Tuesday, December 9, 2025

Mengapa Tuhan Yesus menyingkir ke Galilea?

 

Tuhan Yesus melayani di Galilea

 

Matius 4:12 Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.

Di dalam tulisan yang sebelumnya, saya sudah menguraikan bagaimana Yohanes Pembaptis ditangkap oleh Herodes karena Yohanes telah berani menegur Herodes secara terbuka di depan umum, atas perbuatannya yang tercela. [Baca: Pelayanan, Penangkapan dan Pembunuhan terhadap Yohanes Pembaptis. Klik disini.]

Dalam tulisan ini kita akan melihat melihat lebih jauh yaitu tentang bagaimana peristiwa penangkapan Yohanes Pembaptis itu, ternyata memberi pengaruh pula kepada aktivitas Tuhan Yesus. Injil Matius mengatakan bahwa peristiwa penangkapan itu telah membuat Tuhan Yesus menyingkir ke Galilea.

Yang akan kita coba gali dalam tulisan ini adalah mengapa penangkapkan Yohanes Pembaptis membuat Tuhan Yesus menyingkir ke Galilea? Ada beberapa alasan yang dapat kita renungkan dari peristiwa tersebut:

 

1. supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya 

Adakalanya Allah membiarkan kesulitan tertentu terjadi pada diri kita, supaya kita pergi ke tempat lain, yang memang sudah direncanakan oleh Tuhan. Penangkapan Yohanes Pembaptis membuat suasana keamanan di sekitar Yerusalem menjadi kurang kondusif. Akibatnya, pelayanan Tuhan Yesus di Yerusalem pun menjadi  agak terganggu atau sedikit terancam.

Hal ini membuat Tuhan Yesus, untuk sementara waktu, memilih untuk menunda pelayanan di Yerusalem, dan memilih untuk melayani di area Galilea sebagai gantinya. Secara manusiawi, keputusan ini terlihat seperti keputusan yang biasa saja. Sebuah tindakan masuk akal yang dapat dilakukan oleh seorang manusia. Akan tetapi dari sudut pandang Ilahi, ternyata tindakan menyingkir ke Galilea ini merupakan sebuah rencana besar Allah yang sudah ditorehkan sejak ratusan tahun sebelum.

Era nabi Yesaya terjadi sekitar 700 tahun sebelum era dimana Tuhan Yesus hadir di dunia. Di dalam era Yesaya tersebut, sudah ada sebuah pernyataan tentang masa depan yaitu bahwa di daerah Galilea tersebut akan terbit Terang yang sejati, sehingga orang-orang yang sebelumnya dianggap sebagai orang yang hidup dalam kegelapan, akan memperoleh kesempatan untuk melihat terang itu.

Adakalanya Tuhan menutup jalan kehidupan seseorang, adakalanya Tuhan bahkan sengaja menggagalkan rencana seseorang, demi supaya orang itu kemudian mencari jalan hidup yang lain atau mencoba rencana yang lain. Dan ketika orang itu menempuh jalan hidup yang baru tersebut, ternyata tanpa disadarinya, jalan hidup yang baru itu adalah jalan hidup yang sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh Tuhan.

Aktivitas kegiatan pelayanan Tuhan Yesus diubah oleh peristiwa penangkapan Yohanes Pembaptis, dan perubahan itu ternyata justru menggenapkan rencana semula dari Bapa. Jika hal seperti ini terjadi pada diri Tuhan Yesus, maka bukan hal yang mengherankan lagi apabila terjadi pula pada diri kita. Sebagai manusia kita tidak selalu diberitahu secara langsung tentang apa yang menjadi rencana dan keinginan Tuhan, namun Tuhan berbicara dan mengarahkan kehidupan kita melalui peristiwa-peristiwa tertentu.

 

2. untuk menyelamatkan diri-Nya dari ancaman penangkapan

Alasan kedua Tuhan Yesus menyingkir ke Galilea adalah alasan yang terdengar sangat manusiawi sekali, yaitu mencari tempat yang lebih aman, demi menghindarkan diri-Nya dari bahaya.

