(Sebuah
renungan singkat dari kisah Yusuf yang dijual ke Mesir)
 |
Yusuf merajut kisah hidupnya di dalam karya Allah
|
Setiap
kita pasti menyukai sebuah cerita dan setiap kita pasti memiliki pula cerita tentang
diri kita sendiri masing-masing. Tetapi apakah kita menyadari bahwa ada satu
elemen penting yang harus ada di dalam sebuah cerita? Sebuah cerita baru memiliki
daya tarik, ketika di dalam kisah itu ada sebuah elemen penting, yaitu adanya
sebuah konflik, dan bukan hanya konflik, tetapi perlu ada pula resolusi dari
konflik tersebut.
Lalu, hal
apa sajakah yang dapat terbentuk atau dapat muncul dari dalam sebuah cerita?
Baca juga:
Mengapa
Tuhan Yesus harus menjadi manusia? Klik disini.
Disalibkan
bersama Kristus. Klik disini.
Apakah
kubur Tuhan Yesus telah ditemukan? Klik disini.
Yang
pertama-tama dapat terbentuk dari sebuah kisah adalah makna.
Di balik
setiap kisah, ada suatu makna yang ingin disampaikan. Contoh: Apabila seseorang
bercerita bahwa ia mempunyai banyak harta, maka makna yang mau disampaikan melalui
cerita itu adalah bahwa orang itu
tergolong sukses dan hebat gaya hidupnya dibandingkan orang lain yang tidak
punya harta sebanyak dia.
Atau ketika seseorang
bercerita bahwa ia punya banyak kekasih, maka makna yang mau disampaikan melalui
cerita tersebut adalah bahwa ada banyak lawan jenis yang menyukai dia sebab dia
adalah orang yang sangat menarik, entah karena sangat tampan, sangat kaya raya
atau sangat terkenal.
Contoh
lain lain, ketika seseorang bercerita bahwa ia telah banyak sekali menolong
orang lain, maka makna yang mau disampaikan melalui cerita itu adalah bahwa ia
adalah orang yang berhati mulia, cukup mampu untuk menolong orang lain, dan
banyak orang yang bergantung padanya, sehingga ia banyak berjasa bagi hidup
orang lain.
Demikianlah
manusia hidup sambil berusaha mencari makna dari kisah kehidupan yang
dijalaninya. Di belakang semua mimpi besar manusia, yang sesungguhnya dicari
adalah makna. Apakah hidup kita ini cukup bermakna ataukah tidak? Semua orang tentu
suka apabila dirinya bisa bermakna bagi orang lain.
Akan
tetapi, perlu dipahami bahwa sebuah makna harus dibentuk melalui sebuah cerita.
Tanpa adanya sebuah cerita maka tidak ada makna apapun yang akan muncul. Oleh
karena itu, apabila seseorang mencari makna yang baik bagi hidupnya, maka ia pun
harus membuat cerita yang baik di dalam hidupnya. Maksudnya adalah, apabila
kita baik terhadap seseorang, maka sudah pasti kita ini akan menjadi orang yang
bermakna bagi orang tersebut. Apabila kita tidak pernah bertemu dengan orang
lain, tidak pernah berbuat apa-apa bagi orang lain, maka bagaimana mungkin kita
dapat menjadi orang yang bermakna bagi orang lain?
Oleh
karena itu, apabila kita ingin bermakna bagi orang lain, maka janganlah egois,
janganlah menjauhkan diri dari orang lain, lakukan apa yang baik bagi orang
lain, buat sebuah kisah kehidupan yang baik, sehingga dengan sendirinya, secara
natural makna yang baik itupun akan muncul dengan sendirinya.
Yang
kedua, sebuah kisah akan membantu seseorang dalam membentuk sebuah world
view.
Setiap
manusia pada dasarnya memiliki sebuah world view di dalam pikirannya.
