Tuesday, July 23, 2024

Beberapa kesalahan populer tentang apa itu wujud kasih


Kesalahan populer tentang wujud kasih

Surat Yohanes mengajarkan bahwa kita dapat memahami apa arti kasih melalui pengenalan akan Pribadi Allah, sebab Allah adalah kasih. Selanjutnya dari pengenalan akan Pribadi Allah tersebut, kita dapat belajar pula beberapa wujud dari kasih sebagaimana yang ditunjukkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.

Meski demikian, tidak jarang orang Kristen pun keliru dalam memahami apa itu wujud dari kasih. Beberapa kesalahan populer tentang wujud dari kasih adalah:

Pertama, jika kita mengasihi seseorang maka kita harus senantiasa memenuhi harapan dan keinginan orang lain.

Ini adalah suatu kekeliruan, mengasihi itu bukan berarti bahwa kita harus senantiasa memenuhi harapan orang lain. Tuhan Yesus adalah wujud cinta Ilahi yang sejati, tetapi Tuhan Yesus tidak senantiasa memenuhi harapan murid-murid-Nya. Pengikut Kristus acap kali merasa kecewa karena Tuhan Yesus melakukan hal-hal yang diluar harapan mereka. Tuhan tentu saja bisa dan boleh mengecewakan manusia, apabila harapan manusia tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Banyak orang ingin Tuhan Yesus menjadi Raja, yang bisa membebaskan mereka dari Romawi, tetapi Tuhan Yesus malah memberi diri-Nya ditangkap, disalibkan dan bahkan mati. Ketika Lazarus sakit, saudari-saudarinya tentu berharap Tuhan Yesus segera datang untuk menyembuhkan Lazarus. Tetapi Tuhan Yesus malah menunda keberangkatan sampai dua hari lamanya. Manusia berharap Tuhan melakukan apa yang mereka inginkan. Tetapi Tuhan bertindak untuk mengajarkan sesuatu yang mereka butuhkan.

Kedua, kita mengasihi seseorang karena ia cocok dengan kita.

Secara konteks kemanusiaan, kita memang cenderung bisa mengasihi orang yang cocok dengan kita dan sulit mengasihi orang yang tidak cocok dengan kita. Tetapi jika kita melihat hal ini berdasarkan konteks Alkitabiah, maka anggapan inipun merupakan suatu kekeliruan.

Mengasihi itu bukan sekedar karena orang lain itu cocok dengan kita. Kita tidak dipanggil untuk menyukai semua orang. Tetapi kita dipanggil untuk mengasihi orang lain, meskipun mungkin kita tidak suka pada orang itu, meskipun kita tidak mendapatkan balasan kasih yang setimpal.

Di dalam dunia yang berdosa, perfect harmony atau kecocokan yang sempurna memang sangat sulit kita temukan. Hanya di dalam diri Allah Tritunggal saja, ada perfect harmony. Meski demikian, Tuhan Yesus rela meninggalkan hidup-Nya yang ada di dalam perfect harmony, untuk masuk ke dalam dunia yang penuh kebencian dan permusuhan akibat dosa, demi membawa manusia untuk masuk ke dalam perfect harmony yang disediakan oleh Allah. 

Dalam menjalankan pelayanan-Nya Tuhan Yesus sering ditolak, disalah mengerti, disakiti, diancam, diusir bahkan akhirnya di bunuh. Tetapi Tuhan Yesus tetap konsisten dan penuh komitmen untuk mengasihi manusia. Ada kalanya kita berpikir bahwa orang yang mengasihi dan lemah lembut itu adalah orang yang lemah, sedangkan orang yang berani membalas dan melawan adalah orang yang kuat. Tetapi dari kehidupan Tuhan Yesus kita tahu bahwa orang yang mengasihi itu bukan orang yang lemah, tetapi orang yang sangat kuat menahan penderitaan demi memberi kebaikan pada orang yagn dikasihinya.

Orang yang mengasihi bukan saja kuat, tetapi juga sangat berani, yaitu berani untuk dilukai, disakiti dan berani tidak dicintai orang lain. Hanya orang yang benar-benar kuatlah yang mampu melakukan hal seperti ini. Tanpa pertolongan dari Tuhan sendiri, tidak seorang pun dari kita yang mampu melakukannya.

Ketiga, kasih bukan sekedar tabungan emosi. 

Seringkali kita mengalami kasih yang tidak seimbang atau tidak berbalas, dan itu sangat menyakitkan. Tetapi sifat asimetri dari kasih seperti ini, justru merupakan hal yang nyata terjadi dalam konteks dunia berdosa. Tuhan Yesus pernah berkata, jika kita mengasihi orang yang baik pada kita, maka apa bedanya kita dengan dunia? Orang lain yang tidak mengenal Tuhan Yesus pun melakukan hal seperti itu. Tetapi mengasihi orang yang membenci kita, hanya  Tuhan yang mampu memberi kekuatan. Sebab hal seperti itu sangatlah tidak natural bagi kita yang hidup dalam dunia yang sudah jatuh ini.


