis satu-satunya kitab Taurat tanpa ada kemungkinan sedikitpun adanya penulis lain yang menambahkan catatan-catatan yang dibuat oleh Musa. Istilah Taurat Musa dapat dipahami sebagai Taurat yang diturunkan Allah melalui Musa, dalam porsi yang paling besarnya, tanpa harus mempersoalkan apabila ada orang lain yang menambahkan di sini dan di sana untuk memberikan informasi dan pengertian yang berguna bagi pembaca Taurat.
Dalam keadaan apapun, kita tetap bisa percaya bahwa semua penulisan itu ada di dalam kendali Allah Tritunggal.
Setelah Musa tiada
Selanjutnya setelah Musa tiada, Allah mengutus nabi-nabi-Nya untuk menulis berbagai kitab.
Dalam kitab Samuel misalnya, kita mendapat indikasi bahwa Samuel membuat tulisan dan mempersembahkan tulisan tersebut kepada Tuhan. Seperti ada tertulis: Kemudian Samuel menguraikan kepada bangsa itu tentang hak-hak kerajaan, menuliskannya pada suatu piagam dan meletakkannya di hadapan TUHAN; sesudah itu Samuel menyuruh seluruh bangsa itu pulang, masing-masing ke rumahnya. (1 Samuel 10:25)
Bagi orang Israel, tulisan Samuel itu dianggap sebagai tulisan yang berotoritas, sama seperti tulisan Musa. Dan kita sebagai gereja juga menganggapnya demikian hingga hari ini.
Selain Samuel, ada orang-orang lain yang juga membuat tulisan-tulisan, seperti yang kita baca di bawah ini: Sesungguhnya, riwayat raja Daud dari awal sampai akhir tertulis dalam riwayat Samuel, pelihat itu, dan dalam riwayat nabi Natan, dan dalam riwayat Gad, pelihat itu, (1 Tawarikh 29:29)
Dari ayat tersebut kita mengetahui bahwa kisah tentang Daud ternyata bukan saja ditulis oleh Samuel melainkan juga oleh Natan dan Gad. Dan cukup beralasan bagi kita untuk menganggap bahwa tulisan mereka itu, Samuel, Natan dan Gad, telah diterima oleh bangsa Israel dan dianggap sebagai tulisan yang punya otoritas sebagai Kitab Suci.
Selanjutnya Tuhan berbicara juga melalui berbagai nabi seperti Yesaya, Yehezkiel, Yeremia, Hagai, Zakharia hingga Maleakhi pada kira-kira tahun 435 SM
Setelah Maleakhi
Orang Israel menyadari bahwa setelah Maleakhi itu, tidak ada lagi tulisan-tulisan berotoritas yang layak dipersamakan dengan perkataan dari Firman Tuhan.
Bangsa Israel masih mencatat sejarah mereka, namun catatan itu tidak lagi dianggap sebagai catatan yang bersifat Ilahi, yaitu catatan yang merupakan inspirasi langsung dari Allah, melainkan sebagai catatan sejarah saja.
Ada beberapa kesaksian yang menguatkan pandangan bahwa kitab-kitab yang ditulis setelah Malaekhi bukanlah merupakan tulisan berotoritas. Namun hal itu akan kita bahas secara tersediri dalam tulisan tentang Apocrypa.
Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Amin. (Oleh: Izar Tirta).