Surat Yohanes mengajarkan bahwa kita dapat memahami apa arti kasih melalui pengenalan akan Pribadi Allah, sebab Allah adalah kasih. Selanjutnya dari pengenalan akan Pribadi Allah tersebut, kita dapat belajar pula beberapa wujud dari kasih sebagaimana yang ditunjukkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.
Meski demikian, tidak jarang orang Kristen pun keliru dalam memahami apa itu wujud dari kasih. Beberapa kesalahan populer tentang wujud dari kasih adalah:
Pertama, jika kita mengasihi seseorang maka kita harus senantiasa memenuhi harapan dan keinginan orang lain.
Ini adalah suatu kekeliruan, mengasihi itu bukan berarti bahwa kita harus senantiasa memenuhi harapan orang lain. Tuhan Yesus adalah wujud cinta Ilahi yang sejati, tetapi Tuhan Yesus tidak senantiasa memenuhi harapan murid-murid-Nya. Pengikut Kristus acap kali merasa kecewa karena Tuhan Yesus melakukan hal-hal yang diluar harapan mereka. Tuhan tentu saja bisa dan boleh mengecewakan manusia, apabila harapan manusia tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Banyak orang ingin Tuhan Yesus menjadi Raja, yang bisa membebaskan mereka dari Romawi, tetapi Tuhan Yesus malah memberi diri-Nya ditangkap, disalibkan dan bahkan mati. Ketika Lazarus sakit, saudari-saudarinya tentu berharap Tuhan Yesus segera datang untuk menyembuhkan Lazarus. Tetapi Tuhan Yesus malah menunda keberangkatan sampai dua hari lamanya. Manusia berharap Tuhan melakukan apa yang mereka inginkan. Tetapi Tuhan bertindak untuk mengajarkan sesuatu yang mereka butuhkan.
Kedua, kita mengasihi seseorang karena ia cocok dengan kita.
Secara konteks kemanusiaan, kita memang cenderung bisa mengasihi orang yang cocok dengan kita dan sulit mengasihi orang yang tidak cocok dengan kita. Tetapi jika kita melihat hal ini berdasarkan konteks Alkitabiah, maka anggapan inipun merupakan suatu kekeliruan.
Mengasihi itu bukan sekedar karena orang lain itu cocok dengan kita. Kita tidak dipanggil untuk menyukai semua orang. Tetapi kita dipanggil untuk mengasihi orang lain, meskipun mungkin kita tidak suka pada orang itu, meskipun kita tidak mendapatkan balasan kasih yang setimpal.
Di dalam dunia yang berdosa, perfect harmony atau kecocokan yang sempurna memang sangat sulit kita temukan. Hanya di dalam diri Allah Tritunggal saja, ada perfect harmony. Meski demikian, Tuhan Yesus rela meninggalkan hidup-Nya yang ada di dalam perfect harmony, untuk masuk ke dalam dunia yang penuh kebencian dan permusuhan akibat dosa, demi membawa manusia untuk masuk ke dalam perfect harmony yang disediakan oleh Allah.
Dalam menjalankan pelayanan-Nya Tuhan Yesus sering ditolak, disalah mengerti, disakiti, diancam, diusir bahkan akhirnya di bunuh. Tetapi Tuhan Yesus tetap konsisten dan penuh komitmen untuk mengasihi manusia. Ada kalanya kita berpikir bahwa orang yang mengasihi dan lemah lembut itu adalah orang yang lemah, sedangkan orang yang berani membalas dan melawan adalah orang yang kuat. Tetapi dari kehidupan Tuhan Yesus kita tahu bahwa orang yang mengasihi itu bukan orang yang lemah, tetapi orang yang sangat kuat menahan penderitaan demi memberi kebaikan pada orang yagn dikasihinya.
Orang yang mengasihi bukan saja kuat, tetapi juga sangat berani, yaitu berani untuk dilukai, disakiti dan berani tidak dicintai orang lain. Hanya orang yang benar-benar kuatlah yang mampu melakukan hal seperti ini. Tanpa pertolongan dari Tuhan sendiri, tidak seorang pun dari kita yang mampu melakukannya.
Ketiga, kasih bukan sekedar tabungan emosi.
Seringkali kita mengalami kasih yang tidak seimbang atau tidak berbalas, dan itu sangat menyakitkan. Tetapi sifat asimetri dari kasih seperti ini, justru merupakan hal yang nyata terjadi dalam konteks dunia berdosa. Tuhan Yesus pernah berkata, jika kita mengasihi orang yang baik pada kita, maka apa bedanya kita dengan dunia? Orang lain yang tidak mengenal Tuhan Yesus pun melakukan hal seperti itu. Tetapi mengasihi orang yang membenci kita, hanya Tuhan yang mampu memberi kekuatan. Sebab hal seperti itu sangatlah tidak natural bagi kita yang hidup dalam dunia yang sudah jatuh ini.
Ada 4 kemungkinan sikap manusia terhadap manusia yang lain:
- Bersikap baik pada orang yang baik. (natural, law of attraction, untuk marketing)
- Bersikap jahat pada orang yang jahat. (natural)
- Bersikap jahat pada orang yang baik (sungguh keterlaluan, dunia pun mengecam)
- Bersikap baik pada orang yang jahat (supranatural)
Kemungkinan yang ke 4 itulah, yaitu kemampuan untuk bersikap baik (bahkan) kepada orang yang jahat, yang merupakan kemampuan yang bersifat supranatural. Kemampuan seperti itu, merupakan pekerjaan Roh Kudus di dalam diri seseorang.
Jadi, tidak dapat dipungkiri bahwa cinta Ilahi itu memang sulit, menyakitkan, berat dan bersifat supranatural atau extraordinary. Tetapi apabila kita bisa memilikinya, maka cinta seperti inilah yang akan membebaskan kita, mejadikan kita orang yang merdeka seperti Kristus. Ia adalah Pribadi yang sungguh bebas untuk mencintai siapa saja yang diberikan Bapa kepada-Nya. Amin.