Meskipun Tuhan Yesus datang untuk mati sebagai tebusan atas dosa, bukan berarti Tuhan Yesus mau mati konyol. Jika belum saatnya, dan bukan dengan cara yang sesuai, maka Tuhan Yesus pun sebagai manusia yang punya cara berpikir normal, tentu akan mencari jalan yang aman. Inilah yang disebut cerdik seperti ular, tetapi tulus seperti merpati.

Orang Kristen memang dipanggil untuk menyangkal diri, memikul salib dan ikut serta dalam penderitaan Kristus, tetapi tentu saja bukan berarti kita harus mencari penderitaan melalui cara-cara yang bodoh dan konyol, melainkan melalui cara-cara yang sesuai dengan prinsip Firman Tuhan serta karakter dari Allah Tritunggal itu sendiri.

Kalau kita misalnya terlibat judol, atau pinjol, lalu hidup jadi menderita, apakah itu namanya menderita bagi Kristus? Bukan, itu adalah sebuah kebodohan. Jika seseorang males-malesan, tidak mau kerja, menunggu dapat ilham yang jelas dari Tuhan baru mau mulai bekerja, lalu akhirnya jadi pengangguran, sulit dapat kerjaan, menderita, apakah itu menderita bagi Kristus? Bukan, itu adalah penderitaan yang disebabkan oleh kesalahan sendiri.

Ada anggapan yang keliru di kalangan orang Kristen tertentu tentang hubungan antara iman dan akal budi. Menurut anggapan mereka, iman dan akal budi itu bagaikan dua kubu yang bertentangan. Dalam arti, orang yang beriman dianggap sebagai orang yang tidak memakai akal budinya dengan baik. Orang beriman dianggap sebagai orang yang malas berpikir, bodoh, asal percaya saja. Sebaliknya, orang yang pintar, cerdas, bisa memakai akalnya dengan baik dianggap sebagai orang yang tidak beriman.

Anggapan seperti itu adalah anggapan yang sangat-sangat keliru. Iman yang sejati tidak pernah mematikan akal sehat kita. Sebaliknya, melalui akal sehat kita, iman itu pun dipertumbuhkan.

Ketika Tuhan Yesus menyingkir ke Galilea, maka hal itu bukan berarti bahwa Tuhan Yesus sudah tidak percaya lagi bahwa Bapa-Nya berkuasa untuk menyelamatkan Dia dari celaka atau mati secara konyol, melainkan Tuhan ingin mengajarkan bahwa di dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai orang Kristen perlu memakai akal sehat kita.

Keyakinan Tuhan Yesus kepada Bapa, bukan berarti lalu Dia bertindak sembrono saja tanpa perhitungan atau pertimbangan yang wajar.

 

3. untuk memulai pelayanan publik-Nya secara besar-besaran di tempat lain.

Alasan ketiga Tuhan Yesus menyingkir ke Galiela adalah karena daerah Kapernaum yang ada di Galilea itu merupakan tempat yang bukan saja aman untuk berlindung, aman untuk dijadikan sebagai kediaman, tetapi juga aman untuk dijadikan sebagai pusat kegiatan pelayanan-Nya.

Tuhan Yesus tidak menangisi kesempatan yang sementara waktu hilang untuk melayani di Yerusalem, tetapi Ia memakai kesempatan yang ada untuk menjadi berkat di tempat lain. Ini juga merupakan sebuah pelajaran bagi kita untuk bagaimana menjadi peka terhadap pimpinan Ilahi dan melihat tempat dimana kita berada sebagai ladang Tuhan yang perlu pula untuk kita garap.

