Apakah arti penting dari Kejadian
1-11?
Apakah tulisan yang sudah
sedemikian lama seperti itu
masih relevan bagi kita di masa sekarang ini?
Pendahuluan: pentingnya mempelajari masa lalu
Pertunjukkan dan hiburan yang memuat berbagai usaha untuk meramal masa depan adalah sesuatu yang senantiasa amat diminati, entah di media cetak maupun media elektronik. Sepertinya ada hasrat yang begitu besar dalam diri manusia untuk mengetahui masa depan. Apalagi pada saat pergantian tahun, orang ramai-ramai mencari tahu tentang apa yang mungkin terjadi di tahun yang baru tersebut.
Meskipun demikian, di tengah gegap gempitanya hasrat untuk mengetahui masa depan, ternyata manusia juga tidak dapat melepaskan diri dari keinginan hati mereka untuk menggali berbagai fakta yang terkubur di masa lalu. Setelah mengamat-amati perilaku zaman, Mircea Eliade - sejarahwan dan profesor Rumania yang pernah mengajar di University of Chicago - lalu menyimpulkan: “There is a veritable recuperation of the past, even of our primeval past.” [1]
Ilmu keturunan atau genealogy misalnya, yang belum lama ini cukup marak diberitakan oleh Internet, bukan saja diminati oleh orang-orang tua melainkan juga mulai menarik minat banyak anak-anak muda untuk mengetahui asal-usul keturunan mereka. Yang paling menarik buat saya adalah ketika beberapa waktu yang lalu, tersiar kabar tentang terungkapnya dugaan pertalian darah antara dua diva dunia, Madonna dan Celine Dion. Terlepas dari benar atau tidaknya berita populer tersebut, satu ciri utama dari ilmu keturunan semacam itu, sebagaimana halnya juga dengan arkeologi, adalah upaya-upaya yang mereka lakukan untuk menengok ke masa lalu, demi menggali fakta-fakta yang telah terkubur oleh waktu. “Futurology is mirrored by archeology,” kata seorang teolog Perancis bernama Henri Blocher. [2]
Dalam kaitan itu, saya ingin mengajak anda untuk juga menggali beberapa fakta penting di masa lalu yang memiliki dampak besar bagi hidup kita di masa kini. Bukan ilmu keturunan yang sedang saya bicarakan, bukan juga tentang arkeologi, lebih dari itu saya ingin mengajak anda untuk meneropong kitab Kejadian, khususnya Pasal 1 sampai 11.
Apa keistimewaan Kitab Kejadian pasal 1 sampai 11?
Tidak jarang orang menganggap kitab Kejadian, atau bahkan seluruh kitab dalam Perjanjian Lama, sebagai suatu barang yang sudah usang serta tidak relevan lagi, sehingga pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa kitab-kitab tersebut tidak ada manfaatnya lagi untuk dibaca. Clyde T. Fransisco, seorang profesor Perjanjian Lama dari Southern Baptist Theological Seminary Louisville Kentucky mengatakan:
Although the Bible is still the best seller among the world’s publications, it is not being read by the average person. This apathy is especially pronounced in regard to the Old Testament. [3]
Saya pikir gejala yang diamati oleh Fransisco tidaklah berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. Saya berpendapat, sikap pengabaian terhadap pesan-pesan Perjanjian Lama ini, adalah sikap yang kurang bijaksana, bahkan tidak tepat.
Kitab Kejadian, dan juga kitab-kitab lain dalam Perjanjian Lama, adalah kitab yang tetap relevan, penting bagi jaman kita sehingga tidak sepatutnya diabaikan. Meskipun kitab-kitab tersebut telah ditulis pada jaman yang telah lama berlalu, namun apa yang dituliskan di dalamnya tetap berguna untuk kita saat ini. Segala sesuatu yang diuraikan dalam Kitab-kitab tersebut masih memiliki keterkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman kita sekarang.
Ditinjau dari segi volume, Kejadian 1 – 11 hanya menempati sekitar 22% dari keseluruhan kitab Kejadian. Meskipun demikian, Musa - sang penulis kitab tersebut [4] - telah menjadikan kesebelas pasal pertama kitab Kejadian tersebut sebagai latar belakang (background setting) yang amat penting bagi segala sesuatu yang terjadi di pasal-pasal setelahnya (yaitu 12 – 50). Bahkan dapat saya katakan bahwa kesebelas pasal pertama itu, juga menjadi latar belakang bagi keseluruhan gagasan di dalam Alkitab, dari Kejadian sampai Wahyu. Bukankah itu hebat?
Dari apa yang saya amati, saya menemukan bahwa pemahaman kita atas 11 pasal pertama kitab Kejadian, sungguh-sungguh dapat menolong kita untuk semakin memahami misi dari Yesus Kristus datang ke dunia ini dan mendorong kita untuk semakin mengerti mengapa Yesus melakukan apa yang telah Dia lakukan di kayu salib.
Memahami 11 pasal pertama dalam kitab Kejadian, mampu menolong kita untuk menemukan hal-hal yang paling mendasar dari kehidupan kita, umat manusia sekarang ini, di zaman Postmodern ini. Justru gambaran-gambaran yang menyimpang di dalam dunia kita sekarang, dapat kita telusuri sampai kepada gambar aslinya di dalam pasal 1 – 11 kitab Kejadian.
Jika kita tidak pernah melihat gambaran asli dari sesuatu yang baik, maka kita tidak akan pernah tahu seberapa jauh kita telah menyimpang dari sasaran semula bukan?
Berbicara tentang Alkitab, tidak mungkin menghindar dari pembahasan tentang Yesus, karena Alkitab ditulis untuk membawa setiap orang yang membacanya kepada suatu hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Dalam kaitan itu, saya melihat bahwa tulisan-tulisan dalam Perjanjian Lama dapat menjadi alat bantu yang baik bagi kita untuk memahami prinsip-prinsip penting yang mengatur dunia ini dan untuk mengenal Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Karya besar Yesus dapat kita pahami secara utuh hanya jika kita memiliki pemahaman yang cukup baik terhadap Perjanjian Lama, khususnya dalam hal ini Kejadian 1-11. Semoga pada suatu saat, anda pun melihat hal tersebut dari sudut pandang yang sama dengan yang saya katakan.
Tuhan Yesus memberkati. (Oleh: izar tirta).[1] Mircea Eliade, Aspects du mythe/Myth and Reality trans. Willard R.Trask (New York: Harper and Row , 1963), 167.
[2] Henri Blocher, In The Beginning: The Opening Chapters of Genesis (England: InterVarsity Press, 1984), p 15.
[3] Clyde T.Fransisco, Introducing the Old Testament (Tennessee: Broadman Press, 1977), p 9.
[4] Saya percaya bahwa Alkitab ditulis 100% oleh Allah sendiri dan 100% oleh manusia. Maksudnya adalah, gagasan dari Alkitab adalah gagasan dari Allah sendiri, namun untuk menghadirkan gagasan tersebut ke dalam bentuk tulisan, Allah telah memakai manusia-manusia untuk membuatnya. Jadi sekalipun saya secara teologis memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah sendirilah Tokoh di balik penulisan kitab Kejadian, namun secara praktis saya juga dapat berkata bahwa Musa-lah sang penulisnya. Ini adalah satu di antara sekian banyak paradoks Alkitab yang perlu kita pahami.