Ada 4 kemungkinan sikap manusia terhadap manusia yang lain:

  1. Bersikap baik pada orang yang baik. (natural, law of attraction, untuk marketing)
  2. Bersikap jahat pada orang yang jahat. (natural)
  3. Bersikap jahat pada orang yang baik (sungguh keterlaluan, dunia pun mengecam)
  4. Bersikap baik pada orang yang jahat (supranatural)

Kemungkinan yang ke 4 itulah, yaitu kemampuan untuk bersikap baik (bahkan) kepada orang yang jahat, yang merupakan kemampuan yang bersifat supranatural. Kemampuan seperti itu, merupakan pekerjaan Roh Kudus di dalam diri seseorang.

Jadi, tidak dapat dipungkiri bahwa cinta Ilahi itu memang sulit, menyakitkan, berat dan bersifat supranatural atau extraordinary. Tetapi apabila kita bisa memilikinya, maka cinta seperti inilah yang akan membebaskan kita, mejadikan kita orang yang merdeka seperti Kristus. Ia adalah Pribadi yang sungguh bebas untuk mencintai siapa saja yang diberikan Bapa kepada-Nya. Amin.

Monday, July 22, 2024

Siapakah yang menjadi idola kita?


Siapakah idola kita?

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (Roma 8:29)

Sifat dari cinta yang sejati dari satu pribadi kepada pribadi yang lain, disamping ditandai oleh suatu keinginan untuk saling memiliki, seringkali ditandai pula dengan keinginan untuk menyatu dengan orang tersebut, serta keinginan untuk semakin mirip atau serupa dengan orang yang dicintainya itu. Ini adalah sifat yang umum dan wajar dari sebuah hubungan percintaan.

Dalam keseharian, tidak jarang seorang manusia memiliki tokoh pujaan atau idola, entah idolanya merupakan seorang penyanyi, bintang film, pemimpin negara atau apapun. Dan pada umumnya orang yang punya idola itu merasa ingin menjadi serupa dengan yang diidolakan tersebut. Jika sang idola menggunting rambutnya, maka pengikutnya pun ingin menggunting rambut dengan model yang sama dengan idolanya itu. Jika sang idola melakukan olah raga tertentu, maka para pengikutnya pun ingin terlibat dalam jenis olah raga yang sama. Jika sang idola memakai jam tangan dengan merek tertentu, maka besar kemungkinan pengikutnya juga akan membeli dan memakai jam tangan dengan merek yang sama.

Prinsip kemiripan dengan idola seperti ini telah ditangkap dengan baik oleh orang-orang yang bekerja di dalam dunia marketing. Untuk memasarkan produknya, para marketer ini memakai tokoh-tokoh yang diidolakan masyarakat yang akan jadi target market produknya. Harapan mereka adalah apabila sang tokoh memakai produk tersebut, maka masyarakat juga akan memakai produk tersebut.

Oleh karena itu, sangatlah aneh apabila ada seorang Kristen yang mengaku mengidolakan atau memuja Tuhan Yesus , tetapi orang itu tidak suka melakukan apa yang Tuhan lakukan. Orang yang memuja Tuhan Yesus sebagai tokoh idola, sewajarnya akan ingin untuk semakin serupa dengan Dia, semakin tertarik dengan perkataan-Nya, semakin ingin terlibat dengan pekerjaan-Nya dan semakin ingin mengenal Dia.

Sangatlah ironis, apabila ada orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi di dalam kehidupannya justru sangat fokus terhadap cara-cara untuk mendapatkan atau memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, keuntungan sebesar-besarnya, bahkan dengan melalui cara-cara yang bertentangan dengan kehendak Tuhan serta dipenuhi dengan hasrat yang penuh kerakusan. Sangatlah aneh apabila seseorang mengaku pengikut Kristus tetapi orang itu hanya fokus pada apa yang ia inginkan saja, hanya peduli pada apa yang ingin ia lakukan semata-mata, tanpa memperdulikan apa yang menjadi keinginan Tuhan. 

Orang seperti demikian, jauh lebih mirip dengan Kain ketimbang mirip dengan Yesus Kristus. Sebab kehidupan Kain itu adalah cerminan dari isi hati dan pikiran iblis yang sudah pasti sangat bertentangan dengan isi hati dan pikiran Tuhan. Akan sangat sulit diterima jika seseorang mengaku mencintai Tuhan apabila hati dan perbuatannya tidak mencerminkan hati dan perbuatan seperti yang dimiliki Tuhan Yesus. 