Sebelum Yohanes Pembaptis ditangkap, Tuhan Yesus sudah memulai pekerjaan-Nya, baik di Galilea maupun di Yerusalem yaitu:

  • Memanggil beberapa murid, yaitu Petrus, Andreas, Filipus dan Natanael di Galilea
  • hadir dalam pernikahan di Kana dan membuat mukjizat pertama di Galilea.
  • menyucikan Bait Allah di Yerusalem
  • mengajarkan Nikodemus tentang kelahiran baru di Yerusalem
  • melakukan pelayanan dan pembaptisan di Yudea (Yoh 3:22)

Namun setelah Yohanes Pembaptis ditangkap, maka untuk sementara waktu, Tuhan Yesus memusatkan pelayanan-Nya di Galilea saja. Di Galiea inilah khotbah Tuhan Yesus di atas bukit itu disampaikan sehingga menjadi ajaran yang cuku populer di kalangan orang percaya hingga saat ini.

 

Kiranya melalui apa yang Tuhan Yesus lakukan ini, kita pun sebagai orang Kristen bisa belajar untuk menghidupi dan mengikuti jejak Tuhan Yesus di dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

 

Baca juga:
Dari gelap menuju terang. Klik disini.

 

 

 

 

Friday, November 28, 2025

Dari gelap menuju terang

 Merenungkan makna dibalik peristiwa penangkapan Yohanes Pembaptis (Matius 4:12)

  

Dari gelap menuju terang

Matius 4:12 Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.

Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi Allah yang sangat berani dalam menyuarakan kebenaran. Ketika ada suatu tindakan atau praktik yang di matanya merupakan tindakan yang tercela, maka Yohanes Pembaptis tidak segan-segan untuk mengkritik pelaku tindakan tercela tersebut. Termasuk ketika Yohanes berhadapan dengan Herodes, yang merupakan penguasa ketika itu. Dengan berani Yohanes menegur Herodes secara terbuka sehingga menimbulkan kemarahan dalam diri raja itu. Sebagai akibatnya, Herodes pun segera memerintahkan penangkapan terhadap Yohanes Pembaptis. [Baca juga: Pelayanan, Penangkapan, dan Pembunuhan Yohanes Pembaptis. Klik disini.]

Ditangkapnya Yohanes Pembaptis, bagi Tuhan Yesus merupakan sebuah tanda tentang betapa gelapnya zaman itu, karena telah membungkam seorang nabi yang paling akhir diutus oleh Tuhan. Setelah 400 tahun Tuhan tidak berbicara kepada Israel melalui para nabi, seharusnya kedatangan Yohanes Pembaptis yang menyampaikan suara ke-nabi-an di Israel merupakan sebuah anugerah yang sangat besar bagi bangsa itu. Akan tetapi, karena sifat keberdosaan yang sedemikian kental yang ada di dalam jiwa manusia, bahkan anugerah sebesar inipun manusia bukan menerimanya dengan ucapan syukur, melainkan justru menangkap, mengurung sang nabi, membatasi pelayanannya yaitu dengan cara memenjarakan dia. Inilah gambaran dari sebuah zaman yang sudah sedemikian gelap itu.

Akan tetapi, justru kondisi zaman yang gelap seperti inilah, yang kemudian menjadi awal dari pekerjaan Yesus Kristus di Galilea; untuk semakin menyatakan terang kemuliaan-Nya, untuk menegaskan kehadiran-Nya di tengah-tengah manusia, serta untuk menjalankan misi-Nya yang utama yaitu menyelamatkan umat manusia dari dosa, sebagaimana yang telah disampaikan oleh malaikat kepada Yusuf, demikian: Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Matius 1:21)

Pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa ini adalah bahwa kegelapan jiwa manusia sebagai akibat dari dosa, tidak akan pernah mampu untuk mengalahkan terang Ilahi yang bersinar di tengah-tengah dunia. Dari sejak awal dunia diciptakan, Allah adalah Dia yang senantiasa menghadirkan terang di tengah-tengah  kegelapan. [Baca juga: Ada 8 alasan mengapa Kristus datang sebagai manusia. Klik disini.]

