Monday, April 17, 2023

Relevansi Alkitab


Sebagai orang Kristen, kita perlu melihat relevansi dari Alkitab sebagai pedoman nilai-nilai yang sejati dalam hidup jaman ini. Kita perlu melawan anggapan bahwa Alkitab adalah buku kuno yang nilai-nilainya tidak relevan lagi dengan kehidupan di jaman sekarang. Sehingga penting bagi kita untuk menempatkan perhatian dan posisi waktu yang lebih bagi pembacaan dan perenungan Alkitab di tengah kesibukan, kesenangan, persoalan hidup.

Berbicara tentang Alkitab dan relevansinya, artinya kita mempertanyakan apakah Alkitab masih ada gunanya buat hidup kita sekarang? Jika ya apa relevansinya? Sebab apabila ada sebuah tulisan yang dibuat ribuan tahun yang lampau, tetapi masih perlu dibaca hingga saat ini, maka pastilah tulisan tersebut memiliki nilai-nilai yang melampaui segala zaman.


Nilai kekal Firman Tuhan

Bahwa Firman Tuhan memiliki nilai-nilai sejati yang melampaui segala zaman, itu bukanlah pendapat gereja, atau kesimpulan dari pendeta tertentu, atau produk tafsiran dari teologi tertentu, melainkan ditetapkan okeh Tuhan Yesus Kristus sendiri.

Tuhan Yesus berkata: Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu. (Matius  24:35)

Tuhan Yesus berpendapat bahwa Firman-Nya atau perkataan-Nya itu memiliki keberadaan (eksistensi) yang melampaui segala zaman. Bahkan langit dan bumi yang keberadaannya jauh lebih besar serta jauh lebih lama daripada kehidupan manusia pun, pada suatu saat masih akan berlalu. Tetapi Firman Tuhan tidak akan berlalu, perkataan Tuhan masih akan terus ada dan pesan-pesannya pun tidak akan berubah.

Langit dan bumi adalah representasi dari segala sesuatu yang fana, yang terlihat. Sekaligus juga representasi dari segala sesuatu yang bersifat sementara saja. Langit dan bumi pernah dimulai, dan suatu saat akan diakhiri. Otomatis, segala sesuatu yang terlihat penting selagi masih ada di langit dan bumi ini, suatu saat akan berakhir.

Tetapi perkataan Tuhan Yesus itu jauh lebih besar dibandingkan dengan langit dan bumi. Adapun yang dimaksud "lebih besar" di sini bukanlah sesuatu yang bersifat kuantitatif, seperti "lebih besar dari ukuran bumi" misalnya, melainkan ungkapan yang bersifat kualitatif, yaitu "lebih bernilai" atau "jauh lebih penting" daripada langit dan bumi


Alkitab sebagai Firman Tuhan

Apakah Alkitab adalah Firman Tuhan? Tentu saja, Alkitab adalah Firman Tuhan, tetapi ada beda antara "Alkitab adalah Firman Tuhan" dengan "Firman Tuhan adalah Alkitab" sebab ada bentuk-bentuk lain dari Firman Tuhan yang kita kenal, yaitu:

  • Firman yang diucapkan langsung, misalnya perkataan Yahwe kepada Musa.
  • Firman yang menjadi Manusia, yaitu Tuhan Yesus.
  • Firman yang dituliskan, yaitu Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
  • Firman yang dikhotbahkan. Ini adalah usulan dari seorang teolog bernama Karl Baarth. Namun ini masih diperdebatkan tentang apakah perlu dimasukkan dalam kategori ataukah tidak. Sebab msih diperlukan catatan tambahan atas point 4 ini, yaitu ketika Firman yang dikhotbahkan itu sudah memperhatikan sungguh-sungguh kaidah penafsiran (hermeneutik) dan kaidah berkhotbah (homiletik) yang baik. Kita perlu sadari bahwa tidak semua orang yang membaca Alkitab, pasti akan menafsirkan Alkitab itu dengan baik, dan tidak semua orang dapat mengkhotbahkannya dengan baik, sekalipun kita tahu ada kuasa Roh Kudus yang dapat menutupi kekurangan manusia.