Siapakah yang menjadi idola di dalam hidup kita, Tuhan Yesus ataukah Kain? Mulut kita bisa saja mengaku mengidolakan Kristus, tetapi seperti apa sikap dan perbuatan kita sehari-hari, maka itulah yang benar-benar mencerminkan arah kekaguman kita terhadap idola tersebut. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita agar dimampukan untuk menjadi semakin serupa dengan Dia. Amin.


Sunday, July 14, 2024

Kasih Allah membawa pada pertumbuhan rohani dan pekabaran Injil

 

Allah adalah kasih.

Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. (1 Yohanes 4:7-10)


Berdasarkan Surat Yohanes yang kita baca (ayat 8), kita diajarkan bahwa Allah adalah kasih. Bagaimana kita memahami hal ini? Mungkin tidak terlalu mudah untuk membuat definisi dari Allah adalah kasih, tetapi kita barangkali dapat mengetahui hal itu berdasarkan implikasinya. Ada beberapa yang menjadi implikasi dari penyataan Yohanes tersebut, yaitu:

Pertama, bahwa seluruh kasih yang sejati itu bersumber semata-mata dari dalam diri Allah saja, tidak ada sumber yang lain yang dapat menghasilkan kasih seperti yang Allah berikan. Dunia tidak akan menikmati kasih yang sejati apabila Allah tidak berkenan menyalurkan kasih-Nya. Kasih seringkali terasa seperti sesuatu yang abstrak dan agak sulit untuk diterjemahkan di dalam kata-kata definisi. Kasih akan lebih mudah dipahami apabila ada contohnya. Tnapa kehadiran Allah di dalam dunia ini, maka dunia tidak memiliki contoh yang tepat dan meyakinkan untuk mengatakan mana yang merupakan kasih dan mana yang bukan.

Kedua, bahwa Allah adalah standar atau tolok ukur dari kasih. Sebuah tindakan dapat disebut kasih atau bukan kasih apabila dibandingkan dengan bagaimana tindakan Allah. Manusia tidak bisa membuat tolok ukur dari kasih. Apakah mengasihi sesama jenis merupakan kasih yang benar atau salah? Kalau Tuhan tidak ada, maka apakah dasarnya bagi kita untuk mengatakan bahwa sebuah tindakan itu salah ataukah benar?

Ketiga, Tuhan adalah fondasi atau dasar dari kasih. Ini menjawab pertanyaan: Apa dasarnya manusia harus mengasihi? Dasar dari tindakan tersebut adalah Allah sendiri. Karena Allah adalah kasih, maka kita punya alasan untuk mengasihi sesamanya. Kita bisa mengasihi sesuatu dengan alasan karena sesuatu itu indah, tetapi menurut Alkitab, kita mengasihi dengan alasan yang mendasar yaitu karena Allah kita mengasihi.

Dari beberapa implikasi yang disebutkan di atas tentang Allah adalah kasih, maka dapat disimpulkan bahwa siapapun yang mau mengerti definisi dari kasih, maka orang itu harus melihat, belajar dan mengenal Pribadi Allah.

Alkitab berkata: "Allah adalah kasih," namun kalimat tersebut tidak bisa diputarbalik menjadi "kasih adalah Allah." Mengapa? Sebab kasih memang bukan Allah. Mengapa? Sebab kasih itu bukan pribadi, melainkan atribusi atau sifat dasar dari Allah. Yang ber-Pribadi adalah Allah, oleh karena itu hanya Allah-lah yang dapat mendefinisikan apa itu kasih, bukan sebaliknya. Pada ayat 9, kasih dimanifestasikan pada kita, melalui manifestasi itu, kita mengerti apa itu kasih.

Sesungguhnya, mulai sejak bangun tidur hingga tertidur kembali di malam hari, seorang manusia digerakkan oleh sebuah kekuatan kasih. Kasih apakah itu? Idealnya, tentu saja orang itu digerakkan oleh kasih akan Allah, namun dalam konteks manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, maka seringkali manusia digerakkan oleh kasih yang bukan berasal dari Allah, melainkan kasih yang sudah tercemar oleh dosa, misalnya kasih kepada diri sendiri atau kasih kepada dunia ini atau kasih kepada objek-objek yang tidak sepatutnya menerima kasih kita.

Sebagai contoh: seseorang yang digerakkan oleh cinta kepada uang, maka sejak bangun tidur hingga terlelap kembali, orang itu akan terus memikirkan uang, beaktivitas demi uang, dan melakukan banyak hal dengan motivasi untuk mendapatkan uang. Tetapi orang yang digerakkan oleh cinta kepada Tuhan, maka seluruh hidupnya akan diarahkan untuk melakukan kehendak Tuhan, mengerjakan pekerjaan sesuai panggilan Tuhan dan dilandaskan pada motivasi untuk mempermuliakan Tuhan.