Kejahatan yang terjadi dimana-mana, peperangan yang seakan tidak pernah berhenti, rupa-rupa perbuatan dosa, atheisme, kebangkitan agama-agama dunia dan lain sebagainya, sering kali membuat kita merasa ikut tenggelam di dalam gelapnya dunia ini. Pengenalan akan Allah seakan-akan menjadi sesuatu yang sangat langka, dan tanpa disadari pada akhinya kitapun akan mulai menyangka bahwa Allah telah gagal dalam mengelola dunia ini, atau Dia telah pergi meninggalkan kita semua karena merasa sangat kecewa melihat dunia yang sudah jatuh ini.

Namun, apabila kita kembali kepada Alkitab, khususnya melalui kisah penangkapan Yohanes Pembaptis ini, maka sesungguhnya kita tidak pernah boleh merasa berputus asa ketika melihat kekacauan yang terjadi di dunia ini. Sebab di dalam situasi-situasi yang paling gelap sekalipun, kita senantiasa melihat Allah tetap bekerja untuk menyelamatkan dunia ini. Allah tidak pergi meninggalkan dunia, sebaliknya Ia datang untuk menyelamatkan dunia ini. [Baca juga: Tuhan Yesus adalah Dia yang senantiasa hadir bagimu. Klik disini.]

Yang harus kita lakukan saat ini adalah belajar untuk terus menaruh pengharapan kepada Tuhan; melalui doa-doa yang kita panjatkan, serta terus menjaga terang Ilahi yang telah diberikan kepada kita; melalui hidup yang berkenan bagi Tuhan, serta hidup yang melayani Tuhan di dalam Kerajaan-Nya.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.

 

Monday, November 17, 2025

Siapakah yang bertanggung jawab atas sebuah kejahatan?

Siapakah yang bertanggungjawab atas sebuah kejahatan?

Dunia ini telah sangat sering melihat terjadinya tindak kejahatan, mulai dari pembunuhan Kain terhadap Habel hingga berbagai pembunuhan, perkosaan, perampokan dan penipuan yang terjadi hingga saat ini. Sudah ada begitu banyak nyawa melayang dan ada berjuta-juta kehidupan yang telah dihancurkan oleh kejahatan manusia semenjak dosa masuk ke dalam dunia ini. [Baca juga: Mengapa Kain menjadi marah dan ingin membunuh Habel? Klik disini.]

Tidak jarang perbuatan-perbuatan jahat itu diasosiasikan lebih sebagai perbuatan setan, sebagai kontras dari perbuatan manusia. Bahkan tidak jarang pula kita dapati bahwa para pembuat kejahatan itu mengaku bahwa mereka melakukan perbuatan jahat tersebut karena merasa dibisiki oleh suatu sosok yang tidak tampak oleh mata. Ada pula orang yang tampil seperti orang kesurupan, lalu melakukan perbuatan jahat dan kemudian mengaku tidak sadar telah melakukan hal-hal yang jahat tadi.

Ide seperti yang disebutkan di atas, bukanlah ide yang asing dalam kehidupan populer. Bahkan ide seperti ini  seringkali didukung pula oleh film-film horror populer seperti Insidious, Exorcism, ataupun film-film yang bertemakan tentang Werewolves. Intinya, dalam film-film itu, seorang manusia digambarkan sedang dalam keadaan tidak sadar ketika melakukan pembunuhan yang mengerikan tersebut. Mengapa mereka dalam keadaan tidak sadar? Sebab hal tersebut dilakukan pada saat mereka sedang menjadi menjadi “sosok yang lain.”

Ada kesan melempar tanggungjawab atas segala kejahatan yang mereka lakukan kepada pihak yang lain, yaitu si setan yang merasuki orang tersebut. Bahkan salah satu film horror yang pernah beredar menuliskan semacam sub judul: The Devil Made Me Do It, setan yang melakukan itu, bukan saya. Saya sih baik orangnya, tetapi setan itulah yang jahat, dan setan itulah yang harus tanggungjawab, bukan saya.