Alkitab Perjanjian Lama, sudah dianggap sebagai Firman Tuhan sejak zaman Tuhan Yesus. Hal itu dapat kita ketahui dari pengakuan Tuhan Yesus sendiri. 

Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. (Lukas 24:44-45)

Menurut pendapat Tuhan Yesus, kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur adalah Kitab Suci, bukan sembarang kitab, bukan sekedar kitab sejarah, tetapi adalah perkataan Tuhan sendiri.

Alkitab Perjanjian Baru memang belum ada ketika Tuhan Yesus masih hidup di dunia. Setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, barulah tulisan-tulisan tentang Dia mulai dibuat dan dikumpulkan. Kita bisa membaca hal itu dalam Lukas 1:1-4.

Menurut pendapat murid-murid Tuhan Yesus, berita Injil bukanlah berita yang berasal dari manusia biasa, sekalipun ditulis oleh manusia. Rasul Petrus berpendapat bahwa berita Injil adalah pesan dari Roh Kudus bagi manusia. Pesan itu begitu berharganya hingga para malaikat pun ingin mengetahuinya. Rasul Petrus berkata:

Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat. (1 Petrus  1:12)

Di dalam kesempatan lain, Rasul Petrus meyakinkan pembacanya bahwa pengajaran di dalam Kitab Suci bukan di hasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus. Rasul Petrus berkata:

Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah. (2 Petrus  1:20-21)

Dari berbagai uraian ini, kita sudah tahu bahwa Firman Tuhan itu kekal. Dan kita juga tahu bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Sekarang pertanyaannya apakah Alkitab yang bersifat kekal itu memang sama sekali tidak ada aspek perubahan apapun di dalamnya? Jika ada, hal apa yang berubah dan hal apa yang akan selalu sama?


Relevansi Alkitab

Apakah Alkitab itu memiliki relevansi yang bersifat sepanjang zaman? Apakah Alkitab masih memiliki kegunaan yang sama baik dulu maupun sekarang? Untuk menjawab hal itu, kita perlu memahami apakah ajaran di Alkitab mengalami perubahan ataukah tidak. Apakah ada perubahan dalam segala sesuatu yang dituturkan dalam Alkitab? Jawabnya adalah: Ya dan Tidak.

Ada hal-hal yang memang mengalami perubahan, antara yang digambarkan oleh Alkitab dengan apa yang ada di zaman sekarang. Yang mengalami perubahan itu adalah yang berhubungan dengan alat-alat kebudayaan atau yang merupakan kebiasaan hidup sehari-hari. Alkitab ditulis di zaman yang sudah lama berlalu di tengah suatu bangsa yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bangsa lain, tentu saja ada perbedaan dan perubahan dengan kebudayaan dan kebiasaan hidup bangsa Indonesia yang hidup di abad ke 21 ini. Sebagai contoh: orang Israel di zaman Tuhan Yesus memakai baju dan jubah, sedangkan orang Indonesia tidak berpakaian seperti itu. Atau contoh lain, pekerjaan di zaman Alkitab lebih sedikit jenisnya dibandingkan zaman sekarang. Alat musik yang dipakai juga berbeda dengan yang ada di jaman sekarang. 

Meskipun demikian, hal-hal yang bersifat prinsip spiritual atau nilai-nilai kehidupan tidak mengalami perubahan hingga sekarang, bahkan bersifat kekal selamanya. Sebagai contoh: orang yang hidup di zaman Tuhan Yesus diajar untuk mengasihi sesama. Orang Indonesia di zaman sekarang pun harus mengasihi sesama.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk memiliki hikmat dalam menilai, apa yang merupakan alat-alat kebudayaan dan mana yang merupakan nilai-nilai atau karakter yang bersifat kekal tersebut.