Jika seseorang ingin mengerti apa itu cinta sejati, maka orang itu harus kembali kepada asal-usul dari cinta (the origin of Love) yaitu Pribadi Allah. Kita tidak belajar mengerti cinta sejati dari pengalaman kita, sebab pengalaman kita terbatas dan bahkan bisa keliru, kita tidak belajar tentang cinta sejati dari lagu-lagu, film, novel atau apapun, sebab semua itu ditulis oleh manusia yang juga terbatas di dalam pemahaman akan cinta. Keberdosaan manusia juga turut mempengaruhi cara kita memahami dan menafsirkan arti cinta yang sejati.

Apabila pernikahan seseorang ingin menjadi sebuah pernikahan yang penuh dengan cinta kasih maka pernikahan itu harus diisi dengan kehadiran Tuhan. Sebuah pernikahan bisa juga terlihat dari luar sebagai pernikahan yang penuh cinta, sekalipun orang-orang di dalamnya tidak mengenal Tuhan, bagaimana hal ini bisa terjadi? Hal seperti itu memang bisa saja terjadi, sebab bagaimana pun ada suatu jenis cinta lain yang bekerja, yaitu misalnya cinta akan nama baik. Demi nama baik keluarga, sebuah pernikahan yang rumit pun bisa saja dipertahankan. Atau cinta akan uang, yaitu ketika dua orang atau salah satu insan dalam pernikahan begitu tergantung pada uang atau kekayaan yang timbul sebagai akibat dari pernikahan tersebut, maka bisa saja sebuah pernikahan tetap dijaga mati-matian, demi agar pundi-pundi keuangan satu atau dua orang tersebut bisa dipertahankan.

Kasih persahabatan yang sejati akan terlihat dari sikap seseorang ketika ia mengharapkan yang terbaik bagi orang yang dikasihinya itu. Hal terbaik yang bisa kita harapkan pada orang lain atau sahabat kita adalah Injil, sebab injil bukan saja mempengaruhi kehidupan jasmani, tetapi juga akan mempengaruhi kehidupan rohani seseorang.

Apabila seseorang bertumbuh di dalam Tuhan, maka yang menjadi indikasi utama dari pertumbuhan rohani yang sehat adalah pertumbuhan di dalam kasih, yaitu kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama.

Adakalanya orang Kristen keliru dalam menilai pertumbuhan rohani sebagai pertumbuhan di dalam pengetahuan, pertumbuhan di dalam pemahaman akan banyak data tentang kekristenan, atau semakin banyaknya tugas pelayanan yang kita tangani, atau semakin bertambahnya di dalam skill atau keahlian di dalam pelayanan. Semua itu memang merupakan sesuatu yang berguna, akan tetapi belum tentu merupakan tanda pertumbuhan rohani yang sejati.

Orang yang bertumbuh di dalam kasih Allah dan kasih kepada sesama, memang bisa saja berakibat pada semakin bertambahnya kegiatan spiritual atau semakin bertambahnya pengetahuan. Akan tetapi hal belum tentu berlaku secara otomatis. Orang yang semakin sibuk di dalam pelayanan, belum tentu digerakkan oleh cinta kepada Tuhan atau kepada sesama. Kesibukan dalam pelayanan dapat saja digerakkan oleh cinta pada kesibukan itu sendiri. Ada kalanya seseorang baru merasa hidupnya berarti ketika ia sibuk, banyak dicari orang lain, banyak dipercaya, banyak menerima pujian dari orang sekitar dan lain sebagainya. 

Kriteria pertumbuhan rohani yang sehat di dalam Tuhan adalah pertumbuhan dalam kasih dan kekudusan hidup. Jika kasih kita bertumbuh, maka sifat egois kita semakin pudar. Orang yang bertumbuh di dalam kasih, akan makin merasa membutuhkan Injil, sebab ia melihat kehadiran Tuhan semakin jelas di dalam hidupnya, sehingga ia semakin sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa, sehingga pada gilirannya ia semakin membutuhkan Injil, dan semakin belajar untuk mengasihi orang lain, melalui pekabaran Injil.

Jadi kalau kita summary kan:

  1. Kita hanya bisa mengerti tentang kasih melalui pengenalan akan Pribadi Allah
  2. Orang yang mengenal Pribadi Allah, akan mengalami pertumbuhan rohani.
  3. Indikasi utama dari pertumbuhan rohani adalah pertumbuhan kasih.
  4. Pertumbuhan kasih yang benar adalah pertumbuhan kasih kepada Tuhan dan sesama.
  5. Ekspresi kasih kepada sesama perlu diwujudkan melalui pekabaran Injil.

Amin.