Apakah secara Alkitabiah, cara berpikir seperti yang saya gambarkan di atas bisa diterima? Jawabannya: Tidak bisa.

Setan atau iblis memang jahat, tidak ada keraguan sedikitpun terhadap hal itu. Namun kita tidak bisa begitu saja melemparkan kejahatan yang terjadi di dunia ini kepada setan. Sebab bagaimanapun juga yang melakukan kejahatan adalah manusia itu sendiri. Ide-ide yang seolah melempar kesalahan pada setan, adalah suatu upaya penghindaran dari tanggungjawab manusia, sebagai yang melakukan kejahatan tersebut.

Menurut Alkitab, kebiasaan melempar kesalahan seperti ini tidak dapat dibenarkan. Sebab ketika seseorang menusuk orang lain dengan pisau, maka meskipun tindakan tersebut dipengaruhi/dibisiki oleh suatu entitas yang satanik, tetapi bagaimanapun juga yang melakukan penusukan tersebut tetap adalah si manusia itu, dan bukan si setan.

Mulai sejak kitab paling awal dari Alkitab, yaitu kitab Kejadian, manusia sudah mempunyai kecenderungan untuk melempar kesalahan kepada orang lain atau pihak lain. Adam melempar kesalahan pada Hawa, sambil turut mempersalahkan Tuhan. Lalu Hawa juga melempar kesalahan tersebut kepada si ular. Intinya, manusia berdosa cenderung tidak merasa dirinya berdosa, sebaliknya mereka cenderung menganggap pihak lainlah yang salah. Jangankan setan yang disalahkan, bahkan Tuhan sendiri pun turut dipersalahkan oleh manusia yang berdosa. [Baca juga: Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. Klik disini.]

Itu sebabnya sudah bukan hal yang aneh lagi apabila di dalam budaya populer kita disuguhkan pada kisah-kisah dimana manusia pelaku kejahatan berbuat seolah-olah perbuatan itu bukan tanggungjawab dirinya sendiri, tetapi sebagai akibat kejahatan dari pihak lain.

Saya mengenal seseorang di dalam hidup saya yang sejak kecil punya kecederungan untuk selalu menganggap orang lain yang salah, sehingga dirinya sendiri tidak pernah ada kesempatan belajar untuk introspeksi dan tidak pernah belajar untuk mengakui kesalahan apapun.

Sejak SMA ia sudah bermasalah, ia sulit lulus di SMA yang satu, lalu pindah sekolah ke SMA lain, karena merasa bahwa pihak sekolah yang sebelumnya telah berlaku tidak adil kepadanya. Setelah akhirnya lulus SMA (walau telat), ia masuk kuliah di sebuah Universitas swasta. Lalu kejadiannya pun berulang kembali. Ia merasa bahwa dosennya sentimen, sistem di Universitasnya tidak beres, teman-temannya kacau dlsb sedemikian rupa sehingga ia tidak bisa menyelesaikan kuliahnya yang lagi-lagi jadi tertunda sedemikian lama. Usianya semakin lama semakin tua, tetapi ia tetap saja mahasiswa. Dan semua itu menurut dia adalah kesalahan dosen, kesalahan teman-teman, kesalahan universitas, bahkan orang tuanya pun dianggap bersalah karena telah memasukkan dia ke fakultas yang menurut dia tidak cocok.

Selanjutnya karena gagal di universitas tersebut, ia keluar, drop out. Dan orangtuanya menawarkan dia sekolah di bidang yang menurut dia merupakan bidang yang diminati. Tetapi seperti yang sudah-sudah, ia gagal lagi dan gagal lagi, dan selalu saja orang lain atau pihak lain yang salah atas kegagalannya tersebut.

