Seri pengenalan Alkitab
Mengapa urutan pencobaan antara Injil Matius dan Injil Lukas berbeda? |
Urutan pencobaan iblis terhadap Tuhan Yesus sebagaimana yang dicatat dalam Injil Matius, berbeda dengan urutan pencobaan yang ada di dalam Injil Lukas.
Menurut catatan Injil Matius, pencobaan pertama adalah mengubah batu menjadi roti, lalu disusul dengan pencobaan kedua di mana Tuhan Yesus ditantang untuk menjatuhkan diri dari Bait Allah, dan diakhiri dengan pencobaan ketiga di mana Tuhan Yesus dibawa ke gunung yang tinggi untuk diperlihatkan segala kekayaan dunia.
Di sisi lain, catatan Injil Lukas mencatat pencobaan pertama secara sama dengan Matius, yaitu mengenai tantangan untuk mengubah batu menjadi roti. Akan tetapi untuk urutan ke dua dan urutan ke tiga, Injil Lukas berbeda dengan Injil Matius. Injil Lukas mencatat pencobaan kedua sebagai ajakan untuk menyembah iblis demi memperoleh kekayaan dunia, dan pencobaan di Bait Allah sebagai urutan yang paling akhir.
Mengapa ada perbedaan urutan seperti ini? Apakah ini bukti bahwa Alkitab bukanlah sebuah karya tulis yang konsisten? Apakah ini alasan bagi seseorang untuk membuang Alkitab karena isinya yang berbeda-beda sehingga menimbulkan keraguan seperti itu?
Tentu saja tidak demikian, ada pesan yang ingin disampaikan, baik oleh Matius maupun oleh Lukas melalui berita Injil yang mereka tulis. Meski demikian, bagi orang yang memang berkeras hati untuk menolak Tuhan, maka penjelasan apapun yang diberikan, mereka tetap akan menemukan alasan untuk membuang Alkitab dan menghina Tuhan. Tetapi bagi orang yang memang ingin mengetahui kebenaran di balik adanya perbedaan urutan seperti ini, maka tulisan singkat ini mungkin dapat membantu memberi suatu bahan renungan.
Cara Matius menulis
Kalau diperhatikan, urutan di dalam Matius memiliki lokasi yang berpindah atau bergerak dari posisi yang paling rendah, yaitu batu di atas tanah, lau naik lebih tinggi ke atas bubungan bait Allah dan berakhir di tempat yang benar-benar tinggi, yaitu sebuah gunung yang dapat dipakai untuk melihat kota-kota besar dengan segala kekayaannya.
Melalui trend yang bergerak dari bawah ke atas di dalam Injil Matius ini, kita menangkap sebuah pesan yaitu bahwa bahwa iblis mempunyai kecenderungan untuk membawa manusia semakin lama semakin tinggi dalam status kehidupan ataupun dalam kemuliaan di dunia.
Hal ini cukup sejalan dengan pesan beberapa pesan yang ada di dalam Kitab Kejadian. Dalam Kejadian 3 misalnya, iblis mendorong Hawa dan Adam untuk menjadi yang paling tinggi, yaitu sama seperti Allah. Tidak heran, bujukan iblis kepada manusia untuk menjadi sama seperti Allah, karena hasrat hati si iblis sendiri pun adalah ingin menjadi sama seperti Allah. Lalu dalam Kejadian 6, dimana muncul gambaran orang-orang raksasa, orang-orang yang gagah perkasa. Inipun merupakan gambaran tentang peninggian manusia dengan segala kehebatannya, kemampuannya, kekuatannya dan kekayaannya. [Baca juga: Siapakah para Nephilim itu? Klik disini.]
Dan terakhir bisa dilihat pula dalam Kejadian 11, dimana manusia ingin mencari nama bagi dirinya sendiri dengan membangun menara yang puncaknya sampai ke langit. Lagi-lagi sebuah gambaran tentang peninggian manusia yang ingin menjadi seperti Allah, ingin memiliki kemuliaannya sendiri, ingin hidup bagi dirinya sendiri. [Baca juga: Mengapa manusia haus akan harta dunia dan pengakuan dari orang lain? Klik disini.]
Iblis sangat suka menyampaikan pesan-pesan yang berhubungan dengan kemuliaan dunia dan peninggian diri yang semuanya akan membawa decak kagum kepada manusia itu sendiri. Iblis suka dengan kekayaan duniawi, kemakmuran, kenikmatan dunia serta tepuk tangan dan pujian dari orang lain. Dan banyak manusia di dunia ini yang setuju dengan gagasan iblis tersebut, lalu mereka merangkul gagasan iblis tersebut, tanpa sedikitpun sadar bahwa mereka sedang diperangkap olehnya.