Apa itu world view? World View adalah cara seseorang memahami
dunia yang ada di sekitarnya. Bukan orang yang berpendidikan saja yang memiliki
world view, orang sederhana, bahkan anak-anak kecil pun memiliki world
view-nya masing-masing. Mereka melihat dunia di sekitar mereka, lalu mereka
mencoba mencerna, mencoba mengerti dan berdasarkan kumpulan pengertian
tersebut, terciptalah sebuah world view.
Orang yang
beruntung adalah orang yang sejak kecil diberi pendidikan yang baik sehingga
memiliki world view yang sehat. Sedangkan orang yang malang adalah orang
sejak kecil diberi pengajaran tentang cara pandang dunia yang tidak baik.
Bayangkan seorang anak yang sejak kecil diajarkan untuk mencuri, menjadi tukang
minta-minta, mengambil barang orang lain, atau diajarkan untuk membenci suku
tertentu atau agama tertentu dan berbagai ajaran buruk lainnya. Maka hinga
bertumbuh dewasa, anak tersebut akan memiliki pandangan dunia yang sangat berbeda
dibandingkan seorang anak yang sejak kecil diajarkan untuk bekerja keras,
sekolah sungguh-sungguh, mengasihi alam sekitar, mengasihi sesama manusia,
mempercayai Tuhan dan lain sebagainya.
Sangat
mungkin anak yang sejak kecil diajar secara buruk tadi, akan dengan mudah
mengambil milik orang lain dan dengan kebencian yang sudah tertanam sejak
kecil, maka bukan tidak mungkin orang itu akan membunuh orang yang melawan dia
atau bahkan orang yang sekedar berbeda suku atau berbeda agama dengan dia.
Bagaimana
kisah kehidupan yang ditanamakan oleh orang-orang dewasa kepada seorang anak
kecil, secara perlahan akan membentuk sebuah world view di dalam diri
anak kecil tersebut. Oleh karena itu, world view itu sendiri pun berisi
sebuah cerita, yaitu kisah, pengalaman, pengajaran yang ditampung oleh
seseorang dari kecil hingga dewasa sampai terbentuk suatu kerangka berpikir
tertentu, atau cara tertentu dalam memandang dunia ini.
Oleh
karena itu penting sekali menanamkan kisah yang baik, kisah yang benar terhadap
diri seseorang, agar world view yang baik pun pada akhirnya akan
terbentuk.
Tanpa melalui
cerita atau kisah, kita akan kesulitan memahami mengapa dunia berjalan seperti
ini. Tanpa sebuah penceritaan yang baik, akan sulit bagi seseorang untuk
menjawab pertanyaan mengapa kita harus melakukan apa yang baik dan bukan yang
jahat? Mengapa manusia bisa menjadi sakit dan mati? Apakah keadilan itu ada?
Apakah keadilan adalah sifat atau ilusi? Adakah gunanya memperjuangkan
keadilan? Semua pertanyaan-pertanyaan kehidupan seperti akan jauh lebih mudah dipahami
apabila diuraikan melalui sebuah cerita.
Sebagai
contoh, terhadap pertanyaan mengapa kita harus melakukan apa yang baik dan
bukan yang jahat? Maka untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat memulainya
melalui sebuah cerita, misalnya cerita tentang seseorang yang melakukan
kejahatan terhadap orang lain, meskipun pada awalnya ia berhasil lolos dari
kejahatan tersebut, tetapi pada akhirnya hati nurani orang itupun akan menegur
dia atas kejahatan yang pernah ia lakukan. Atau sekalipun hati nuraninya sudah
mati, maka pada akhirnya orang yang melakukan kejahatan di dunia ini, akan
menerima hukuman dari manusia, atau bahkan akan menerima penghakiman dari
Allah. Ada begitu banyak cerita tentang kebaikan yang membawa keindahan dan
kebahagiaan serta kejahatan yang membawa kehancuran dan kesedihan di dunia ini.
Melalui sebah cerita, orang akan mengerti mengapa seorang manusia harus
melakukan apa yang baik dan bukan apa yang jahat.