Anak semacam yang saya sebutkan di atas adalah sosok pribadi yang sudah rusak mentalnya. Jangankan diteropong dari sisi Alkitab, diteropong dari sisi kehidupan yang normal saja pun dia sudah terlihat tidak normal, alias buruk. Menurut standar Alkitab, perjalanan kerohanian seseorang yang normal adalah ketika seseorang semakin lama akan semakin sadar bahwa dirinya berdosa, bukan makin lama semakin merasa tidak berdosa.

Bagaimana mungkin ia akan sampai ke kondisi spiritual seperti yang diharapkan oleh Alkitab, seperti: “berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah” jika dalam kesehariannya ia begitu fasih dalam mempersalahkan orang lain dan begitu anti dalam melakukan introspeksi, serta sama sekali tidak punya keberanian untuk mengakui bahwa dirinya bersalah atau sekedar mengakui bahwa dirinya ada kelemahan?

Ketika sebuah kejahatan terjadi, katakanlah misalnya sebuah pemerkosaan, maka sebetulnya bukan iblis yang melakukan pemerkosaan, tetapi manusia. Apabila iblis yang memperkosa, maka manusia tidak bertanggung jawab sehingga tidak bisa dipersalahkan. Tetapi pada kenyataannya, manusia pemerkosa itulah yang harus ditangkap dan diadili, sebab bagaimana pun juga dimata hukum, tetap orang itulah yang melakukan perbuatan jahat.

Peran iblis dalam kejahatan adalah dalam hal menawarkan ide lewat kata-kata. Ketika manusia menerima ide tersebut, lalu melakukannya. Maka kejahatan pun berubah dari sebuah ide menjadi sebuah tindakan. [Baca juga: Dalam hal apakah Iblis dikatakan berbahaya? Klik disini.]

Iblis memberi ide kepada Hawa, lalu Hawa bertindak, maka Hawa-lah yang bersalah di dalam tindakan tersebut. Ide atau perkataan iblis inilah yang dilawan oleh Tuhan Yesus ketika berada di padang gurun. Manusia punya pilihan untuk mendengar iblis atau tidak. Hawa mendengar. Yudas mendengar. Banyak pula manusia yang suka mendengar iblis atau pun nabi palsunya. Tetapi Tuhan Yesus adalah teladan kita. Ketika iblis mencobai Dia dengan perkataan dan ide yang jahat, Tuhan Yesus menolak. Kitapun harus seperti itu. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita. Amin.

 

Saturday, September 20, 2025

Beberapa ciri gereja sesat serta contoh ajaran sesat yang sangat populer di zaman sekarang ini


Jika dalam tulisan yang lain, saya telah membahas tentang: Apakah pengikut ajaran sesat juga akan mendapat penghukuman dari Tuhan? (klik disini.) Maka dalam tulisan kali ini saya ingin memaparkan beberapa ciri dari gereja yang dapat dianggap sebagai gereja yang telah menyimpang (sesat) dari apa yang diajarkan oleh Alkitab.

Dalam tulisan ini saya akan memaparkan jenis-jenis gereja yang di dalam pola kecederungan beribadahnya dapat digolongkan sebagai gereja yang telah menyimpang atau sesat.

 

Kecenderungan seperti apakah yang menjadi ciri dari gereja yang menyimpang tersebut?

Beberapa jenis gereja memiliki pola kecenderungan di dalam ibadah atau pola keyakinan umum jemaat yang berbeda atau menyimpang atau tersesat dari ajaran-ajaran utama di dalam Alkitab, sehingga apabila ada seseorang yang menjadi jemaat di gereja tersebut, maka akan sulit sekali bagi orang tersebut untuk dapat mengenal Pribadi Allah yang sejati. Beberapa ciri itu adalah:

 

  1. Menggeser otoritas Firman Tuhan
  2. Menggeser posisi Tuhan Yesus sebagai satu-satunya pengantara, sebagai Tuhan dan Juruselamat
  3. Memutarbalikkan Injil Keselamatan
  4. Sangat mengagungkan manusia atau pemimpin rohani atau tokoh-tokoh di Alkitab selain Kristus.
  5. Mengutamakan tanda-tanda mukjizat dan pengalaman rohani lebih dari kebenaran Kitab Suci.
  6. Kompromi terhadap dosa dan tidak mendorong untuk hidup kudus
  7. Eksklusif dan mengikat jemaat secara tidak sehat dalam sebuah komunitas (sekte)
  8. Tidak terbuka untuk diuji oleh Kitab Suci.

