Perenungan sederhana dari Kejadian 47:1-12
SECARA RINGKAS
Saudara-saudara Yusuf bukanlah orang yang memiliki kisah kehidupan yang baik sehinga mereka layak menerima tempat terbaik di Mesir. Tetapi berkat Yusuf yang menjadi sang mediator bagi mereka, maka Firaun pun menerima dan memberikan tempat tersebut.
Kisah ini mengingatkan kita adalah dua hal:
- Kasih Karunia dan pengampunan Ilahi
- Panggilan kita untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Menjadi berkat bagi orang lain adalah kesempatan yang begitu indah untuk dimiliki oleh kita sebagai orang percaya. Dalam kondisi hidup yang susah sekalipun, kita anak-anak Tuhan tetap dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain.
MARI MERENUNGKAN LEBIH JAUH
Yusuf memberitahukan Firaun
Meskipun Yusuf memiliki jabatan yang penting di Mesir, tetapi ia tidak lupa bahwa ada orang yang lebih tinggi lagi darinya, yaitu Firaun. Yusuf tidak memutuskan sendiri apa yang ia anggap baik bagi saudara-saudaranya melainkan ia minta izin dengan sopan kepada Firaun.
Cara Yusuf minta izin pun terbilang sangat halus, ia seolah-olah hanya memberitahukan saja kepada Firaun bahwa ayah dan saudara-saudaranya telah tiba. Selanjutnya ia menyerahkan kebijaksanaan dan keputusan kepada Firaun tentang apa yang akan terjadi.
Ini merupakan tindakan iman juga, yaitu iman kepada Allah yang tercermin pada sikap percaya kepada Firaun pula. Kita tidak dapat mengatakan bahwa kita percaya kepada Allah jika di dalam hidup ini kita tidak bisa mempercayai siapapun. Sebab bagaimana mungkin mempercayai Allah yang tidak kelihatan sedangkan mempercayai manusia yang kelihatan pun kita tidak bisa?
Hati setiap manusia ada di tangan Tuhan, sehingga orang seperti Firaun yang tidak mengenal Allah Yahwe sekalipun, ada di bawah kendali-Nya. Jika Tuhan bisa memakai Yusuf untuk menyelamatkan Mesir, Tuhan juga bisa memakai Firaun untuk menyelamatkan keluarga Yusuf dengan membiarkan mereka tinggal di Mesir.
Hamba-hambamu ini gembala domba
Yusuf tidak malu mengakui di hadapan Firaun bahwa keluarganya adalah orang sederhna. Meskipun ia sendiri orang yang memiliki jabatan penting di Mesir, Yusuf tetap mengaku dengan rela bahwa keluarganya hanyalah orang sederhana yang sangat jauh status sosialnya dibandingkan dengan Yusuf atau apalagi dengan Firaun.
Tidak seperti banyak orang yang melupakan saudara-saudaranya setelah ia sendiri menjadi orang yang sangat sukses, Yusuf tidak melihat kesuksesannya sebagai suatu milik yang perlu dinikmati seorang diri saja. Sebaliknya yusuf justru melihat bahwa statusnya yang sedemikian tinggi itu adalah jalan yang disedikan Allah untuk menyelamatkan suatu bangsa yang dipilih oleh Allah untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.
Alkitab mengajar kita untuk jangan melihat segala sesuatu dari sudut pandang diri kita sendiri saja. Kita harus belajar melihat kehidupan kita sebagai suatu rancangan yang besar di dalam pikiran dan perbuatan Allah.
Jika Yusuf melihat pada dirinya sendiri saja, mungkin ia segan menerima saudara-saudara yang dulu telah menjual dia. Tetapi bukan saja Yusuf menerima, mengampuni dan tidak membalas kejahatan saudaranya dengan kejahatan, tetapi Yusuf bahkan tidak malu mengakui mereka di hadapan Firaun.
Yusuf telah belajar melihat rancangan Allah yang telah mereka-rekakan kehidupannya menjadi suatu kebaikan bagi suatu bangsa.
Yakub memohonkan berkat bagi Firaun
Allah pernah berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi bangsa lain. Salah satu penggenapan dari janji tersebut adalah ketika Yakub memohonkan berkat bagi Firaun seperti yang kita baca di dalam bagian ini.
Dimanapun kita berada, kita bertanggungjawab untuk menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Ada orang yang di dalam hidupnya seringkali membuat susah orang lain bahkan ada pula orang yang di dalam hidupnya kerap kali melakukan kejahatan terhadap orang lain. Sebagai orang Kristen, memang kita tidak boleh berbuat kejahatan, akan tetapi tidak cukup jika kita hanya menjadi orang yang tidak suka membuat onar atau mengganggu orang lain saja. Kita dipanggil untuk secara aktif menjadi berkat bagi orang disekitar kita.