Hal ketiga
yang akan muncul dari sebuah cerita adalah Karakter
Cerita
hidup seseorang dapat membentuk karakter seperti apa yang cenderung akan
dimiliki oleh orang tersebut. Orang yang hidup di tempat yang sulit akan
berbeda karakternya dengan orang yang biasa hidup di tempat yang nyaman. Orang
yang lahir dan hidup di masa peperangan, akan berbeda karakternya dengan orang
yang hidup di masa damai dan tenang.
Hal ke
empat yang muncul dari sebuah cerita adalah Identitas.
Sebuah cerita
dapat menunjukkan siapakah identitas diri kita yang sebenarnya. Dalam filsafat hal
itu disebut sebagai naratif identity. Contoh paling mudah adalah dalam sebuah
wawancara kerja, seseorang diminta untuk menceritakan kisah hidupnya, dari
cerita tersebut, maka mulai menjadi jelas seperti apakah jati diri orang yang
sedang diwawancarai itu.
Kisah
hidup Yusuf anak Yakub
Yusuf adalah
anak yang dianggap sangat istimewa oleh Yakub, hal itu dijelaskan melalui
pemakaian jubah yang berbeda dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Dan meskin
Yusuf bukan anak sulung, tetapi Yusuf telah dianggap sebagai anak sulung oleh
Yakub, bukan Ruben, sehingga Yusuf berhak untuk mendapat warisan dua kali lipat
(double portion).
Mengapa
bukan Ruben yang mendapat double portion? Hal ini sangat mungkin dikarenakan
Ruben adalah anak sulung dari istri yang bernama Lea, sedangkan Yusuf adalah
anak sulung dari istri yang bernama Rahel, yaitu istri yang sungguh-sungguh dicintai
oleh Yakub.
Karena
mendapat berbagai keistimewaan dari Yakub, maka tidak heran apabila Yusuf kemudian
dibenci oleh saudara-saudaranya. Saudara-saudaranya tidak pernah berbicara syalom
kepada Yusuf. Setiap kali bicara dengan Yusuf, mereka selalu membawa
pembicaraan ke arah pertengkaran. Kakak-kakak Yusuf sangat iri dan cenderung mem-bully
Yusuf.
Puncaknya
adalah ketika Yusuf dimasukkan ke dalam sumur yang menurut tradisi diketahui
sebagai tempat yang sangat kotor dan banyak serangga. Mengapa saudara-saudara
Yusuf sedemikian tega menempatkan Yusuf di dalam tempat dengan kondisi seperti
itu? Dan kekejaman mereka tidak berhenti sampai disitu saja, Yusuf kemudian dijual
sebagai budak, di bawa pergi oleh orang yang membelinya ke negara asing yaitu
Mesir dan dipekerjakan sebagai budak. Cukup menarik untuk dicatat bahwa selama
di Mesir seharusnya Yusuf bisa kabur dan perjalanan pulang pun bisa ditempuh
beberapa minggu, tetapi ia tidak kabur.
Setelah Yusuf
bekerja dengan baik, karirnya pun semakin naik, tetapi di dalam menjabat posisi
pembantu yang cukup baik itu, Yusuf justru mendapat fitnah dari istri atasannya.
Yusuf diajak berbuat dosa dan ketika ia menolak berbuat dosa, ia justru
difitnah dan dijebloskan ke dalam penjara. Ada kemungkinan Potifar tahu bahwa
Yusuf tidak bersalah, sebab jika Potifar yakin bahwa Yusuf bersalah, hukuman
yang paling sesuai adalah hukuman mati. Tetapi Yusuf hanya dipenjarakan di
bawah rumahnya. Sangat mungkin Potifar sebenarnya tahu bahwa istrinya-lah yang
nakal, tetapi Potifar tidak mau mengakui hal itu karena mungkin hal itu memalukan
bagi reputasinya sendiri.
Dengan kisah
kesulitan hidup yang seperti demikian, kira-kira karakter apakah yang akan terbentuk
dalam diri Yusuf? Apakah ia akan menjadi orang beriman atau orang
yang kehilangan iman? Apakah ia akan menderita trauma kejiwaan? Apakah ia akan
mencoba untuk membalas dendam?