Saya akan membahas ciri-ciri tersebut secara satu persatu dalam tulisan terpisah. Akan tetapi di sini saya ingin menenkankan bahwa apabila gereja tempat kita beribadah memiliki satu atau lebih dari ciri-ciri di atas, maka sebagai jemaat kita harus berani kritis dan bersikap hati-hati. Kita harus berusaha mempelajari Alkitab dari orang lain atau gereja lain yang kita anggap cukup bisa dijadikan sebagai bahan pembanding. Sebab apabila tidak, maka lambat laun kita akan terbiasa dengan ajaran yang menyimpang tersebut, sehingga lama kelamaan tidak ada lagi kepekaan dalam diri kita untuk mengetahui atau menilai apakah ajaran yang kita terima itu sesuai dengan ajaran Alkitab ataukah tidak.

Pada kesempatan ini saya ingin memberikan beberapa contoh saja dari ajaran yang cukup populer di gereja padahal ajaran tersebut sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Alkitab. Adapun untuk pembahasan dari contoh-contoh tersebut mungkin nantinya akan lebih dibahas dalam tulisan-tulisan selanjutnya,

 

Contoh dari ajaran yang saya sebutkan di atas, di antaranya adalah:

  1. Setiap orang Kristen harus bisa berbahasa lidah dan harus menggunakannya dalam rangka untuk diselamatkan.
  2. Orang Kristen bisa kehilangan keselamatannya.
  3. Kehendak Tuhan bagi setiap orang Kristen adalah agar mereka menjadi kaya dan sehat. Sehingga kalau hidup kita saat ini kaya dan sehat, maka pasti karena kita orang benar dan Tuhan memberkati kita.
  4. Orang Kristen bisa mengklaim, mengatakan dengan penuh keyakian akan sesuatu yang diinginkan, maka sesuatu itu akan menjadi kenyataan.
  5. Legalisme, kita harus melakukan ini dan itu untuk mendapatkan keselamatan
  6. Hyper-Grace, karena kita adalah orang sudah diselamatkan maka apa saja boleh kita lakukan dan Tuhan pasti akan setuju.
  7. Kalau kita memberi persembahan 100 maka Tuhan akan ganti 10 kali lipat menjadi 1000.
  8. Kita bisa menaikkan doa dengan perantaraan orang kudus yang sudah lebih dulu meninggal.
  9. Semua agama pada dasarnya sama karena sama-sama bisa membawa pada keselamatan.
  10. Tujuan kita menjadi orang Kristen adalah supaya kita menjadi orang yang baik.

Demikian beberapa contoh dari pandangan populer di kalangan orang Kristen yang sepertinya benar dan nyaman untuk diterima, namun jika dilihat lebih jauh ke dalam Alkitab, ternyata tidaklah demikian. Semoga melalui pembacaan dan perenungan kita terhadap Alkitab, perlahan-lahan kekeliruan dan penyimpangan-penyimpangan seperti itu dapat kita perbaiki dan kitapun dapat kembali ke jalan yang benar. Amin.

Baca juga:

Apakah pengikut ajaran sesat juga akan dihukum oleh Tuhan? Klik disini.
Bagaimana upaya iblis untuk menjauhkan kita dari pemahaman akan kasih Allah? Klik disini.
Apa saja 7 hal yang mampu mengalahkan keganasan iblis? Klik disini.
Apa artinya mengikat tanda di tangan dan di dahi? Klik disini.
Siapakah para Nephilim itu? Klik disini.