Di sisi lain, Tuhan Yesus mengajarkan jalan kerendahan sebagai ganti jalan kemuliaan, jalan kemiskinan sebagai ganti jalan kekayaan duniawi, jalan salib sebagai ganti jalan kenikmatan, jalan yang penuh proses sebagai ganti dari jalan yang instan, serta pelayanan di dalam ketersembunyian sebagai ganti dari tepuk tangan dan puji-pujian dari manusia.
Cara Tuhan Yesus sangat kontras dengan cara iblis. Tetapi sayangnya, cara iblis justru seringkali lebih menarik hati manusia, sedangkan cara Tuhan seringkali malah membuat orang segan dan ingin melarikan diri dari pada-Nya.
Kontras antara cara Tuhan dan cara iblis terlihat pula dalam Matius 5, dimana Tuhan Yesus justru mengatakan berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah. Tuhan Yesus justru cenderung mengajak manusia turun ke bawah, menyadari posisinya yang rendah di hadapan Tuhan, bukan menipu diri dengan segala prestasi, tepuk tangan dan kekayaan, lalu merasa diri sedemikian hebat dan besar, sebagaimana yang diajarkan oleh iblis.
Gagasan iblis dan gagasan Tuhan Yesus senantiasa bertentangan. Dari situlah kita dapat menduga alasan mengapa Matius membuat urutan pencobaan dari batu, Bait Allah dan puncak gunung yang tinggi.
Cara Lukas menulis
Injil Lukas mengawali pencobaan pertama dengan isi yang sama dengan injil Matius, yaitu mengubah batu menjadi roti. Dan tentu saja secara lokasi, hal itu terjadi atas permukaan tanah. Tetapi untuk pencobaan kedua dan ketiga, Injil Lukas memiliki urutan yang berbeda. Mengapa demikian?
Hal ini dikarenakan Injil Lukas punya penekanan yang berbeda dengan Injil Matius. Sementara Injil Matius menekankan pada ajaran tentang kemiskinan di hadapan Allah, Injil Lukas mengedepankan urutan peristiwa yang nantinya akan berpuncak pada Bait Allah.
Bait Allah adalah adalah setting utama dalam pemberitaan Lukas. Injil Lukas diawali dari Zakharia yang sedang melayani di Bait Allah (Lukas 1) dan diakhiri dengan para murid Tuhan Yesus yang berkumpul di Bait Allah (Lukas 24:53). Injil Lukas juga disusun sesuai irama perjalanan Tuhan Yesus, mulai dari Galilea menuju Yerusalem, yaitu tempat dimana Bait Allah berada.
Karena ditulis oleh orang yang sama, maka setting Injil Lukas juga memiliki kemiripan dengan setting dari Kisah Rasul, di mana jemaat setiap hari berkumpul di Bait Allah (Kis 2:46). Kemudian Bait Allah ini ditutup, rasul Paulus pun diseret keluar dari sana (Kis 21:30). Sampai akhirnya Kisah Rasul ditutup dengan pemberitaan Injil oleh rasul Paulus dari sebuah rumah sewaan di Roma, yang telah beralih fungsi menjadi seperti Bait Allah. (Kisah 28:30-31). Sangat jelas sekali, tulisan Lukas memang sangat berorientasi pada Bait Allah ini, baik Baik Allah secara jasmaniah yang ada di Yerusalem, maupun Bait Allah secara rohaniah, yaitu tempat manapun, rumah sewaan misalnya, yang dijadikan sebagai pusat pemberitaan Injil Allah.
Jadi tidak mengherankan apabila pencobaan iblis terhadap Tuhan Yesus menurut Injil Lukas, juga berpuncak di Bait Allah.
Penutup
Perbedaan Injil Matius dan Injil Lukas dalam menempatkan urutan pencobaan bukanlah disebabkan karena ketidakkonsistenan dalam menulis. Para penulis Injil tidak terpanggil untuk mencatat segala sesuatu perisitiwa dari sudut pandang kronologisnya saja, tetapi ada pesan yang mau disampaikan oleh para penulis Injil ketika mereka mencatat sesuatu.
Kita percaya bahwa peristiwanya sendiri memang sungguh-sungguh terjadi. Hanya saja cara penceritaan atau penulisan atas peristiwa tersebut bisa berbeda-beda antara penulis Injil yang satu dengan yang lain. Kita percaya bahwa masing-masing penulis injil digerakkan oleh Roh Kudus yang sama, dan Roh Kudus tahu kondisi penerima berita pada waktu itu seperti apa, sehingga mereka perlu mendengar kisah tersebut dengan cara seperti apa, dengan urutan seperti bagaimana dan seterusnya.
Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.