Yusuf bisa
saja berhasil keluar dari kesulitannya lalu menulis buku laris berjudul, “7
langkah untuk sukses di kala sulit” Atau lebih mungkin lagi adalah Yusuf menjadi
orang yang kerap mengeluhkan segala kesulitan yang dialaminya, meski telah
hidup benar. Atau Yusuf akan menghabiskan hidupnya sebagai seseorang yang
terluka, lalu berniat untuk melukai orang lain pula demi mencari keadilan.
Orang
terluka yang berusaha melukai orang lain, sebetulnya tahu bahwa melukai orang
lain tidaklah memberi kesembuhan pada
lukanya. Akan tetapi hal itu tetap ia lakukan karena setidaknya dapat memuaskan
rasa keadilan. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa keadilan adalah milik Tuhan.
Dari Kejadian
50:15-21, kita mengetahui bahwa kakak-kakaknya sudah menduga bahwa Yusuf akan
membalas dendam atas perbuatan jahat mereka. Di sisi lain, Yusuf juga menyadari
bahwa kakak-nya jahat kepada dirinya. Tetapi Yusuf tidak merangkai kisah
hidupnya itu menjadi sebuah makna yang berpusat pada dirinya sendiri saja.
Yusuf memilih untuk melihat kisah hidupnya dari sudut pandang Allah.
Kisah
hidup yang demikian pahit, biasanya melahirkan karakter seseorang terluka yang
ingin membalas dendam, tetapi Yusuf memilih untuk tidak memendam dendam karena
ia tidak larut pada kisah hidupnya belaka. Ia tidak membentuk identitas dirinya
dari kisah hidupnya sendiri. Yusuf mengambil kisah Tuhan sebagai dasar atau fondasi
untuk menilai kisah hidupnya. Dengan cara inilah kepahitan dan penderitaan
tidak menjadikan identitas seseorang menjadi rusak.
Sebagai
anak Tuhan, kita diberikan sebuah identitas yang mulia. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya kita menjalani kisah kehidupan yang mulia bagi Tuhan. Matius
sebelumnya adalah pemungut cukai, setelah bertemu Tuhan, ia mengubah
identitasnya sebagai pemungut cukai lalu kembali pada identitas aslinya yaitu
anak Tuhan.
Makna, karakter
dan identitas bukan hanya dibentuk dari kisah yang dijalani, tetapi dari
bagaimana kita mengkisahkan kembali cerita hidup kita. Ada kalanya orang
mengisahkan sebuah kisah hidup yang begitu buruk, padahal situasi yang
sebenarnya tidak seburuk itu. Yusuf sadar bahwa kakaknya jahat, tetapi ia
menceritakan kembali kisah hidupnya sebagai karya Allah yang sedang dikerjakan
di dalam dirinya.
Jadi,
bagaimana menebus kisah hidup kita yang sudah terlanjur buruk dan menyedihkan? Jawabannya
adalah bahwa Allah dapat menebus kisah kehidupan kita seberapa pun buruk dan
hinanya, menjadi sebuah kisah Ilahi yang sedang bekerja di dalam diri seorang
manusia. Hanya dengan membawa kisah hidup kita ke dalam kisah Allah, maka kita
dapat terluput dari kesalahan dalam memaknai hidup, terluput dari world view
yang negatif semata-mata, terluput dari karakter buruk serta terluput dari
pembentukan identitas yang tidak terpuji. Bersyukur kepada Tuhan Yesus yang
telah menjalani kisah kehidupan sedemikian buruk, dan mengubahnya menjadi
sebuah kehidupan yang sedemikian mulia. Sehingga kita yang percaya kepada-Nya
memiliki pengharapan, bahwa di balik kisah hidup kita yang buruk dan
menyedihkan itupun, selalu masih ada pengharapan akan hidup yang mulia di dalam
Dia. Terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus.
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. (Kejadian 50:20)