Abraham diminta untuk menjadi berkat bagi bangsa lain, tetapi ketika Abraham di Mesir ia bukan menjadi berkat bagi bangsa itu. Akibat ketiadaan iman dan karena terlalu memikirkan diri sendiri, Abraham nyaris saja membuat Mesir dikutuk oleh Allah. Bagi orang Kristen, pilihannya hanya dua, jika kita tidak menjadi berkat bagi orang lain, maka kita akan menjadi kutuk bagi orang lain. Ini merupakan prinsip Alkitab yang cukup mengerikan tetapi jarang dibicarakan.
Tempat yang terbaik di negeri itu
Saudara-saudara Yusuf sebetulnya adalah orang-orang yang tidak pantas menerima yang terbaik dari Firaun. Mereka bukan orang Mesir, mereka juga bukan orang yang memiliki moral yang tinggi. Kitab Kejadian berulang kali menceritakan betapa rusaknya moralitas kebanyakan dari saudara-saudara Yusuf tersebut.
Perbuatan mereka yang menjual Yusuf hanyalah satu di antara kejahatan dan perbuatan immoral lain yang mereka lakukan. Pembunuhan yang dilakukan terhadap sebuah kota dan perzinahan yang dilakukan oleh Yehuda bersama Tamar, adalah contoh-contoh lain dari perbuatan immoral tersebut.
Akan tetapi berkat Yusuf, mereka mendapat pengampunan, penerimaan dan bahkan mendapat tempat terbaik di Mesir. Ini tentu saja mengingatkan kita akan diri kita sendiri. Di hadapan Tuhan kita bukanlah orang yang memiliki moralitas yang sesuai dengan harapan Allah. Kita kerap berbuat dosa dan kejahatan yang dibenci oleh Allah.
Tetapi berkat Yesus Kristus Sang Mediator kita itu, Allah berjanji untuk memberikan kepada kita segala sesuatu kebaikan yang tidak pantas kita terima. Inilah berita Injil itu.
Semoga kita dapat mensyukuri kebaikan Allah ini dan belajar untuk hidup seturut dengan kehendak-Nya.
Ayat-ayat Firman Tuhan
1 Kemudian pergilah Yusuf memberitahukan kepada Firaun: "Ayahku dan saudara-saudaraku beserta kambing dombanya, lembu sapinya dan segala miliknya telah datang dari tanah Kanaan, dan sekarang mereka ada di tanah Gosyen." 2 Dari antara saudara-saudaranya itu dibawanya lima orang menghadap Firaun. 3 Firaun bertanya kepada saudara-saudara Yusuf itu: "Apakah pekerjaanmu?" Jawab mereka kepada Firaun: "Hamba-hambamu ini gembala domba, baik kami maupun nenek moyang kami." 4 Lagi kata mereka kepada Firaun: "Kami datang untuk tinggal di negeri ini sebagai orang asing, sebab tidak ada lagi padang rumput untuk kumpulan ternak hamba-hambamu ini, karena hebat kelaparan itu di tanah Kanaan; maka sekarang, izinkanlah hamba-hambamu ini menetap di tanah Gosyen." 5 Lalu berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Ayahmu dan saudara-saudaramu telah datang kepadamu. 6 Tanah Mesir ini terbuka untukmu. Tunjukkanlah kepada ayahmu dan kepada saudara-saudaramu tempat menetap di tempat yang terbaik dari negeri ini, biarlah mereka diam di tanah Gosyen. Dan jika engkau tahu di antara mereka orang-orang yang tangkas, tempatkanlah mereka menjadi pengawas ternakku." 7 Yusuf membawa juga Yakub, ayahnya, menghadap Firaun. Lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun. 8 Kemudian bertanyalah Firaun kepada Yakub: "Sudah berapa tahun umurmu?" 9 Jawab Yakub kepada Firaun: "Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya, tidak mencapai umur nenek moyangku, yakni jumlah tahun mereka mengembara sebagai orang asing." 10 Lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun, sesudah itu keluarlah ia dari depan Firaun. 11 Yusuf menunjukkan kepada ayahnya dan saudara-saudaranya tempat untuk menetap dan memberikan kepada mereka tanah milik di tanah Mesir, di tempat yang terbaik di negeri itu, di tanah Rameses, seperti yang diperintahkan Firaun. 12 Dan Yusuf memelihara ayahnya, saudara-saudaranya dan seisi rumah ayahnya dengan makanan, menurut jumlah anak-anak mereka. (Genesis 47:1-12)
Amin. Tuhan Yesus memberkati. (Oleh: Izar Tirta)