Monday, July 22, 2024

Siapakah yang menjadi idola kita?


Siapakah idola kita?

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (Roma 8:29)

Sifat dari cinta yang sejati dari satu pribadi kepada pribadi yang lain, disamping ditandai oleh suatu keinginan untuk saling memiliki, seringkali ditandai pula dengan keinginan untuk menyatu dengan orang tersebut, serta keinginan untuk semakin mirip atau serupa dengan orang yang dicintainya itu. Ini adalah sifat yang umum dan wajar dari sebuah hubungan percintaan.

Dalam keseharian, tidak jarang seorang manusia memiliki tokoh pujaan atau idola, entah idolanya merupakan seorang penyanyi, bintang film, pemimpin negara atau apapun. Dan pada umumnya orang yang punya idola itu merasa ingin menjadi serupa dengan yang diidolakan tersebut. Jika sang idola menggunting rambutnya, maka pengikutnya pun ingin menggunting rambut dengan model yang sama dengan idolanya itu. Jika sang idola melakukan olah raga tertentu, maka para pengikutnya pun ingin terlibat dalam jenis olah raga yang sama. Jika sang idola memakai jam tangan dengan merek tertentu, maka besar kemungkinan pengikutnya juga akan membeli dan memakai jam tangan dengan merek yang sama.

Prinsip kemiripan dengan idola seperti ini telah ditangkap dengan baik oleh orang-orang yang bekerja di dalam dunia marketing. Untuk memasarkan produknya, para marketer ini memakai tokoh-tokoh yang diidolakan masyarakat yang akan jadi target market produknya. Harapan mereka adalah apabila sang tokoh memakai produk tersebut, maka masyarakat juga akan memakai produk tersebut.

Oleh karena itu, sangatlah aneh apabila ada seorang Kristen yang mengaku mengidolakan atau memuja Tuhan Yesus , tetapi orang itu tidak suka melakukan apa yang Tuhan lakukan. Orang yang memuja Tuhan Yesus sebagai tokoh idola, sewajarnya akan ingin untuk semakin serupa dengan Dia, semakin tertarik dengan perkataan-Nya, semakin ingin terlibat dengan pekerjaan-Nya dan semakin ingin mengenal Dia.

Sangatlah ironis, apabila ada orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi di dalam kehidupannya justru sangat fokus terhadap cara-cara untuk mendapatkan atau memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, keuntungan sebesar-besarnya, bahkan dengan melalui cara-cara yang bertentangan dengan kehendak Tuhan serta dipenuhi dengan hasrat yang penuh kerakusan. Sangatlah aneh apabila seseorang mengaku pengikut Kristus tetapi orang itu hanya fokus pada apa yang ia inginkan saja, hanya peduli pada apa yang ingin ia lakukan semata-mata, tanpa memperdulikan apa yang menjadi keinginan Tuhan. 

Orang seperti demikian, jauh lebih mirip dengan Kain ketimbang mirip dengan Yesus Kristus. Sebab kehidupan Kain itu adalah cerminan dari isi hati dan pikiran iblis yang sudah pasti sangat bertentangan dengan isi hati dan pikiran Tuhan. Akan sangat sulit diterima jika seseorang mengaku mencintai Tuhan apabila hati dan perbuatannya tidak mencerminkan hati dan perbuatan seperti yang dimiliki Tuhan Yesus. 

Siapakah yang menjadi idola di dalam hidup kita, Tuhan Yesus ataukah Kain? Mulut kita bisa saja mengaku mengidolakan Kristus, tetapi seperti apa sikap dan perbuatan kita sehari-hari, maka itulah yang benar-benar mencerminkan arah kekaguman kita terhadap idola tersebut. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita agar dimampukan untuk menjadi semakin serupa dengan Dia. Amin.