Progressive Revelation

Progresive revelation artinya cara Tuhan dalam menyatakan ajaran-Nya secara bertahap kepada manusia. Hal itu kita ketahui dari dua unsur kata yang ada di dalamnya; revelation artinya menyatakan diri sedangkan progressive artinya bersifat semakin maju atau secara bertahap semakin lama semakin jelas.

Oleh karena Allah menyatakan diri-Nya secara bertahap, maka tentu saja ada hal-hal di dalam Alkitab yang diberitakan dengan cara yang seolah-olah berbeda. Padahal itu bukan perbedaan, melainkan perkembangan di dalam cara mengerti.

Sebagai contoh, di dalam Perjanjian Lama, orang Israel lebih ditekankan pada ajaran monotheistik, yaitu bahwa Allah adalah satu, tetapi di dalam Perjanjian Baru ajaran monotheistik itu semakin diperdalam yaitu monotheistik yang bersifat Tritunggal. Dengan ajaran tersebut, bukan berarti ajaran monotheistik di Perjanjian Lama itu keliru, melainkan belum diperdalam. Baru di jaman Perjanjian Baru orang Kristen diberi pengertian yang lebih lengkap.

Hal lain yang dapat kita perhatikan misalnya penekanan pada hal yang bersifat jasmani di Perjanjian Lama dan penekanan pada hal-hal yang bersifat spiritual pada Perjanjian Baru. Sebagai contoh: di Perjanjian Lama, kedua belas suku Israel adalah saudara-saudara yang memang punya relasi bersifat jasmaniah, yaitu mereka berasal dari ayah yang sama. Sedangkan di Perjanjian Baru, dua belas rasul itu bukan saudara yang bersifat jasmani tetapi saudara yang bersifat spiritual.

Jadi kalau kita ringkas kembali, kebudayaan adalah produk langsung dari manusia, bukan produk langsung dari Allah. Itu sebabnya kebudayaan bisa berubah, bergantung waktu, tempat dan situasi yang dihadapi oleh manusia. Tetapi nilai-nilai hidup yang berasal dari Allah tidak mungkin berubah. Demikian pula ajaran Alkitab tentang jati diri Allah, natur manusia, natur dosa, jalan keselamatan, hal-hal akhir, dan hubungan umat Allah, tidak akan berubah.


MENGAPA KITA PERLU MEMBERI PERHATIAN PADA AJARAN ALKITAB ?

Pertama:
Ajaran yang disampaikan dalam Alkitab bersifat kekal, karena berasal dari Allah yang kekal.

Kedua:
Nilai-nilai tersebut menyangkut kehidupan kita, baik kini maupun yang akan datang (hidup sesudah kematian)

Ketiga:
Ada kecenderungan dalam diri kita untuk menjalani hidup yang berbeda dengan yang ditawarkan oleh Alkitab. Natur kita yang berdosa ini ternyata sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Alkitab. Sehingga jika kita tidak menaruh perhatian, maka natur berdosa itulah yang jauh lebih berkembang.


KESIMPULAN

Alkitab memiliki aspek budaya dan aspek kekal. Ada hal-hal di Alkitab yang memang dimaksudkan untuk berubah atau berkembang, tetapi ada hal-hal di Alkitab yang merupakan nilai kekal dan tidak akan berubah. Melalui Alkitab kita belajar bahwa Allah yang kekal dapat memakai kebudayaan manusia yang tidak kekal untuk mengajar nilai-nilai diri-Nya yang kekal.

Oleh karena itu, kita harus berhati-hati di dalam kehidupan ini. Jangan sampai kita terlalu fokus pada hal-hal yang tidak kekal, tetapi tidak memperhatikan apa yang kekal. Sebab yang kekal itulah yang penting dan akan menyelamatkan kita. Kiranya Tuhan menolong kita. Amin.